Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Selasa, 05 Juli 2011
Dilema Cinta (Chapter 7)
Chapter 7
Aku Mencintaimu, Bukan Park Shin Hye!
"Masih sakit?"
Aku menggeleng lemah.
"Terima kasih."
"Jangan buat aku seperti itu lagi. Jantungku rasanya berhenti berdetak, melihatmu tertunduk di depan mobil tadi."
"Aku tidak apa-apa."
"Dengan lutut berdarah dan tangan nyeri, masih kau bilang tidak apa-apa?" Kim Bum menatapku cemas.
Aku berpaling cepat. Menggigit bibir kuat-kuat, agar butiran hangat itu tidak tumpah di depannya. Tidak, gelengku lemah. Kim Bum tidak boleh sampai tahu, kalau aku menangis. Aku tahu dia paling tidak bisa melihatku sedih. Baginya, kebahagiaanku di atas segalanya. Jadi, kalau aku sampai menangis, semua yang telah kulakukan, akan sia-sia.
"Kim So Eun?"
"Eh?"
"Diobati dulu, ya? Biar sakitnya berkurang."
Aku menggeleng.
"Biar aku saja. Aku tak ingin Ibu sampai tahu."
"Kenapa kau selalu seperti itu?"
"Sudah dari sananya, Kim Bum," ujarku sambil tersenyum kecut. "Ah, pergilah!"
"Apa?"
"Kau ingin ke rumah sakit, kan? Park Shin Hye pasti sudah menunggumu. Tak boleh, membiarkan orang sakit sendirian," candaku pilu.
"Tak bisakah sekali saja, jika bersamaku, kau tak menyebut nama Park Shin Hye?"
"Kim Bum?"
"Berjanjilah, kau tak akan pernah pergi lagi."
Aku terdiam. Memandang lalu lalang kendaraan dengan tatapan pilu. Kemudian seperti teringat sesuatu, kubuka pintu mobil. Entah sudah berapa banyak waktu yang telah kuhabiskan di dalam mobil Kim Bum.
"Kau mau ke mana, Kim So Eun?" Kim Bum menahan tubuhku, berusaha mencegahku untuk membuka pintu mobilnya.
"Aku mau pulang."
"Kuantar!"
Aku menggeleng berulang kali.
"Aku naik taksi saja, Kim Bum. Tak enak jika Ibu melihatnya. Ibu bisa salah paham."
"Kim So Eun?"
"Aku boleh minta tolong, kan? Sekali saja."
"Apa?"
"Berikan kain penutup kepala itu ke Park Shin Hye. Kalau dia tanya, bilang saja tadi kau mampir dulu ke toko. Park Shin Hye pasti senang."
"Bagaimana kalau aku tak mau?"
"Aku mohon, Kim Bum."
"Baiklah," kata Kim Bum pada akhirnya. "Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Kuantar kau pulang!"
"Dan membuat kening Ibu berkerut melihatku berada dalam mobilmu?" Aku menggeleng. "Tidak, Kim Bum. Aku sudah berjanji pada Ibu."
"Sekali ini saja, Kim So Eun. Bisakah kau berhenti menghindariku?"
Aku menggeleng sedih. Menatap pemuda itu putus asa.
"Aku tidak bisa, Kim Bum. Mengertilah!"
"Aku juga ingin kau mengerti satu hal," ujar pemuda itu tiba-tiba. menatapku dengan mata serius. "Aku tak bersedia memenuhi permintaanmu. Jangan potong dulu," katanya cepat, ketika dilihatnya aku ingin membantah kata-katanya. "Aku menemaninya karena kau yang minta. Ingat? Jadi jangan paksa aku, untuk jatuh cinta padan Park Shin Hye!"
"Kim Bum?"
"Tak bisakah kau mengerti, kalau cinta tak bisa diatur seenaknya?! Aku mencintaimu, Kim So Eun. Bukan Park Shin Hye!"
"Kim Bum?"
"Aku benci sekali melihatmu terluka setiap melihat kami berdua. Sudah cukup! Aku tak ingin kau menderita lebih jauh lagi!"
"Park Shin Hye sakit, Kim Bum. Mungkin usianya tidak akan lama lagi. Dia membutuhkanmu!"
"Dan kau sendiri?!"
Aku? Masih berartikah jika kukatakan? Sementara aku tahu, satu-satunya kekuatan untuk Park Shin Hye bertahan, hanya cinta pemuda ini. Kalau kutepis lagi, berapa banyak orang yang kucintai akan bersedih?
"Kim So Eun, tak bisakah kita seperti dulu?"
"Kau tahu, itu tak mungkin, Kim Bum!"
"Kim So Eun?"
Ah, aku menghela napas. Kenapa kau tanyakan hal itu, Kim Bum?
Aku lelah sekali, Kim Bum. Mungkin akan lebih baik, jika aku tak pernah kembali. Menetap saja selamanya di Dreamlight. Dan berharap akan menemukan cinta sejati yang baru. Seperti kata Jung So Min, mungkin seharusnya aku mau membuka hatiku, belajar menerima kebaikan yang lain. Menerima Kim Hyun Joong, misalnya?
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar