“Aku sangat kecewa, Park Shin Hye…” kata Kim So Eun dengan tangan terus mencorat-coret buku diary-nya pada Park Shin Hye, sahabat karibnya. Park Shin Hye menatap Kim So Eun bingung.
“Memangnya. Kenapa?” Tanya Park Shin Hye.
“Kau tahu kan, kalau aku menyukai Kim Bum?”
“Ya…aku tahu kau menyukainya, lalu kenapa?”
“Ternyata, I am only one of them. He treats me not as special as I look at him, I am like another girl he has….” Kata Kim So Eun dengan mata berkaca-kaca.
Park Shin Hye berdiri.
“Mau ke mana! Aku belum selesai curhat….”
“Ambil kamus. Aku tidak mengerti jika kau bicara dalam bahasa Inggris…”
“Tidak usah. Biar aku terjemahkan. Aku tadi bilang, ternyata bagi Kim Bum aku bukan satu-satunya gadis yang dekat dengannya. Aku bukan gadis spesial di mata Kim Bum….” Kata Kim So Eun sedih.
“Kenapa kau harus kecewa, Kim Bum itu bukan kekasihmu. Bukankah selama ini kalian hanya berteman?”
“Tapi aku mencintai Kim Bum, Park Shin Hye….”
“Iya. Tapi kau juga sudah berpacaran dengan Shim Changmin dan Kim Bum pun sudah punya kekasih, Im Yoona….”
“Iya… Tapi rasa ini tidak bisa kuenyahkan. Aku masih sering memikirkannya. Dia nyaris sempurna di mataku, Park Shin Hye. Dia tampan, pintar, jago basket….”
“Aku mengerti, Kim So Eun. Tapi… kau harus Buka mata buka telinga. Kim Bum sudah punya kekasih….”
“Aku harus bagaimana, Park Shin Hye…. Aku tidak bisa lari dari rasa ini. Setiap saat aku selalu ingin bertemu dengannya, ingin menelponnya, ingin tahu kabarnya….”
“Kalau begitu, mulai dari sekarang kau harus memupuk rasa cintamu pada Shim Changmin. Kau kan belum putus dengan Shim Changmin….”
“Rasanya aku ingin mati saja...''
“Ya ampun… Kim So Eun, jangan bicara seperti itu. saranku, lebih baik kau berterus terang saja pada Kim Bum...”
“Bahwa aku mencintainya? Tidak, Park Shin Hye. Cukup rasa ini aku saja yang memiliki. Aku memang harus menerima kenyataan bahwa Kim Bum bukan milikku….” Kata Kim So Eun.
“Bagus. kau adalah gadis yang sabar. Sabar itu disayang tuhan….” Kata Park Shin Hye panjang lebar.
Ini baru prolog.
Yang jelas selama ini Kim So Eun memang jatuh cinta pada Kim Bum, kakak kelasnya yang di mata Kim So Eun memiliki wajah tampan yang terandingi. Bahasa romantisnya, kharisma dalam diri Kim Bum luar biasa.
Tapi Kim So Eun tahu kalau Kim Bum sudah punya kekasih.
Ya, Kim So Eun dan Kim Bum memang sangat dekat dan bersahabat. Kim So Eun merasa mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang luar biasa dari Kim Bum. Setiap pagi selalu ada SMS masuk dalam ponsel Kim So Eun. Walau hanya sebatas bertanya, how ‘bout this day?
Tapi hal kecil seperti itu bagi Kim So Eun sudah luar biasa. Maklum, semua itu tidaak pernah ia dapatkan dari Shim Changmin, yang sudah menjadi kekasihnya sejak kelas 1 SMA. Shim Changmin terlalu cuek. Asyik dengan dirinya sendiri. Tidak pernah perhatian pada Kim So Eun apalagi memanjakannya.
Dan perhatian Kim Bum bagi Kim So Eun adalah hal yang sangat luar biasa. Hingga Kim So Eun tahu kalau ternyata Kim Bum memang sering melakukan itu pada beberapa teman wanita lain.
Itu yang membuat Kim So Eun kecewa.
“Aku hanya wanita biasa, Park Shin Hye. Aku butuh disayangi. Aku butuh diperhatikan….”
“Kalau itu aku juga butuh. Tidak hanya kau….”
“Park Shin Hye…. Aku capek selalu menjadi hero bagi Shim Changmin…. Shim Changmin sangat manja…. Tapi aku tidak mungkin putus dengan Shim Changmin. Orang tuaku dan orang tua Shim Changmin berniat menjodohkan kami berdua…” Kata Kim So Eun lagi.
“Lalu kau mau apa, Kim So Eun….”
“Aku hanya ingin Kim Bum tahu kalau aku menyayanginya…. Itu saja, Tanpa harus berpacaran dengannya, aku sudah bahagia….”
“Hahh. Sederhana sekali mimpimu. Percaya padaku, Kim So Eun. Tanpa kau mengatakannya pada Kim Bum. Kim Bum sudah mengetahuinya… Trust me, Kim So Eun….”
“Sungguh?”
“Kau hanya bisa berpacaran dengan Kim Bum, jika Kim Bum sudah putus dengan Im Yoona. Tapi kau tidak mau mendoakan Kim Bum putus dengan Im Yoona kan? Mereka berdua sudah cocok…”
Kim So Eun tertunduk sedih.
“Jadi?”
“Jadikan Kim Bum seberkas sinar yang menyinari hatimu. Tanpa kau harus memiliki sinar itu…”
Kim So Eun mengangguk. “Terima kasih, Park Shin Hye. Kata-katamu puitis sekali….”
Dan esoknya pagi-pagi sekali, Tiba-tiba Kim So Eun menjadi bahagia tidak kepalang. Bagaimana tidak, Baru bangun, membuka mata, ia melihat ada sms dari Kim Bum di ponsel-nya.
Kim So Eun, have a nice day ya! Pulang sekolah, aku tunggu di toko buku seperti biasa.
Kim Bum
Wah, Kim So Eun jadi mabuk kepayang tidak kepalang.
Sepanjang hari di sekolah, Kim So Eun menjadi semangat sekali. Wajahnya penuh senyum. Membayangkan hari ini bertemu dengan pemuda yang ia anggap sempurna di matanya.
* * *
Ketika pulang sekolah, Kim So Eun langsung lari ke toko buku tempat ia janjian dengan Kim Bum.
Lima belas menit ia menunggu.
Akankah Kim Bum benar-benar muncul seperti janjinya?
Buk!
Sebuah pukulan kecil dengan buku mengenai punggung Kim So Eun. Kim So Eun menengok. Kim Bum!!!!
“Hai, sudah lama menunggu?” Kim Bum menebarkan senyum manisnya yang sangat memukau bagi Kim So Eun….
“Aduh, kau membuatku kaget saja….” Hati Kim So Eun panas dingin tidak karuan.
“Maafkan aku….”
“Ada apa? Sepertinya penting sekali?”
Kim Bum tersenyum.
“Tidak ada apa-apa… hanya ingin bertemu denganmu saja….”
Ah, hati Kim So Eun terbang setinggi langit.
Hingga siang terasa begitu sempit.
“Kim So Eun….” Tiba-tiba Kim Bum menatap Kim So Eun dengan tajam. Kim So Eun salah tingkah. Pipinya memerah. Tatapan Kim Bum begitu dalam.
“Ada yang mau kukatakan padamu...”
“Apa?” Tanya Kim So Eun. Entah kenapa, tiba-tiba jantung Kim So Eun berdebam keras. Suasana terasa sangat romantis baginya. Apa kira-kira yang akan Kim Bum katakan padanya?
Tapi Kim Bum terdiam.
Kim Bum tidak bicara apa-apa kecuali hanya diam seribu bahasa. Menatap lembut Kim So Eun.
Keduanya akhirnya terdiam.
“Kita pulang saja ya?” Tanya Kim Bum.
Kim So Eun mengangguk.
“Aku antar?”
Kim So Eun menggeleng.
“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri….” Ah, itulah Kim So Eun. Selalu saja gengsi untuk berkata “iya” akan semua tawaran Kim Bum.
“Benar, tidak apa-apa? Terima kasih sudah mau datang…. Sekedar melihat wajahmu, aku sudah bahagia.”
Kaku sekali keduanya bertatatapan.
Yang jelas, keduanya berjalan dengan saling berbeda arah. Tapi tahukah kita tentang cinta?
Cinta itu memang misteri yang tidak dapat terpecahkan oleh siapa pun. Andai Kim So Eun tahu, sebenarnya pertemuan tadi, Kim Bum ingin mengatakan pada Kim So Eun, bahwa ia sangat mencintai Kim So Eun. Andai mungkin Kim Bum lebih memilih Kim So Eun daripada Im Yoona. Tapi Kim Bum mencoba tetap setia pada komitmennya dengan Im Yoona.
Berhari-hari Kim Bum selalu memiikirkan sosok Kim So Eun yang di mata Kim Bum sangat mandiri dan smart.
Kim Bum hanya ingin Kim So Eun tahu bahwa ia sangat mencintai Kim So Eun.
Walau Kim Bum tahu, saat ini keduanya tidak mungkin bisa bersatu….
Tapi ternyata hari itu mulut Kim Bum terasa terkunci.
Ia tidak mampu mengutarakan isi hatinya.
Sama persis seperti yang dirasakan Kim So Eun.
Ketika ia hanya ingin ucapkan, Kim Bum I love U, itu juga sangat berat baginya.
Dalam hati Kim Bum berkata, andai Kim So Eun tahu betapa ia merasa kurang nyaman jika bersama Im Yoona, karena Im Yoona bukanlah gadis idamannya. Im Yoona benar-benar seperti kucing anggora yang hanya suka dandan dan sangat manja. Sementara gadis idaman Kim Bum adalah gadis yang mandiri dan tidak manja.
Sementara Kim So Eun sangat menyukai pemuda yang energik, tidak malas, selalu care dengannya. Dan semua itu tidak pernah ia dapatkan dari Shim Changmin yang terlalu asyik dengan dirinya sendiri.
Tapi keduanya mencoba bertahan, menjaga komitmen masing-masing yang sudah terbangun terlebih dahulu.
Tanpa diucapkan secara langsung melalui kata-kata, keduanya memiliki sikap yang sama.
Mencoba setia dengan apa yang sudah dijalani. Mengorbankan perasaan dan rasa cinta yang lebih kuat tercipta.
Andai keduanya tahu saat itu keduanya sama-sama dalam konflik batin yang amat dalam….
Ingin menyatukan cinta dalam satu kebersamaan, namun dipupuskan agar tidak menyakiti hubungan yang sudah lebih dahulu terbangun….
“Kim So Eun… kau satu-satunya gadis di hatiku yang sudah menempati kisi batinku yang paling dalam. Belum ada yang bisa menggantikannya. Kim So Eun…. Sahabat wanitaku banyak, tapi kau adalah yang terbaik bagiku….” Itu kata-kata yang terucap dari batin Kim Bum.
“Kim Bum, I love U… aku mencintaimu dengan tulus…. Biarlah waktu yang mempertemukan kita….” Desah Kim So Eun sambil mengusap airmata yang menetes di pipinya. Ia berjalan dalam alunan lagu Nidji, HAPUS AKU.
Kutuliskan kesedihan
Semua tak bisa kau ungkapkan
Dan kita kan bicara dengan hatiku
Buang semua puisi
Antara kita berdua
Kau bunuh dia sesuatu
Yang kusebut itu cinta
Yakinkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku
Sadarkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku….
Sementara itu di rumahnya yang bergaya khas arsitektur Korea, Park Shin Hye berdoa dengan khusyu’ untuk sahabatnya, “Ya Tuhan, jika Kim Bum adalah yang terbaik bagi Kim So Eun, pertemukan mereka dalam naungan cinta sejati-Mu….”
Dan Park Shin Hye pun juga tak kalah menangis, tergugu.
Kini masing-masing hanya mampu menunggu waktu….
Tamat
Copyright Sweety Qliquers
Copyright Sweety Qliquers
AQ Laik sangad Kata2 ini..I am only one of them. He treats me not as special as I look at him, I am like another girl he has…!!WaW,DAN Bagusnya AQ gak Butuh kamus bwt TransLit..!!..ckckck bisa ku pastikan...AutHor pun jg PinTar layaknya diriku...(heeeeeehhh???)
BalasHapusMaw BiLang Apa Lg...AQ dah men-Cerewetkan sgala haL...Oh..KEEP FIGHTIIIING saja la kalu bgt..