Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 30 Juli 2011

The Right Man (Chapter 22)



"Kau lagi!" gerutu Kim Hyun Joong gemas. "Mau apa lagi?"

"Maaf, Paman," desah Baek Suzy gugup. "Paman bilang, tidak boleh datang ke rumah, kan? Jadi saya datang ke kantor...."

"Ada apa lagi? Saudaramu ditahan lagi?"

"Saya perlu uang, Paman...."

"Uang lagi?"

"Untuk Ibu."

"Berapa?"

"Satu juta setengah, Paman."

"Satu juta lima ratus ribu? Astaga, Baek Suzy! Kapan kau bisa bayar hutangmu? Kau baru saja pinjam 2 juta!"

Baek Suzy tidak menyahut. Dia menunduk sedih. Diam-diam dua tetes air mata mengalir ke pipinya. Dan diam-diam, Kim Hyun Joong merasa iba.

"Kau sudah makan?" Baek Suzy menggeleng.

Makan! Siapa yang ingat makan? Pagi-pagi dia sudah dimarahi petugas administrasi yang judes itu.

"Katanya hari ini mau bayar dua setengah juta. Mana? Ini kan cuma sejuta!"

"Minta waktu beberapa hari lagi, Nona."

"Tagihan sudah begini banyak. Mana bisa mundur-mundur lagi? Kalau tidak dilunasi juga pengobatan ibumu tidak bisa dilanjutkan!"

"Kalau ada uang, pasti saya bayar, Nona."

"Semua pasien juga inginnya begitu. Tapi rumah sakit tidak bisa bekerja kalau tidak ada uang!"

"Mau ikut makan siang?" tanya Kim Hyun Joong sambil menyambar tas kantornya. "Paman mau pergi makan di luar."

* * *

Akhirnya Kim Bum dijatuhi hukuman kurungan dua tahun dipotong masa tahanan. Park Ji Yeon yang mengikuti persidangan itu langsung melaporkannya kepada ibunya di rumah sakit.

“Terima kasih, Tuhan," bisik Kim So Eun lega. Dua tahun! Tidak terlalu lama. Jika Tuhan menghendaki, barangkali dia masih sempat melihat Kim Bum keluar dari penjara.... Masih dapatkah mereka berkumpul kembali?

Park Ji Yeon melihat pijar-pijar gempita di mata ibunya. Dan dia merasa gelitik yang tidak menyenangkan itu kembali mengusik nuraninya. Masihkah Ibu mengharapkan Paman Kim Bum?

Jika boleh memilih, Park Ji Yeon tidak menghendaki ibunya menikah lagi. Tetapi kalau menikah dapat membahagiakan sisa hidup Ibu... masih tegakah dia melarang?

"Ada apa, Park Ji Yeon?" Biarpun sedang tenggelam dalam kegembiraan, sikap Park Ji Yeon tetap tak luput dari perhatian Kim So Eun. "Kau masih kerja?"

"Masih, Bu." Park Ji Yeon mengosongkan tatapannya supaya ibunya tidak dapat membaca dustanya. "Tapi minggu depan mau pindah. Kerja di sana tidak enak."

"Sebetulnya Ibu ingin kau sekolah lagi."

"Lihat nanti saja, Bu. Sekarang aku mau mencari uang dulu."

Kim So Eun menghela napas berat.

"Bagaimana Lee Young Yoo?"

"Masih merasa bersalah. Tidak bisa cari uang untuk Ibu."

Aku merasa dia mempunyai persoalan lain, pikir Kim So Eun gundah. Perasaan bersalahnya jauh lebih besar daripada itu! Apakah Lee Young Yoo yang menyebabkan Kim Yoo Jung jatuh?

"Kim Yoo Jung bagaimana?"

"Oh, si bawel itu sudah berkicau lagi!"

"Kim Yoo Bin?"

"Bicaranya sudah tambah satu."

"Apa?"

"Makan."

"Makan?" Kim So Eun tersenyum lebar. Dan lupa menanyakan keadaan anaknya yang satu lagi. Yang justru dianggapnya tidak mempunyai masalah.

* * *

"Jangan bilang ibumu uang itu dari Paman,” Kata Kim Hyun Joong pada Baek Suzy ketika mereka sedang makan siang berdua untuk kesekian kalinya.

Sejak Baek Suzy sering datang untuk minta tolong, hubungan mereka perlahan-lahan menjadi akrab. Baek Suzy membutuhkan laki-laki itu sebagai tempat meminta tolong.

Sebaliknya Kim Hyun Joong tiba-tiba merasa dibutuhkan kembali Dan perasaan dibutuhkan itu membuat dia merasa berkuasa kembali sebagai pria.

Di rumah, Jung So Min seperti sudah tidak membutuhkannya Dia memang tidak ingin diceraikan. Tetapi itu untuk mempertahankan status. Bukan karena membutuhkan suaminya.

Dan kehadiran Baek Suzy yang mula-mula tidak disukainya itu kini malah membangkitkan kembali gairahnya. Kim Hyun Joong seperti menemukan kembali pengganti Kim So Eun. Meskipun lebih muda dan lugu.

Kalau sudah didandani dan dibelikan pakaian yang bagus-bagus, ternyata Baek Suzy mirip ibunya. Kecuali dia baru berumur 15 tahun. Dan pincang.

"Besok Ibu pulang, Paman," cetus Baek Suzy di dalam mobil yang membawa mereka pergi dari rumah makan itu. "Paman mau ikut jemput Ibu?"

"Besok Paman harus ke Incheon," tentu saja Kim Hyun Joong berdusta.

"Paman mau kan ke rumah menjenguk Ibu?"

"Paman usahakan."

"Kapan?"

"Ya kapan-kapan."

"Paman masih marah pada Ibu?”

"Sedikit."

"Masih ingin menikah?"

"Dengan ibumu? Tentu saja tidak! Paman pikir ibumu juga sudah tidak memikirkan pernikahan lagi."

"Kenapa? Kalau pernikahan bisa membahagiakan Ibu..."

"Kau mau ikut menonton shooting, Baek Suzy?"

"Paman mau mengajakku nonton shooting?" ulang Baek Suzy tidak percaya. Matanya bersinar sekejap.

"Mau, tidak?"

"Boleh?"

"Tentu saja boleh. Asal tidak dicari nenekmu yang bawel itu!"

"Hari ini bagian Park Ji Yeon yang menjemput Lee Young Yoo dan Kim Yoo Jung. Dulu mereka ikut mobil antar-jemput. Tapi sekarang terpaksa pulang sendiri."

"Karena tidak ada uang?"

"Kami harus betul-betul berhemat."

"Kau tidak mau cari uang?"

"Dengan kondisi seperti ini, aku bisa bekerja apa Paman?"

"Mau coba-coba main film seperti Ibu?"

"Aku?" Paras gadis remaja itu langsung memerah.

"Apa gadis pincang sepertiku ini bisa main film, Paman?"

"Yang disorot kan bukan kakimu?"

"Betul Paman mau mengajakku main film?” tanya Baek Suzy dengan dada berdebar-debar. Wajahnya terasa panas. Tetapi tangan-kakinya justru dingin.

"Siapa tahu kau berbakat. Pincangmu kan bisa ditutupi?”

"Tahu dari mana aku berbakat atau tidak?"

"Kan bisa dites."

"Apanya?"

"Ya aktingnya."

"Kapan ditesnya, Paman?"

“Terserah kau. Sekarang juga boleh, kau mau."

"Di mana? Di studio? Seperti Lee Young Yoo dan Kim Yoo Jung?"

* * *

Tetapi Kim Hyun Joong tidak membawa Baek Suzy ke studio Dia membawanya ke sebuah cottage. Di sanalah katanya Baek Suzy akan dites.

Ketika Baek Suzy menyadari apa yang diinginkan Kim Hyun Joong, sudah terlambat untuk mencegahnya. Dia hanya dapat menangis tersedu-sedu di atas tempat tidur setelah semuanya terjadi.

"Sudah, jangan menangis," hibur Kim Hyun Joong lemah lembut. Seolah-olah Baek Suzy cuma kehilangan sepatunya. "Tidak apa-apa. Tidak ada yang tahu. Dan aku akan menepati janjiku. Akan kujadikan kau seorang bintang. Bintang yang jebih hebat dari ibumu."

Ketika teringat Ibu, Baek Suzy malah menangis semakin sedih. Apa yang harus dikatakannya kepada Ibu? Atau... lebih baik jika tidak dikatakannya? Ibu pasti sakit hati. Padahal tubuhnya masih demikian lemah...

"Sudah, Baek Suzy. Hapus air matamu!" tukas Kim Hyun Joong sambil bangkit dari tempat tidur. "Jangan sampai Ibu tahu. Sebentar lagi kau harus pergi ke rumah sakit, kan? Ayo, Paman antar ke sana."

Tetapi Baek Suzy tidak mau menemui ibunya. Dia takut Ibu dapat membaca kesedihannya. Ibu sulit dibohongi. Lebih baik dia pura-pura tidak enak badan... atau bukan pura-pura. Badannya memang terasa sangat tidak nyaman! Pikirannya juga. Lebih baik sore ini tidak usah mengunjungi Ibu....

Kim Hyun Joong mengantarkannya pulang ke rumah. Sesaat sebelum Baek Suzy turun dari mobilnya, dia menyodorkan uang 500 ribu.

"Untuk kau makan," katanya lunak. "Kalau perlu uang, datang saja ke kantor."

Betapa dermawannya Paman Kim Hyun Joong sekarang! Tiba-tiba saja begitu mudah bagi Baek Suzy untuk mendapatkan uang!

* * *

"Baek Suzy sakit?" Kim So Eun mengangkat alisnya dengan cemas.

"Katanya tidak enak badan," sahut Nenek tawar. "Setiap hari dia selalu keluar rumah!"

"Baek Suzy cari uang untuk biaya rumah sakit, Nek!" ralat Park Ji Yeon kesal. "Kalau dia di rumah terus bagaimana kita bisa bayar tagihan besok?"

"Baek Suzy cari uang?" Dahi Kim So Eun tambah berkerut. "Ke mana?"

"Katanya pinjam sana-sini."

Uang sebesar itu? Siapa yang mau meminjamkannya pada Baek Suzy? Aneh.

"Besok Ibu pulang ya?" sela Kim Yoo Jung. "Sudah lama sekali Ibu di sini. Sudah berapa lama ya, Bu? Sebulan?"

Kim So Eun tersenyum pahit.

"Belum sampai tiga minggu, Sayang. Kau sudah mau tidur dengan Ibu, Kim Yoo Jung?"

"Aku mau Ibu bisa mengantarku ke studio. Sekarang bibirku sudah tidak sakit lagi, Bu. Aku sudah bisa shooting. Nanti aku akan bawa uang banyak untuk Ibu, ya."

“Tentu, sayang." Kim So Eun mencubit pipi Kim Yoo Jung dengan gemas. Masalahnya, kesempatan langka itu tidak datang dua kali! Tn. Lee Min Ho sudah menemukan calon bintang lain. Dan lowongan itu telah tertutup.

"Jangan khawatir, Bu," sela Park Ji Yeon ketika melihat perubahan wajah ibunya.

"Kata Baek Suzy, sisa tagihan besok bisa dilunasi."

Aku justru bertambah khawatir, pikir Kim So Eun bingung. Dari mana Baek Suzy mendapat uang sebanyak itu?

* * *

"Dari mana kau dapat uang sebanyak itu, Baek Suzy?" tanya Kim So Eun keesokan harinya, ketika Baek Suzy dan Park Ji Yeon menjemputnya ke rumah sakit.

Hari ini Kim So Eun sudah diperbolehkan pulang. Dokter Song Seung Hun sudah melakukan visite terakhir ke kamarnya. Dan Kim So Eun hanya diminta kontrol kembali ke rumah sakit sebelum menjalani seri pertama terapi radiasinya.

"Pinjam, Bu."

"Pinjam dari mana? Siapa yang mau meminjamkan uang sebanyak itu?"

"Dari Paman Kim Hyun Joong, Bu," sahut Baek Suzy ketika dia merasa tidak dapat membohongi ibunya lagi. Ditundukkannya kepalanya dalam-dalam. Tidak berani membalas tatapan ibunya.

"Paman Kim Hyun Joong?"

Kim So Eun bukan hanya terkejut. Dia heran. Sekaligus bingung. Tidak percaya. Curiga.

Kim Hyun Joong mau meminjamkan uang sebanyak itu? Bukan main! Sudah punahkah kemarahannya? Tetapi kalau dia sudah tidak marah lagi... mengapa dia tidak pernah datang mengunjunginya?

"Barusan aku datang ke kantornya, Bu. Pinjam uang."

"Kau berani datang kepadanya tanpa setahu Ibu?"

"Lalu Baek Suzy harus pergi ke mana lagi, Bu?" potong Park Ji Yeon, tidak tega melihat pucatnya wajah adiknya.

Mata Baek Suzy menggelepar dalam ketakutan. Dan dia seperti tidak berani memandang ibunya.

"Jadi kau juga setuju Baek Suzy pinjam uang dari Paman Kim Hyun Joong?" Kim So Eun menoleh heran kepada putri sulungnya. "Biasanya kau paling alergi pada Paman Kim Hyun Joong, kan?"

"Kalau dia mau memberi pinjaman, kenapa tidak!" balas Park Ji Yeon datar. "Masa bodoh siapa yang mau memberikan pinjaman, pokoknya dapat uang!”

“Kau tidak berpikir mungkin dia mengharapkan sesuatu dari kebaikannya?"

"Apa yang mau diharapkan dari kita?” sahaut Park Ji Yeon seenaknya. "Biar saja dia berharap sampai tua!"

“Paman Kim Hyun Joong tidak tanya kapan kita bisa mengembalikan uang sebanyak itu, Baek Suzy?”

Baek Suzy menggeleng tanpa berani mengangkat kepalanya.

"Maafkan Aku, Bu," desahnya lirih. ”Aku bingung. Tidak tahu lagi ke mana harus mencari uang.”

"Maafkan Ibu juga, Baek Suzy, " ujar Kim So Eun lembut. "Ibu tahu betapa berat penderitaanmu. Betapa berat usahamu mencari uang.”

Tapi Ibu tidak tahu betapa besar pengorbananku untuk memperoleh uang itu, tangis Baek Suzy dalam hati.

Bersambung…

Chapter 10 ... Chapter 11
Chapter 9 ... Chapter 12
Chapter 8 ... Chapter 13
Chapter 7 ... Chapter 14
Chapter 6 ... Chapter 15
Chapter 5 ... Chapter 16
Chapter 4 ... Chapter 17
Chapter 3 ... Chapter 18
Chapter 2 ... Chapter 19
Chapter 1 ... Chapter 20 ... Chapter 21
Prolog

2 komentar:

  1. Em Kamiiiiing..Lama Tag JUmpa..(Modem-Q Baru dapaT jatah makan hahahaha,akhirnyaaaaaa dia bisa kenyang!!)
    Waaaaaahhhh bejiban yg blum Q baca...(terakhir sampay mana ye AQ kument???Luping saya!!)
    Woke la, AQ maw baca Duluuuu ThoR..
    KALO MINTA PENDAPAT_Q..AQ maw Happy Endiiiiiiiing...Kalo Sad ending AQ jd Ingusan ntaR...^^ winki wink!!

    BalasHapus
  2. Oh Maaaaay...GILax sie Hyun JOong..Benar2 *****!!!
    ampunnn Suzy Hebad euy..Kangen Paman Kim Buuuuuuuuuum thoR..hhahahahha

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...