Ting tong
”Morning, Kim So Eun,” sapa Kim Bum, sambil tersenyum ramah. Kim So Eun berdiri di depan pintu. Sudah siap dengan setelan formalnya, hari ini berwarna cokelat tua, dan rambut yang digelung tinggi. Sebuah tusuk konde berbentuk konvensional tampak menyembul dari belakang gelung rambutnya.
“Selamat pagi, Tn. Kim Bum,” Kim So Eun membalas sambil tersenyum tipis.
“I know, I’m sorry. Saya terlambat bangun, tapi saya akan segera selesai.” Kim Bum membuka pintu lebar-lebar. “Silakan kau masuk dulu.”
Hari ini mereka, Kim Bum, Kim So Eun, dan satu lagi pria marketing yang bernama Jae Hee, berencana untuk mempresentasikan produk baru dari Megaparts International Cooporation kepada beberapa klien. Kim Bum juga punya proyek pribadi. Dia ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan Kim So Eun. Dia ingat kata-kata Tn. Song Seung Hun yang ingin Kim So Eun menjadi gadis ceria seperti dulu lagi.
“Nothing bad happened yesterday?” tanya Kim Bum.
Wajah Kim So Eun memerah. Sambil menunduk dia menggeleng.
Kim Bum tersenyum, “Berarti nanti siang dan juga nanti malam kau harus menemani saya makan,” ujarnya.
Kim So Eun terperangah, ragu-ragu dia mengangguk.
”Tn. Kim Bum, saya harus memberikan sebuah dokumen kepada Tn. Song Seung Hun, setelah itu saya akan siap berangkat,” ujar Kim So Eun, begitu mobil berhenti di pintu masuk kantor.
Kim Bum mengangguk, menyusul langkah Kim So Eun masuk ke dalam lift. Tidak seperti biasanya, lift kali ini sepi. Hanya Kim So Eun dan Kim Bum.
”Kenapa kau selalu menggelung rambutmu seperti itu?” tanya Kim Bum, sambil memperhatikan rambut Kim So Eun.
Kim So Eun tidak menjawab. Dia suka keteraturan, hmm... dalam batas yang agak tidak wajar. Baginya, gelung rambut yang rapi mencirikan sebuah keteraturan.
”Pasti kau akan terlihat lebih cantik, kalau rambutmu tergerai.”
Kim Bum menarik tusuk konde model konvensional yang menyatukan helai-helai rambut Kim So Eun. Rambut Kim So Eun tergerai bebas di pundaknya. Rambut Kim So Eun indah. Penampilan Kim So Eun pun tampak lebih segar dengan rambut tergerai seperti itu.
“Tn. Kim Bum....” Kim So Eun terlihat panik. Tangannya terulur untuk merebut kembali tusuk kondenya. “Kembalikan tusuk konde saya.”
Kim Bum menggeleng sambil tersenyum kecil.
Trakk... Dia mematahkan tusuk konde itu.
“Hari ini, kau harus menggerai rambutmu. Tidak ada hal buruk yang terjadi, kalau kau menggerai rambutmu. Trust me....”
Tiingg.... Pintu lift membuka dan Kim Bum berlalu dari hadapannya sambil tersenyum.
Apa maunya lelaki itu? batin Kim So Eun dengan kesal.
Kemarin dia sudah melanggar ’peraturan pribadi’-nya dengan makan malam di rumah Nenek Kim Ja Ok. Semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak. Menanti-nanti kejadian buruk apa yang akan terjadi. Hari ini, dia kembali harus melanggar ’peraturan pribadinya’-nya. Kim So Eun tidak suka itu!
Dia sibuk mengaduk-aduk tasnya. Mencari-cari apakah dia membawa tusuk konde lain. Tidak mungkin dia membiarkan rambutnya tergerai seperti ini. Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi karena dia menggerai rambutnya? Dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri!
”Hai, Kim So Eun...,” sapa sebuah suara.
Kim So Eun menghentikan apa yang sedang dia lakukan. Dia mengenali suara itu. Suara Jae Hee....
“Hai...,” balas Kim So Eun.
Jae Hee tersenyum. Dada Kim So Eun berdesir. “Tn. Song Seung Hun sudah menunggumu. Katanya ada dokumen yang harus kau serahkan pagi ini.”
Kim So Eun mengangguk.
”Kau...,” mata Jae Hee memicing. ”Kelihatan lain hari ini. Kau kelihatan lebih cantik dengan rambut tergerai.”
Wajah Kim So Eun memerah.
Jae Hee tersenyum melihat reaksi Kim So Eun, kemudian berlalu pergi.
Kim So Eun menghela napas putus asa. Dia tidak menemukan satu pun tusuk konde di dalam tasnya. Sepertinya, dia harus bertahan dengan keadaan rambut tergerai sepanjang hari ini. Dia menarik napas panjang dan menepuk punggung tangannya tiga kali, kemudian berjalan ke arah ruangan Tn. Song Seung Hun.
”Permisi,” sapa Kim So Eun, sebelum membuka pintu ruangan Tn. Song Seung Hun. Kim Bum rupanya juga sedang berada di ruangan Tn. Song Seung Hun.
”Selamat pagi, Kim So Eun.” Tn. Song Seung Hun terkesiap melihat penampilan Kim So Eun. ”Kau kelihatan segar sekali hari ini,” pujinya, tulus.
Kim So Eun tersenyum tipis. ”Terima kasih, Tn. Song Seung Hun. Ini dokumen yang harus saya serahkan.” Kim So Eun menyerahkan beberapa dokumen yang telah dijanjikan.
”Hari ini saya, Kim So Eun, dan Jae Hee akan mendatangi beberapa customer. Saya rasa kami akan seharian berada di luar kantor. Saya minta izin untuk meminjam sekretaris andalan Anda,” ujar Kim Bum, sambil melirik Kim So Eun sekilas.
Tn. Song Seung Hun tersenyum. “Tentu! Selama Tn. Kim Bum berada di Seoul, Kim So Eun telah saya tugaskan untuk penjadi PA Anda.”
“Kalau begitu, kami akan mulai bekerja sekarang.” Kim Bum menoleh ke arah Kim So Eun, “Ayo, Kim So Eun. Kita berangkat sekarang.”
Kim So Eun keluar dari ruangan Tn. Song Seung Hun bersama dengan Kim Bum. Sepanjang perjalanan menuju lift, teman-teman sekerjanya memuji penampilannya.
”Kim So Eun, kau kelihatan lebih cantik hari ini.”
”Bagus juga. Sekali-sekali rambutnya digerai, jangan digelung terus.”
”Kim So Eun!!! Ternyata rambutmu bagus sekali!!!”
Hanya Jung So Min yang mencibir ketika Kim So Eun melewati cubicle-nya.
Ketika masuk ke dalam lift, Kim So Eun tersenyum kecil. Di dalam hatinya berdesir perasaan hangat yang sudah lama tidak dia rasakan. Dia senang mendapat perhatian dari teman-teman sekerjanya. Ternyata, mereka semua memperhatikannya selama ini.
”Wajahmu lebih cerah...,” komentar Kim Bum, ketika pintu lift tertutup. ”Mendapat pujian dari teman-teman adalah suatu hal yang positif. Hal positif yang kau dapat karena kau telah menggerai rambutmu.”
Kim So Eun hanya mengangguk. Perasaannya jauh lebih ringan. Mungkin kata-kata Kim Bum benar. Mungkin memang tidak ada yang perlu ditakuti. Toh, hanya masalah menggerai rambut.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar