Chapter 5
Sama-Sama Cinta
Mula-mula sinar matahari pagi yang menyentuh mataku. Kepalaku terasa berat karena aku tidur terlambat. Hari Sabtu ini aku memang tidak masuk sekolah. Ini hari terakhir masa skorsku.
Aku bangkit dari ranjangku, dan sudut mataku tertumpu pada makhluk cantik dengan seragam sekolah sedang duduk di meja belajarku.
"Kim So Eun?!" Mataku membelalak tak percaya.
Kim So Eun tersenyum.
"Sudah bangun, Kim Bum?" tanyanya sembari tersenyum.
"Kau tidak sekolah?" tanyaku heran.
Kim So Eun menggelengkan kepala.
"Tadi ke sekolah sebentar. Lalu aku telepon ke sini. Kata Ibumu, kau belum bangun. Lalu, aku minta izin pada guru piket mengurai dalih sedang ada urusan keluarga, tidak ikut kelas pertama. Lalu, jadilah aku kemari," urai Kim So Eun ceria, mengangkat bahunya mengaba 'tidak apa-apa, kan?'. Mata beningnya bergerak indah. Menatap sesuatu yang tertempel di dinding kamarku.
Aku mengikuti pandangan mata kristal itu. Dan wajahku merah. Aku telah melakukan kebodohan. Foto besar Kim So Eun yang tertempel di dinding itu lupa kusimpan — tentu saja, karena siapa yang menyangka gadis itu akan datang mendadak lantas duduk sekarang di hadapanku!
"Mungkin kau tidak akan percaya, Kim Bum, kalau aku juga menempel fotomu di dinding kamarku," ungkap Kim So Eun dengan suara tertahan. Pipinya nampak memerah. Tetapi dia cepat mengalihkan paras wajahnya yang 'malu' itu dengan bergerak ke arah jendela, menarik gorden dan membentangkan daun jendela. Angin pagi yang sejuk menerobos masuk ke dalam kamarku yang mungil.
Aku terdiam, terkesima dengan pengungkapannya yang jujur.
"Selama ini kita sama-sama munafik kan, Kim Bum?!" Kim So Eun mengalihkan pandangannya dari jendela ke wajahku.
Aku tertunduk. Tak berani menatap sepasang bola mata kristalnya yang tengah memancarkan kesungguhan.
"Aku takut melukai hatimu, Kim So Eun! Untuk itu, aku tidak pernah mengingkan sesuatu hal yang lebih dari sekadar persahabatan. Meskipun sebenarnya aku...."
"Kau tidak pernah berterus terang, Kim Bum!"
"Maafkan aku, Kim So Eun. Aku...."
"Kau mencintaiku kan, Kim Bum?!" Kim So Eun berjalan mendekatiku, duduk di samping saat tiba di pinggir ranjang.
Aku terkesiap. Tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Aku memang pengecut. Tidak pernah jujur dengan isi hatiku sendiri sehingga menciptakan tirai maya yang memenjarakanku dalam siksaan yang luar biasa sakitnya.
"Ak-aku...."
"Tak perlu kau katakan, Kim Bum! Dari sikapmu, tatapanmu, aku tahu kalau sebenarnya kau mencintaiku!" Mata beningnya menatapku tajam.
Aku mengangkat wajah. Mencoba membalas tatapannya yang tulus. Dan beberapa saat kemudian kami saling berpandangan. Lama. Lama sekali. Kemudian kukecup bibirnya lembut. Tiba-tiba ada senandung indah menggelepar di ruang hatiku. Senandung cintakah itu?
Aku tersenyum. Menikmati kerjapan bening mata kristal milik Kim So Eun, dan membiarkan senandung cinta itu mengalun indah di hatiku.
Indah, seindah mata kristalnya.
Tamat
Copyright Sweety Qliquers
Copyright Sweety Qliquers
ohohoho..Heppi end critanya...\0/
BalasHapus