Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 14 Juli 2011

Ritual Tiga (Chapter 1)



Kim So Eun merapikan kertas-kertas di atas mejanya. Dia meletakkan tumpukan kertas itu di sebelah kiri meja. Diambilnya lagi tumpukan kertas itu, kemudian diletakkannya lagi di sebelah kiri mejanya. Dia berhenti sebentar, dan untuk ketiga kalinya, dia mengambil tumpukan kertas itu, kemudian meletakkan lagi di sebelah kiri mejanya.

Dia bangun dari kursinya, duduk lagi, bangun, duduk lagi, dan bangun untuk ketiga kalinya. Dia mengambil tasnya, menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu keluar dari ruangan.

Kantor sudah sepi. Hanya tinggal dia sendiri yang belum pulang. Dia baru selesai membereskan meja kerjanya, sebuah pekerjaan yang melelahkan baginya. Dia harus memastikan, semua sudah benar-benar diletakkan pada tempatnya, harus membuang kertas-kertas yang tidak diperlukan, dan harus membersihkan meja kerjanya. Semua itu harus diulangi sebanyak tiga kali.

Kim So Eun menghela napas. Tubuhnya penat. Jam kantor seharusnya berakhir pukul lima sore. Tapi, karena dia masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan plus membereskan meja kerjanya, dia baru bisa meninggalkan kantor pada pukul delapan.

”Selamat malam, Nn. Kim So Eun,” sapa penjaga kantor, mengangguk dengan sopan.

Kim So Eun balas mengangguk, lalu berjalan menghampiri mobilnya. Dia menepuk punggung tangannya tiga kali, membuka kunci mobil tiga kali, lalu masuk. Dia menstarter mobilnya tiga kali, kemudian meluncur pelan membelah malam Seoul.

Sampai di rumah, ’ritual tiga’, sebutannya untuk kebiasaan melakukan segala sesuatu sebanyak tiga kali, masih berlanjut. Dia harus mandi tiga kali, keramas tiga kali, mengeringkan tubuhnya tiga kali, berpakaian tiga kali, mengunyah makan malamnya tiga puluh tiga kali, mencuci piring tiga kali, naik ke ranjang tiga kali, dan menyelimuti dirinya tiga kali. Dia sudah lelah sekali, tapi dia masih harus membaca tiga buku sebelum tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas....

Mimpi itu datang lagi!

Kim So Eun terbangun. Napasnya tersengal. Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Dia menggapai jam weker di sebelahnya. Waktu baru menunjukkan pukul lima. Kim So Eun memejamkan mata. Berusaha mengusir bayangan silau lampu motor dan suara decitan ban dalam mimpinya. Mimpi yang sama. Mimpi buruk yang telah dialaminya selama sepuluh tahun, sejak kematian kedua orang tuanya....

Kim So Eun menggeleng keras. Dia bangun dan mengenakan sandal kamarnya, semua itu diulangi sebanyak tiga kali. Walaupun masih mengantuk, dia harus bangun pagi-pagi sekali. Dia harus mempersiapkan diri sebelum berangkat ke kantor. Menyalakan kompor untuk membuat sarapan, makan, mencuci piring bekas sarapan, menyapu lantai rumah, gosok gigi, mandi, berpakaian, menggelung ketat rambutnya, dan berdandan. Semua itu harus dilakukannya sebanyak tiga kali.

Kim So Eun menarik napas lega setelah selesai memulas lipstiknya untuk ketiga kalinya. Terkadang dia merasa lelah dengan ‘ritual tiga’-nya. Terlalu menyita waktu dan energinya. Akan tetapi, dia tidak berani melanggar. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Sesuatu yang buruk seperti kematian orang tuanya, yang menyebabkan dia kini sendirian, bukan bertiga lagi seperti dulu.

Mata Kim So Eun mengerjap, mengusir air mata yang hampir mengalir turun. Dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu membuka pintu rumah.

Saat dia sudah berada di dalam mobilnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Dia harus bergegas! Kemarin, Tn. Song Seung Hun, bosnya sekaligus pamannya dari pihak ibu, mengumumkan bahwa akan datang seorang technical engineering bernama Kim Bum dari Megaparts International Cooperation, kantor pusat di Amerika. Rencananya, Kim Bum akan memperkenalkan produk kimia hasil penelitian terbaru. Tn. Song Seung Hun juga menugaskan Kim So Eun agar menjadi asisten pribadi Kim Bum selama dia di Seoul.

Kim So Eun teringat nada penuh cemooh yang dilontarkan Jung So Min saat mengetahui bahwa Kim So Eun yang ditunjuk menjadi personal assistant Kim Bum.

“Kenapa si gadis aneh itu, yang dipilih jadi asisten pribadi Tn. Kim Bum? Membuat malu kantor kita saja! Lebih baik aku saja, yang jadi asisten Tn. Kim Bum. Pasti akan lebih memuaskan...!” seru Jung So Min, disambung dengan cekikikan centilnya. Jung So Min berkata-kata dengan volume suara yang tidak dipelankan. Kentara sekali kalau dia ingin Kim So Eun mendengar apa yang dia katakan.

Kim So Eun menghela napas. Dia tahu, dia dipandang sebagai gadis aneh. Gadis yang selalu melakukan segala sesuatu tiga kali. Gadis yang terlalu perfectionist – dengan kecenderungan yang mengerikan. Gadis yang selalu dingin dan kaku, terhadap wanita dan, terutama, terhadap lelaki.

Dia sebenarnya juga tidak mau menjadi gadis aneh. Dia ingin berhenti melakukan ’ritual tiga’-nya, dia ingin menjalin relasi yang hangat dengan orang lain, dia juga ingin lebih santai. Sama seperti orang normal lainnya. Tapi... dia takut.

Dia takut, kalau tidak melakukan ’ritual tiga’, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia takut, kalau tidak selalu memeriksa apa yang dilakukan, maka kesalahan kecil akan berakibat fatal. Dia juga takut untuk ’dekat’ dengan orang lain. Dia takut ’kedekatan’ mereka akan membahayakan hidup si lelaki. Seperti kedekatan dengan kedua orang tuanya yang menyebabkan mereka meninggal. Dia bahkan takut hanya dengan membayangkan semua itu.

Kim So Eun berjalan mantap ke arah mejanya. Banyak yang harus dia persiapkan untuk menyambut kedatangan Tn. Kim Bum. Dia duduk tiga kali, menepuk punggung tangannya tiga kali, kemudian mulai melakukan tugasnya.

”Kim So Eun, tolong jemput Tn. Kim Bum di bandara.” Tn. Song Seung Hun menghampiri meja kerjanya. “Sebelumnya, tolong kau persiapkan bahan untuk meeting intern siang ini. Oh ya, nanti perlihatkan juga bahan meeting-nya kepada Tn. Kim Bum, kalau-kalau masih ada yang perlu dia tambahkan.”

“Baik, Tn. Song Seung Hun,” jawab Kim So Eun, mengangguk.

Dia memang membiasakan diri untuk memanggil orang lain dengan diawali Tuan, Nyonya maupun Nona. Ini adalah salah satu usahanya untuk tidak mengakrabkan diri dengan orang lain. Dia mulai mengerjakan tugas yang diberikan Tn. Song Seung Hun dan setelah semuanya siap, dia menghubungi Choi Daniel, sopir kantor, dan bergegas menuju bandara.

Bersambung…

1 komentar:

  1. ANeeeeeeeeeeeeeeH bangaad RituaL-nya???...AlangkaH capek-nya idup si SoeUn ya??Gak keBayang Mandi 3x kayak apa?..BeUhhhhh bisa TiPiis kuLIt mu soEuuuuuun..Babooo!!
    BAGUS JUGA KALO RITUAL TIGA_NYA ITU KISSU-KISSu BEOM 3X..GaK papa itu maH..AQ FuLL suppORt..wkwkwkwwk

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...