Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 07 Juli 2011

Kisah Cinta Tak Sempurna (Chapter 6)



Setahun setelah malam itu....

Aku mengabulkan janjiku, itu adalah malam terakhir kami bersama. Aku sama sekali tak mau tahu atau tak mau berusaha mencari tahu tentang kehidupannya.

Hari ini aku ke gereja. Aku datang seorang diri. Aku ingin memperlihatkan pada Tuhan bahwa aku masih kuat bertahan. Meski telah ia ambil seseorang yang sangat berharga sekalipun.

Aku termenung, berlutut sangat lama. Tak terasa kesemutan yang biasanya menggerogoti sekujur kakiku. Lama–kelamaan mataku terasa memanas.

Tuhan... aku datang pada-MU, berserah dengan segala daya yang masih kupunya. Telah kau ambil seseorang yang aku pikir dialah yang aku cari selama ini. Jika ini tandamu dia bukan jodohku, terima kasih Tuhan. Ambil saja dia, dan biarkan aku tetap berusaha kuat di tempat ini....

Aku terus berlutut, meski telah habis semua yang ingin kusampaikan pada-Nya. Hari makin larut, tapi masih kudengar hiruk pikuk para umat sesamaku berlomba–lomba mendatangi gereja ini. Dan hujan pun turun.

Aku menunggu hujan reda, Pukul 11 malam aku baru bisa pulang. Jalanan sungguh licin. Tapi untungnya, lampu penerang cukup banyak. Lagi–lagi aku menangis dalam mobil.

* * *

”Kau diterima, Hari Senin kau mulai bekerja, ya.” Perempuan muda yang tampak anggun tersenyum puas dengan hasil interview-nya padaku.

Tak bisa kusembunyikan senyum senangku. ”Ohh, baiklah, tapi boleh tahu apa posisi yang saya tempati?”

”Sekretaris direktur, Nona,” jawabnya, singkat.

Hahhh?? Aku menggigit ujung bibirku. Memastikan apa yang baru saja kudengar bukan sekadar imajinasiku. Bagaimana bisa, Kim So Eun, gadis lulusan diploma II yang masih 22 tahun dan belum pernah bekerja sebelumnya ini mendapatkan posisi sepenting itu. Dan aku mendapatkannya karena usahaku. Bukan atas pemberian atau bantuan koneksi orang. Aku kini punya pekerjaan tetap.

”Nona? Anda siap, ’kan. Tidak usah khawatir. Tn. Lee Ji Hoon, bos yang baik. Teman–teman di sini juga pasti siap membantu Anda,” kata perempuan itu, memberi semangat.

”Ohh, iya, saya siap. Saya akan datang kembali Senin nanti,” janjiku.

Senang tak terkira. Sepanjang jalan pulang dari perusahaan ini seperti kurasakan lagi ribuan kunang–kunang menggelitik perutku.

Hai...aku Kim So Eun, si sekretaris direktur....

Tak hentinya aku mengulang–ulang kalimat itu sambil tak lupa dengan senyum sempurnaku. Tak sabar ingin kusampaikan ini pada Jung Il Woo Oppa, Park Shin Hye, dan Im Yoona. Mereka, orang–orang yang bersaksi penuh atas hidupku belakangan ini. Bahkan pekerjaan ini juga atas andil dorongan terus–menerus semangat dari mereka. Meski saat itu Jung Il Woo Oppa jauh di Boulevard.

Pulang kerja, kalian aku tunggu di pantai biasa, ya....

Aku kirim SMS itu sekaligus pada Park Shin Hye dan Im Yoona. Setelahnya kutelepon Jung Il Woo Oppa.

”Sekarang kau paham kan, kau adalah perempuan cerdas. Pekerjaan ini layak kau dapatkan. Konsentrasilah pada karier barumu. Nikmati dan pelajari sebanyak–banyaknya. Selamat merayakan hidup barumu, nona sekretaris direktur yang manis. Aku harus jadi orang pertama yang kau traktir dengan gaji pertamamu, ya.” Suara kakakku satu–satunya itu terdengar sungguh antusias.

Lagi–lagi kurasakan ribuan kunang–kunang itu bermain di perut dan dadaku. Ada bahagia yang membuncah. Tapi, belum lengkap sebelum Park Shin Hye dan Im Yoona tahu. Tak sabar kutunggu mereka. Pantai begitu tenang, dan matahari perlahan bersiap tertidur.

Mereka berlari–lari kecil menghampiriku. Tak kukatakan apa–apa, hanya kurangkul mereka bergantian. ”Terima kasih, ya. Aku dapatkan pekerjaan itu, sekretaris direktur,” uraiku, senang.

”Wahhh... selamat, ya, Nona. Asyik, traktir, ya, gaji pertama,” Park Shin Hye menatapku antusias.

”Akhirnya kita bertiga sekarang sudah punya karier masing–masing, ya, meskipun kantormu jauh. Tapi, tak masalah Kim So Eun, yang terpenting sekarang saatnya kau memulai hidup yang baru,” nasihat Im Yoona, diikuti tatapan setuju Park Shin Hye.

Kami menghabiskan waktu cukup lama di pantai itu. Diam–diam aku masih merasa ada seseorang yang kurang dalam kebahagiaanku. Tidak ada ucapan selamat dari Kim Hyun Joong. Sial. Bukankah aku baru saja akan memulai sesuatu yang baru, namun selalu saja embel–embel masa lalu datang memberondongku.

Di rumah....

Hanya ada aku dan tik–tok bunyi hujan di luar sana. Harum tanah mulai tercium. Aku berucap syukur pada-Nya, berterima kasih atas hadiah yang ia kirimkan hari ini padaku.

Senin Pagi....

Pukul 9 pagi. Aku sudah memarkir mobil kesayanganku di parkiran kantor baruku yang luas. Aku disambut seorang staf bagian personalia. Aku diperkenalkan pada seisi kantor. Dan berakhir di ruangan pribadiku. Di lantai 2 dekat dengan ruangan direktur. Aku nyaris tak yakin ruangan ini adalah bilik pribadiku. Semua fasilitas lengkap ada di sana. Ini dia duniaku yang baru. Ada harapan segar melintas di hari pertamaku. Perusahaan jasa kontraktor ini cukup punya nama di Dreamlight, dan kini aku menjadi bagian di dalamnya. Pencapaian yang bagus.

”Ini semua pasti akan membantuku melupakanmu, Sayang...,” kataku, membatin.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...