Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Sabtu, 23 Juli 2011
The Right Man (Chapter 8)
Kim Bum tegak di ambang pintu kamarnya. Dengan tatapan yang tak mungkin lagi dilupakan Kim So Eun. Dia kenal sekali arti tatapan itu. Ya Tuhan! Mungkinkah? Tatapan Kim Bum adalah tatapan seorang laki-laki yang sedang dibakar cemburu!
Oh, tidak pantas dia memandang seperti itu! Tidak patut Kim Bum mencemburuinya! Dia toh bukan suami Kim So Eun!
"Pelacur," geram Kim Bum dengan rahang terkatup menahan marah. Sekujur wajahnya merah padam. Matanya membeliak antara marah, cemburu, dan sakit hati.
Dihampirinya Kim So Eun dengan sengit. Tetapi sebelum Kim Bum sempat mengumpat lagi, tangan Kim So Eun telah melayang menampar mulutnya.
"Kau tidak berhak mengumpatku!” bentak Kim So Eun separuh menangis. Dia sendiri tidak mengerti. Mengapa harus menangis? Kalau dia marah, kalau dia tersinggung, untuk apa mengeluarkan air mata?
"Kau kecewakan anak-anakmu untuk melacur dengan lelaki seperti itu!" damprat Kim Bum tanpa mengacuhkan bekas tamparan Kim So Eun. "Kau tidak pernah mengerti perasaan anak-anakmu!"
"Aku memang bersalah pada Lee Young Yoo," desis Kim So Eun menahan marah. "Tapi aku tidak bermaksud membawa lelaki itu ke dalam kamarku!"
"Bohong! Kau pasti tidur dengan dia kalau aku tidak ada di sini!"
Sekali lagi Kim So Eun melayangkan tangannya untuk menampar. Keterlaluan benar lelaki ini! Lancang benar mulutnya!
Tetapi kali ini, Kim Bum lebih cepat. Ditangkapnya tangan Kim So Eun. Ketika Kim So Eun meronta lepas, Kim Bum malah mencekal tangannya lebih kuat lagi. Semakin kuat dia meronta, semakin sakit tangannya.
"Lepaskan aku!" geram Kim So Eun antara sakit dan marah. "Atau aku menjerit!"
"Menjeritlah," tantang Kim Bum dingin. "Supaya anak-anakmu tahu jam berapa ibunya pulang!"
"Kau tidak berhak memperlakukanku seperti ini!" desis Kim So Eun setelah sia-sia meronta. "Ini rumahku!"
"Seseorang harus mengajarkanmu artinya sakit!"
"Kau mau membalaskan dendam Lee Young Yoo padaku?"
"Bukan hanya Lee Young Yoo!"
"Keluar kau dari ramahku!" bentak Kim So Eun kalap. "Keluar!"
"Baik!" Kim Bum melepaskan tangan Kim So Eun dengan sama marahnya. "Aku keluar sekarang juga. Aku muak melihat tingkahmu!"
Dengan marah Kim Bum memutar tubuhnya dan masuk ke kamar. Sekejap setelah mengusir lelaki itu, timbul sesal di hati Kim So Eun. Selama empat hari berada di rumahnya, apa yang jelek yang telah dilakukannya? Tidak satu pun.
Dia malah telah mencoba untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan Kim So Eun. Dengan berani Kim Bum menelanjangi kesalahannya. Tidak peduli Kim So Eun marah atau tidak.
Kim Bum pun telah berusaha untuk bergaul dengan anak-anaknya. Mencoba mendekati mereka. Dia bahkan tidak segan-segan mencoba bergaul dengan ibunya. 'Perempuan tua yang aduhai cerewetnya. Sulit didekati. Dan paranoid.
Malam ini Kim Bum memang kurang ajar. Tapi itu didorong oleh kemarahannya. Karena Kim So Eun telah mengecewakan anak-anaknya. Dan membawa seorang lelaki ke kamarnya....
Dia cemburu. Kim So Eun tak dapat melupakan caranya menatap tadi. Sudah berapa lama tidak ada lelaki yang menatapnya seperti itu?
Sekarang Kim So Eun kebingungan. Dia tidak sampai hati mengusir Kim Bum malam-malam begini. Dia harus pergi ke mana? Bukankah dia tidak berani pulang ke rumah?
Tapi melarangnya pergi berarti menjilat ludah sendiri! Kim So Eun merasa malu....
Di dalam kamar, Kim Bum pun sedang bimbang. Tadi dia memang sangat marah, kekesalannya karena Kim So Eun mengingkari janjinya pada Lee Young Yoo meledak dengan kedatangan laki-laki itu di kamarnya.
Entah perasaan apa yang membakar hatinya tadi. Bukan hanya marah. Ada perasaan lain. Sakit rasanya melihat Kim So Eun dalam pelukan laki-laki lain.
Tetapi kini Kim So Eun telah mengusirnya. Dia tidak punya pilihan lain. Dia harus pergi. Malu kalau harus merengek belas kasihannya.
Kalau boleh memilih, Kim Bum lebih senang meninggalkan rumah ini besok pagi saja. Dia belum pamit pada anak-anak. Dan dia ingin berpisah baik-baik dengan Kim So Eun.
Tetapi Kim So Eun tidak memberinya pilihan lain. Dan setiap kali teringat pada laki-laki yang dibawa Kim So Eun itu, kemarahan Kim Bum meledak lagi.
Dihentakkannya sepatu yang telah terpasang di kakinya itu ke lantai. Kemudian diambilnya sepatunya yang sebelah lagi. Dipakainya dengan kasar.
Kemudian dia melangkah ke pintu. Membuka pintu itu dengan geram. Dan tertegun di sana.
Kim Yoo Jung tegak di depan pintu. Masih dengan mata yang separuh terpejam dibalut kantuk.
"Paman mau pergi?" tanyanya sambil lari memeluk kaki Kim Bum. "Malam-malam begini mau kemana, Paman?"
Kim Bum meraih anak itu ke dalam gendongannya. Ketika dia sedang mengangkat Kim Yoo Jung, matanya kebetul-an menangkap bayangan Kim So Eun di puncak tangga.
Cuma sekejap memang. Karena di detik lain, Kim So Eun telah lenyap. Buru-buru menyelinap kembali, ke kamarnya Tetapi yang sedetik itu telah cukup. Karena uba-tiba saja Kim Bum mengerti.
"Tidak, Kim Yoo Jung. Paman tidak ke mana-mana," katanya dengan keriangan yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba saja dia merasa gembira. Diciuminya pipi Kim Yoo Jung berulang-ulang. "Kau tidur lagi saja , ya? Paman tidak jadi pergi."
* * *
"Terima kasih telah mengirimkan Kim Yoo Jung padaku tadi malam," sindir Kim Bum tanpa nada melecehkan. Dia sudah duduk di meja makan dengan secangkir kopi ketika Kim So Eun masuk membawa sepiring nasi goreng.
"Tiba-tiba saja dia bangun ketika aku masuk," sahut Kim So Eun jengah. "Dia langsung menanyakanmu."
"Hm, pasti ada malaikat yang membisikkan, Paman Kim Bum mau pergi." Kim Bum tersenyum lebar.
"Bagaimana permainan mereka kemarin?" tanya Kim So Eun tanpa berani mengangkat wajahnya. "Kau pasti menyesal tidak menyaksikannya."
"Bagus?"
"Mereka benar-benar berbakat."
"Kau harus melihat bagaimana Lee Young Yoo menari dan menyanyi, Kim So Eun!" sela Nenek yang tiba-tiba masuk membawa semangkuk bubur. Lain dari biasanya, pagi ini wajah Nenek berseri-seri sekali.
Kim So Eun tidak jadi duduk. Dia menoleh dengan heran.
"Ibu juga nonton?"
"Kim Yoo Bin juga nonton!"
"Kim Yoo Bin?" belalak Kim So Eun tidak percaya. "Ibu membawanya ke sana?"
"Apa salahnya?" potong Kim Bum begitu dia membaca kemarahan dalam suara Kim So Eun. Dengan gusar Kim So Eun berpaling pada Kim Bum.
"Ini pasti perbuatanmu!"
"Apa salahnya?" ulang Kim Bum sambil mengangkat bahu. "Kau toh tidak bisa mengurungnya terus di rumah!"
"Dia pasti menangis ketakutan!"
"Lain kali pasti tidak."
"Kau biarkan dia menangis menjerit-jerit di sana?"
"Hanya permulaannya saja. Dia sudah harus mulai belajar mengenal lingkungannya. Atau kau mau memenjarakannya terus di rumah? Kau malu punya anak seperti dia?"
Kim So Eun meletakkan piringnya dengan marah.
"Siapa kau ini sebenarnya? Punya hak apa kau mencampuri urusan anak-anakku?!"
"Dia cuma ingin membawaku dan Kim Yoo Bin jalan-jalan!"
Dengan tidak disangka-sangka Nenek membela Kim Bum.
"Kim Yoo Bin merasa senang. Mula-mula memang takut Tapi cuma sebentar!"
"Pantas tadi malam tidurnya gelisah. Mengigau terus. Pagi ini juga tidak mau minum susu. Pasti karena kemarin dia menangis menjerit-jerit. Masuk angin!"
"Kim Yoo Bin sakit?" tanya Kim Bum terkejut.
"Badannya panas!" sahut Kim So Eun ketus.
"Ah, cuma hangat sedikit," komentar Nenek. "Barangkali mau bisa bicara!"
"Atau masuk angin?" desak Kim Bum.
"Ini semua gara-gara kau!" sergah Kim So Eun tandas. Judes. "Karena kau sok tahu!"
"Mungkin sebagian salahmu juga, Kim So Eun," cetus Nenek lagi. "Kau tidak pernah membawanya keluar. Jadi tidak biasa. Kena angin sedikit saja sudah sakit!"
Jadi sekarang seluruh rumah menentangku, pikir Kim So Eun kesal. Dan semua ini. gara-gara Kim Bum! Dialah yang memimpin pemberontakan ini!
Lihat saja Lee Young Yoo. Sejak pagi dia merengut terus. Jangankan menceritakan permainannya kemarin. Menyapa ibunya saja tidak. Begitu masuk ke ruang makan, dia langsung menyeret kursi. Sengaja dengan suara berisik.
Lalu dia langsung duduk. Mengambil nasi goreng. Dan makan dengan wajah cemberut.
Mula-mula Kim So Eun mendiamkannya saja. Tetapi ketika Lee Young Yoo meneguk susunya lalu meletakkan gelasnya dengan kasar di atas meja, Kim So Eun langsung menegurnya.
"Tidak pantas marah pada Ibu, Lee Young Yoo!"
Lee Young Yoo tidak menjawab. Cuma kepalanya menunduk makin dalam. Dan wajahnya berkerut semakin masam. Dan habislah kesabaran Kim So Eun.
"Lee Young Yoo, lihat kemari!" perintahnya geram.
Bukannya menengadah, Lee Young Yoo malah menunduk semakin dalam. Terpaksa Kim So Eun membentaknya sekali lagi.
Sekarang Lee Young Yoo mengangkat wajahnya. Dan Kim So Eun melihat wajah itu telah penuh dengan air mata.
Tiba-tiba saja Kim So Eun kehilangan semangatnya untuk membentak lagi. Kemarahannya langsung surut. Dibiarkannya saja Lee Young Yoo turun dari kursinya. Dan lari menghambur ke kamarnya.
Park Ji Yeon yang sudah sampai di dekat meja makan tidak jadi duduk. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan keluar.
Baek Suzy lain lagi. Ketika dari dapur dia mendengar bentakan ibunya, dia tidak jadi mengambil nasi untuk sarapan paginya. Dia langsung masuk ke kamar mandi.
Si cerewet Kim Yoo Jung pun tidak bertingkah pagi ini. Disambarnya saja sepotong roti manis. Dihabiskannya cepat-cepat. Diminumnya susunya tanpa bersuara. Kemudian diletakkannya gelasnya dengan hati-hati. Supaya Ibu tidak marah lagi.
Nenek tidak jadi makan. Tanpa berusaha menutupi kekesalannya, dibawanya mangkuk buburnya ke dapur. Kim Yoo Jung buru-buru mengikuti neneknya. Khawatir kena damprat ibunya kalau masih bercokol di meja makan.
Kim Bum menghela napas panjang. Dia juga sudah kehilangan nafsu makannya.
"Lee Young Yoo ingin membanggakan dirinya di hadapanmu," katanya setelah tinggal berdua saja dengan Kim So Eun di meja makan. "Satu-satunya orang yang paling diinginkannya untuk melihat aktingnya. Tapi kau tidak mau datang."
"Aku toh sudah minta maaf!"
"Apakah lelaki itu lebih penting daripada anak-anakmu?”
"Bukankah kau sendiri yang menyuruhku mencari suami lagi?" ejek Kim So Eun pedas.
"Tapi bukan lelaki seperti itu!"
"Lalu yang seperti apa? Yang sepertimu?"
"Yang bisa mengembalikanmu pada anak-anak-mu. Bukan merebut!"
"Nah, tunjukkanlah orangnya padaku!"
"Pokoknya bukan lelaki itu! Dia cuma bisa membuat anak! Tapi tidak becus mengurusnya!"
"Dia tidak punya anak!"
"Jadi untuk apa kau mau menikah dengan lelaki seperti itu? Dia menginginkanmu hanya supaya bisa punya anak!"
"Karena hanya kepadanyalah aku dapat mempercayakan anak-anakku! Hanya di tangannyalah aku rela menitipkan anak-anakku setelah aku mati!"
Kim So Eun merasa matanya panas. Sebelum air matanya terurai, dia menghambur meninggalkan meja makan. Dia tidak sudi menangis di depan Kim Bum.
Bersambung…
Chapter 7
Chapter 6
Chapter 5
Chapter 4
Chapter 3
Chapter 2
Chapter 1
Prolog
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
GILaaaaaaaaaXx...INI LanGKA AQ open Blog siang BoLong bgini...hahaaha..abeeeeez panaz bgt ni Hari..(Nyambung Kemane???hahahah)!!
BalasHapusAQ SUKAAAAAAAAAAAAAAAKK FF Iniiiiii..PENASARAn makanya gesit Buka Blog lg..
EMOsinya Dapat BangeD Part Ini..AQ KesaL kuadRat ma So Eun (PeRLu di Tampar SoEun!!Tp kasian..ahh AutHor bwt AQ Plin Plan)..
DUkung KIM Bum..Kata-Katanya TAjAM Tp absolutely BENER,
Sad liad para ChiLd dan kok mendadak AQ tiba2 cinta ma si nenek TengiL..hahahaha!!
Lanjuuuuuuuuuuuuuuud...Berasa Drama lagi..^^