Kilatan lampu motor, suara tabrakan benda keras, jeritan Ibu dan Ayah, bau hangus ban yang bergesekan dengan aspal. Semuanya itu masih Kim So Eun ingat.
”Ibu! Ayah!” Kim So Eun berteriak. Dia menangis! Tangisan pertama dalam sepuluh tahun terakhir ini!
”Kim So Eun... Kim So Eun sayang...,.” Kim Bum merengkuh tubuh Kim So Eun dalam pelukannya. Kim So Eun tidak menolak.
”Semua itu bukan kesalahanmu. Berhenti menyalahkan diri sendiri...,” ujar Kim Bum, sambil mengelus-elus lembut rambut Kim So Eun. Terasa sangat nyaman. Dia butuh pelukan ini. Dia butuh elusan lembut ini. Dia butuh Kim Bum!
Kesadaran itu menghantam Kim So Eun. Lebih keras dan lebih hebat dibandingkan sebelumnya. Dia sama sekali tidak boleh berada di dekat Kim Bum!
”Kau... kau harus pergi!” Kim So Eun mendorong tubuh Kim Bum. ”Kau tidak boleh berada di dekatku!”
Dahi Kim Bum berkerut. ”Kenapa?”
”Aku mendatangkan celaka pada setiap orang yang berada di dekatku!”
Kim Bum memeluk Kim So Eun lagi, ”I’ll take that risk!” ujarnya.
“Tidak!” Kim So Eun menggeleng. Mendorong tubuh Kim Bum dengan lebih keras lagi. “Anda tidak mendengar, ya? Saya mendatangkan celaka bagi siapa saja yang dekat dengan saya. Saya berbahaya untuk nyawa Anda, Tn. Kim Bum!”
Kim So Eun bangkit berdiri dan berdiri di sebelah pintu. “Saya harap Anda sekarang keluar, Tn. Kim Bum. Dan jangan sekali-kali Anda dekati saya lagi!”
* * *
Kim Bum menjabat tangan Tn. Song Seung Hun. Hari ini, dia akan kembali ke Amerika. Dia akan berangkat ke bandara diantar oleh Choi Daniel. Jae Hee akan ikut ke Amerika. Sebagai karyawan yang berpotensi, Kim Bum merekomendasikan Jae Hee mengikuti training yang akan diselenggarakan oleh Megaparts International Cooporation.
Kim Bum memandang ke arah meja kerja Kim So Eun. Gadis itu tampak sedang sibuk mengetik di komputernya.
Tn. Song Seung Hun menepuk pundaknya. ”Tampaknya Kim So Eun masih tetap harus sendirian,” Tn. Song Seung Hun menghela napas. ”Dia gadis yang baik, entah sampai kapan dia akan terus begini. Tapi, terima kasih karena kau sudah mencoba untuk mengubahnya....”
Kim Bum mengangguk singkat. Hatinya terasa kosong, hampa. Seolah ada yang tertinggal di sini, di PT. Sungkyunkwan, di meja kerja Kim So Eun, di hati Kim So Eun....
“Ayo, Jae Hee. Kita jalan sekarang...,” ajak Kim Bum. Ia berjalan melewati meja kerja Kim So Eun. Ketika Kim Bum mendekat, Kim So Eun bangkit sambil membawa cangkir kosongnya. Dia beranjak ke dispenser air minum yang terletak di sudut ruangan. Berlama-lama di sana, memenuhi cangkirnya yang berukuran tidak terlalu besar. Jelas sudah, Kim So Eun menutup dirinya. Tidak mau mendekati dan didekati oleh Kim Bum.
Kim Bum meneruskan langkahnya masuk ke dalam lift. Pintu lift menutup, Kim Bum melihat sosok Kim So Eun perlahan-lahan menghilang dan kemudian... tertutup sama sekali.
Kim So Eun kembali ke meja kerjanya. Tidak butuh waktu lima menit untuk mengisi cangkir kecilnya, tapi dia sengaja berlama-lama di depan dispenser. Ketika pintu lift sudah menutup, dia baru kembali ke meja kerjanya. Hatinya pilu. Kim Bum menghadirkan rasa lain di hatinya. Dia ingin menangis, tapi ditahannya keinginan itu kuat-kuat.
Kim So Eun menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu mulai bekerja lagi. Entah mengapa, pandangannya semakin kabur dan dia merasakan cairan hangat mengalir di pipinya. Dengan kesal, dia menghapus cairan itu. Tidak seharusnya dia menangis!
”Kau telah menghancurkan hati Kim Bum,” ujar Tn. Song Seung Hun, dengan lembut.
Kim So Eun terlonjak kaget dan buru-buru menghapus air matanya.
”Kau yakin mau terus menghindari lelaki baik itu?” tanya Tn. Song Seung Hun, masih dengan lembut. Tatapan matanya teduh. Tn. Song Seung Hun yang sangat perhatian terhadap dirinya. Tn. Song Seung Hun yang tampak menyerupai sosok ayahnya.
Tn. Song Seung Hun tersenyum lembut, ”Sudahlah, Kim So Eun. Maafkan dirimu sendiri. Berdamailah dengan dirimu.”
Kim So Eun tersentak. “Tn. Song Seung Hun... Paman Song Seung Hun. Aku harus pergi. Aku minta izin....”
Tn. Song Seung Hun mengangguk. Senyumnya bertambah lebar. “Lakukan apa yang harus kau lakukan....”
Kim So Eun berlari ke luar kantor. Dia masuk ke sebuah taksi yang terdapat di luar kantor.
”Bandara,” bisiknya pelan. Suaranya tercekat, matanya basah oleh air mata. Kecelakaan yang dialami kedua orang tuanya bukanlah kesalahannya. Kecelakaan yang terjadi beberapa hari lalu juga bukanlah kesalahannya. Kim So Eun harus berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Memaafkan dirinya sendiri dan berdamai dengan dirinya sendiri. Sekarang, dia harus mengejar Kim Bum. Memberikan kesempatan kepada lelaki baik itu.
Ia harus bisa membuka diri kepada lelaki yang sungguh peduli padanya. Dia tidak bisa lagi membohongi perasaannya.
”Sudah sampai, Nona.”
Kim So Eun buru-buru membayar ongkos taksi dan meloncat keluar dari taksi itu. Dia terus berlari ke bagian penerbangan luar negeri. Tanpa sengaja dia menabrak pohon Bougenville yang tertanam di pot besar. Tusuk kondenya tersangkut pada ranting-ranting pohon Bougenville tersebut. Gelung ketat rambutnya terlepas, menggerai rambutnya, tapi Kim So Eun tidak berhenti untuk merapikan rambutnya. Dia terus berlari, mengejar Kim Bum.
Kim So Eun terus berlari, matanya menangkap sosok Jae Hee dan… di depannya tampak sosok Kim Bum.
“Kim Bum!!!” panggil Kim So Eun sekuat tenaga. “Kim Bum!!!”
Kim Bum langsung berbalik mendengar suara Kim So Eun. Terkejut bukan main mendengar Kim So Eun memanggilnya ’Kim Bum’. Lebih terkejut lagi melihat Kim So Eun berlari-lari dengan rambut tergerai kusut dan kaki telanjang.
Kim So Eun masih tetap berlari, kemudian menghambur ke pelukan Kim Bum. Kim Bum balas memeluk Kim So Eun dengan erat. Ini bukan Kim So Eun yang biasanya. Kim So Eun yang biasanya tidak akan mungkin berlarian dengan rambut tergerai liar, baju kusut, dan kaki tanpa sepatu. Ini Kim So Eun yang berbeda. Yang lebih ceria, lebih hidup!!! Dan pelukan ini sedemikian eratnya ini....
”Aku....” Kim So Eun terengah-engah mengatur napasnya. ”Aku sudah memaafkan diriku sendiri, aku sudah berdamai dengan diriku sendiri. Kecelakaan kedua orang tuaku, kecelakaan yang kita alami, itu bukanlah karena kesalahanku.” Mata Kim So Eun berbinar-binar, tampak sangat lega telah mengucapkan kalimat itu.
Kim Bum kembali memeluknya. ”Ya, Kim So Eun... Itu semua memang bukan kesalahanmu,” ujarnya, sambil mengelus lembut rambut Kim So Eun.
”Aku juga... aku juga tidak perlu menghindarimu, karena aku bukanlah pembawa bencana bagimu,” Kim So Eun masih meneruskan perkataannya.
Kim Bum mengangguk. ”Kau bukanlah pembawa bencana bagiku, atau bagi siapa pun juga. Kau adalah gadis cantik yang menarik. Kau gadis yang sangat menyenangkan!”
Kim So Eun tersenyum lebar, mencium bibir Kim Bum dengan penuh cinta dan kemudian memeluk Kim Bum dengan erat.
”Aku tidak mau kehilanganmu lagi... kau hal terindah dalam hidupku. Aku mencintaimu, Kim Bum.” bisiknya.
“I Love You too, Kim So Eun….”
Tamat
Copyright Sweety Qliquers
Copyright Sweety Qliquers
WaaaaaaaaaaaaWwwwwwwwwwwwwww...HaduH No CoMent seharusnya..AQ Dah gaK puna Kamus lagi....
BalasHapusVIP...FF nya VIp...NyentUh Sekaleeeeee....Drama Korea banged ending-nya.....Ahhhh Imaginasi-Q FuLL ma adegan soEun+KimBum......