Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 15 Juli 2011

Jodoh Sempurna (Chapter 7)



Hari kelima Kim So Eun sudah sembuh benar. Kim Bum pun pamit pulang. Dia lega karena Kim So Eun kembali sehat. Bukan itu saja, ia juga lega, hubungannya dengan Kim So Eun kini bertambah manis. Walau Kim So Eun belum menyatakan kesediaan akan perjodohan itu, setidaknya sikapnya lebih bersahabat.

Kim Bum pun terus menghujani Kim So Eun dengan perhatian, meng¬ingatkan agar tak telat. Dia juga menanyakan kegiatan Kim So Eun. Bukan untuk mengawasi, tapi untuk mengetahui problem yang dihadapinya. Dia akan memberi saran dan support yang tulus pada Kim So Eun.

Tak urung perhatian yang terus-menerus ini membuat pertahanan Kim So Eun jebol. Sedikit demi sedikit ia mulai menikmati perhatian Kim Bum. Bahkan, sehari saja dia tak menerima SMS atau telepon dari Kim Bum, Kim So Eun akan menanti-nanti. Kim Bum juga selalu memberitahunya jika dia ada rapat hari itu. Dia juga selalu minta dukungan dan doa Kim So Eun. Ini membuat Kim So Eun merasa bahwa Kim Bum tak hanya mendukung dan mendoakannya, tapi juga membutuhkan dukungannya. Hal ini menghangatkan dirinya. Tanpa disadari, mereka jadi semakin dekat. Terlebih ketika menyadari bahwa di antara mereka banyak kesamaan.

Suatu sore di akhir pekan, Kim Bum meluncur ke rumah Kim So Eun. Dia tidak ada. Dari pembantu rumahnya, dia mendapat kabar bahwa Kim So Eun sejak siang ada di sawah. Setelah diberi tahu letak sawahnya, dia segera mencarinya di sana. Benar saja, Kim So Eun sedang duduk dengan kaki berjuntai di gubuk kecil di tepi sawah. Di bagian bawah gubuk tersebut dibuat kolam ikan mas. Kim So Eun sedang asyik memberi makan ikan-ikan mas tersebut, sementara kamera dan beberapa buah tomat tergeletak di sampingnya. Melihat keadaan kakinya yang penuh lumpur, ada kemungkinan dia habis masuk ke tengah sawah.

“Hai... dari mana kau tahu aku ada sini?” seru Kim So Eun.

Kim Bum tersenyum melihat wajah Kim So Eun agak terbakar matahari. “Kau pasti sudah lama sekali di sawah, ya? Lihat wajahmu sampai kemerahan begitu.”

“Tadi saking senangnya lihat tomat yang bagus-bagus, aku langsung memetiknya sampai ke pinggiran sawah di sebelah sana. Lihat, ini hasil panenku. Besok kita buat jus tomat. Aku ingin melihat matahari tenggelam. Lihatlah, begitu damainya di sini. Bagus sekali, ya? Lihat di sana itu, burung-burung sudah beterbangan pulang. Coba, apa pemandangan seperti ini bisa dicari di Seoul? Aku kadang-kadang juga merindukan hal-hal seperti ini, melihat hamparan sawah, gemercik air, ikan-ikan, Gunung-gunung di ujung sana itu. Ah, betapa damainya.”

“Kenapa kau tak pindah ke sini saja? Pekerjaanmu kan bisa kau kerjakan di mana saja, asalkan ada kabel telepon untuk internetmu, bukan?”

“Tidak bisa. Aku ini mudah bosan. Aku tak bisa hidup di sini lebih dari seminggu. Terlalu tenang. Kurang bervariasi. Aku terkadang butuh ritme cepat. Tapi, aku juga tak bisa lama-lama di Seoul. Sewaktu-waktu aku harus berganti suasana untuk keseimbangan jiwa,” kata Kim So Eun, sambil merebahkan tubuh, tidur telentang di tengah gubuk dengan kaki dinaikkan ke salah satu tiang.

“Aduh, Kim So Eun, jangan begitu. Ini bukan di rumah. Nanti dilihat orang,” seru Kim Bum, khawatir.

“Biarkan saja. Aku, toh, tak merugikan mereka,” jawab Kim So Eun, tak senang melihat Kim Bum suka mengatur. “Aku paling tak senang, kalau kau berperan sok mengatur begitu. Sudah, lebih baik kau pulang saja,” sahut Kim So Eun, ketus.

“Aku menasihatimu, toh, demi kebaikanmu, bukan demi diriku. Sudah tugasku untuk mengarahkan jika kau salah arah,” ujar Kim Bum.

“Dengar, ya, aku belum jadi istrimu. Jadi, jangan sok pahlawan dengan menjadikanku sebagai tanggung jawabmu. Ini hidupku, aku akan jalani sesuai yang aku suka. Kau tak berhak mencampurinya. Titik!” ujar Kim So Eun, ketus.

“Terserah. Baru kutahu bahwa kau tak sekadar keras kepala, tapi bebal juga,” desis Kim Bum, sambil beranjak meninggalkan Kim So Eun. Untuk pertama kali nada bicara Kim Bum terdengar keras.

Kim Bum benar-benar marah. Apa katanya tadi, dia tak akan mau jadi istriku? Lihat saja nanti, Nona. Kau belum tahu, kau berhadapan dengan siapa, batinnya dengan kesal.

Beberapa hari kemudian, kemarahan Kim Bum mereda. Dia merasa rindu pada Kim So Eun. Ah, wanita itu memang punya sifat yang terkadang membuatnya rindu. Kadang-kadang bersifat tegas dan sigap, kadang-kadang lunak dan lembut, tapi kadang-kadang keras kepalanya muncul. Bersama Kim So Eun, ia seperti menaiki komidi putar, ada kalanya naik, ada kalanya turun. Tapi, justru itu yang membuat sosok wanita itu tak bisa lenyap dari pikirannya.

Seperti biasanya, ketika hari Sabtu tak ada pekerjaan mendesak, Kim Bum mengarahkan mobilnya ke Seoul. Ternyata, Kim So Eun tak ada. Kata pembantunya, Kim So Eun pergi ke Hongkong.

“Berangkat 3 hari yang lalu, Tuan. Katanya, kalau ada apa-apa, telepon saja ke rumah Tn. Kim Hyun Joong di Hongkong. Bibi ditinggali nomor teleponnya. Katanya, dia akan ke beberapa kota di Hongkong, tapi nanti akan mampir ke tempat Tn. Kim Hyun Joong. Jadi, kalau ada apa-apa, titip pesan saja ke Tn. Kim Hyun Joong. Mau nomor teleponnya?”

“Boleh. Sudah berapa lama Kim So Eun kenal dia?”

“Kira-kira lima tahun lalu, sejak Bibi kerja di sini.”

“Ya, sudah, Bi. Terima kasih.”

Kim Bum kesal karena Kim So Eun pergi ke Hongkong tanpa pamit. Benar-benar urakan, batinnya. Apa jadinya kalau sudah berumah tangga nanti? Apa dia juga tetap akan bersikap seenaknya dan tak bisa dikendalikan?

Kim Bum kemudian ditelepon oleh Bibi Im Ye Jin yang memberi tahu tanggal kepulangan Kim So Eun. Namun, baru beberapa hari kemudian dia pergi mengunjungi Kim So Eun. Ternyata, Kim So Eun tidak sendirian. Bersamanya ada seorang asing yang disebut-sebut Bibi Im Ye Jin sebagai Kim Hyun Joong.

“Hai, minggu lalu ke sini, ya. Maaf, ya, aku sedang pergi. Kenalkan, ini temanku, Kim Hyun Joong. Kim Hyun Joong, ini Kim Bum, calon suami yang diatur ibuku itu,” ujar Kim So Eun pada keduanya. Kim Bum agak mengernyitkan kening ketika tahu bahwa Kim So Eun sudah menceritakan tentang dirinya.

Rupanya, Kim So Eun tak hanya memercayakan cerita pribadinya kepada orang tersebut, keakraban di antara Kim Hyun Joong dan Kim So Eun pun terasa sangat spesial. Sangat berbeda dari keakraban yang diperlihatkan Kim So Eun dengan teman-teman kantornya dulu. Keakraban antara Kim So Eun dan Kim Hyun Joong sangat alami dan tak dibuat-buat, seakan sudah terbiasa melakukannya. Seperti kali ini, mereka memutuskan makan malam di sebuah restoran steik. Kim Hyun Joong dan Kim Bum memesan steik, sementara Kim So Eun memilih menjilati es krim yang digemarinya.

“Benar, kau tak mau makan? Ini enak. Cobalah ini,” kata Kim Hyun Joong, menyodorkan seiris steik. Kim So Eun pun dengan wajar menerimanya.

“Ini. Coba ditambah jamur,” Kim Hyun Joong pun menyuapi Kim So Eun kembali.

Kim Hyun Joong lalu mengambil lap yang ada di pangkuannya dan mengelap setitik saus di bawah bibir Kim So Eun dengan lembut.
Wah, hebat. Sekarang mereka mengumbar kemesraan di depanku, batin Kim Bum. Dadanya hampir hangus terbakar. Namun demikian, tak ada satu komentar atau reaksi emosi apa pun yang diperlihatkannya.

Sesampainya di rumah, kemesraan itu tetap berlanjut. Mereka mengobrol dengan duduk di lantai di ruang tengah, dilanjutkan menyanyi bersama mengikuti iringan karaoke. Sesekali Kim Hyun Joong merangkul bahu Kim So Eun atau mengacak-acak rambutnya dengan sayang. Wajah Kim So Eun pun terlihat sangat ceria. Dia bisa meledek Kim Hyun Joong dan dirinya dengan bebas. Kalau sudah demikian, matanya berkilat-kilat jenaka. Tawanya juga sangat lepas. Hal ini semakin memperkuat dugaan Kim Bum bahwa ada hubungan khusus di antara keduanya. Namun demikian, sikap mereka berdua terhadapnya tetap ramah dan tak tercela.

Bersambung…

2 komentar:

  1. UDaHHHHHh lah KIM BUMM>>AYOOOOO KITA PULANG....!!!Lama-Lama SeBaL AQ ma So Eun di FF nie...Huuuh..(Api berkoBaR!!)

    BalasHapus
  2. LoooooHHH..salaH gencet..wakakaka ITU KOMENT DI aTas DAri Saya Ituuuuu..napa anonim mengatakan..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...