Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 23 Juli 2011

Mencintaimu Dengan Sederhana



Title : Mencintaimu Dengan Sederhana
Genre : Romance
Author : Sweety Qliquers
Episode : Oneshot
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 03 Maret 2010, 10.00 AM
Cast :
Kim So Eun
Kim Bum

Extended Cast :
Park Shin Hye
Park Ji Yeon
Baek Suzy
Jung So Min


Aku memandang kalender yang tergeletak di meja dengan kesal. Sabtu, 24 April 2010, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Kim Bum lupa. Ulang tahun pertama, Kim Bum lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur Keuangan, Kim Bum memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Kim Bum harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut, “Kim So Eun, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan’ tidak apa-apa. Cinta kan’ tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Kim Bum memang berbeda denganku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love You setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat SMS saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Kim Bum, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, Masa’ orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Kim Bum jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu Luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan Cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat kerja kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan jadwal kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Harusnya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Kim Bum. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

* * *

“Kim So Eun, kau yakin mau menerima lamaran Kim Bum Oppa?” Park Shin Hye sahabatku menatapku heran.

“Kakakku itu tidak romantis, Kim So Eun. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Dia memang baik, setia… tapi ya itu tadi tidak ROMANTIS. Pokoknya, hidup dengannya itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya Cuma kerja, kerja dan kerja…” Park Shin Hye menyambung panjang lebar.

Aku Cuma senyum-senyum saja saat itu. Kim Bum memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamarannya lewat Park Shin Hye-adiknya, sahabatku juga.

“Kenapa kau bicara seperti itu? Tidak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut.

Park Shin Hye tertawa melihatku. “Ya, yang seperti ini tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi Kim Bum Oppa.” Park Shin Hye tertawa geli.

“Kau belum tahu Kakakku, Kim So Eun!” lanjutnya kemudian.

Tetapi, apapun kata Park Shin Hye, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Kim Bum. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup untukku.

* * *

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Kim Bum berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir juga. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm… oh… begitu ya… atau hanya menjawab singkat ya… tidak… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

* * *

“Apakah aku pernah terlintas dalam pikiranmu, Kim Bum?”

“Tidak.”

“Apa kau menyukaiku?”

“Tidak terlalu.”

“Apa kau menginginkanku?”

“Tidak.”

“Akankah kau menangis jika aku pergi?

“Tidak.”

“Akankah kau hidup untukku?”

“Tidak.”

“Pilih aku atau hidupmu?”

“Hidupku.”

* * *

Kukira cinta itu seperti mentari atau rembulan indah dan siap menampakkan keindahan pada apa yang disinarinya. Namun, karena kita sudah terbiasa dengannya, maka ia terlihat biasa.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimannya, sedangkan dia tetap saja tak bisa menunjukkan sisi keromantisannya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya.

MESSAGE SEND
Aku izin ke rumah ibu.

Kukirim SMS singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya.

MESSAGE RECIVED
Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu.

Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas SMS-ku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Baek Suzy adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

“Kenapa, Kim So Eun? Ada masalah dengan Kim Bum?”

Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku lepada ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku.

“Kim So Eun… Kim So Eun, mungkin semua ini salah Ibu dan Ayah yang terlalu memanjakanmu. Sehingga kau menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah Kim So Eun, pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Kim Bum? Ia suami yang baik. Setia, Jujur dan pekerja keras. Kim Bum itu tidak pernah kasar padamu, rajin Ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Ayah. Tidak semua suami seperti dia, Kim So Eun. Banyak para istri di luar sana yang disakiti lahir dan batinya oleh suaminya.” Kata Ibu.

“Cinta kan’ tidak hanya ditunjukkan dengan bunga mawar, makan malam mewah, pesiar ke tempat romatis yang mahal, Kim So Eun! Sebait kata cinta juga tidak akan membuat mawar itu mekar dengan sekejap. Melalui proses, cinta itu tumbuh dan berkembang…”

“Karena cinta pun seperti roda yang berputar, ada kalanya rasa kita menggebu-gebu, tapi terkadang pada saat dititik bawah kita bisa saja merasa bosan, kesal dengan pasangan, biarpun masalah yang menyentil hanya secuil. Tidak selalu dicintai lebih baik daripada mencintai…”

“Jika memang cinta berusahalah pahami dia, Cinta tidak harus identik dengan yang namanya keROMANTISan. Tapi, didalam cinta butuh yang namanya keharmonisan. Cinta yang harmonis akan mengajari kita arti sebuah cinta itu sendiri dan bagaimana kita belajar untuk memaknai dan mengertinya…”

“Cinta memang kadang penuh dengan kegilaan, penuh dengan hal yang tak terduga, tapi banyak cinta yang mengajarkan kita arti sebuah kehidupan. Maknai cinta dengan hati… Hati yang mencintai akan berusaha mengerti apa yang terbaik untuk orang yang dicintai, jiwa yang dipenuhi cinta akan menjadi jiwa yang berharga bagi yang dicinta, raga yang mencinta akan menjadi raga yang paling didamba…”

“… Karena cinta itu sebuah kata yang sampai sekarang entah makna yang sesungguhnya apa, memang dalam cinta itu membingungkan. Ada yang bilang cinta itu indah, menyenangkan, tapi banyak juga yang bilang cinta itu begitu membosankan, menyedihkan dan memilukan. Jadi, belajarlah untuk mengerti apa sebenarnya cinta itu. Karena tidak ada cinta yang menjadikannya sempurna selain ketulusan hati…”

“… Cinta itu memang sederhana, sesederhana untaian kata I Love You, tapi begitu dalam dan indah maknanya. Mencintai bukanlah menerima kekurangan tetapi melengkapi kekurangan. Cinta itu tidak perlu kita kejar atau kita kurung, tapi biarkan dia terbang sejalan dengan arah angin yang membawanya karena disaat dia lelah dia akan datang pada kita dengan hati dan jiwa sepenuhnya.”

“Cinta itu butuh pengorbanan…” lanjut Ibu lagi.

Aku terdiam. Ya, betul apa yang dikatakan ibu.

“Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masa’ ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagipula, dia itu sama sekali tidak punya waktu untukku. Aku kan istrinya, Bu. Bukan Cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.”

Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Pengorbanan cinta ya? Apa enaknya berkorban? Apa enaknya berkorban untuk orang yang kita sayangi? Berkorban sampai kita mati… Berkorban tanpa mengenal lelah… Iya kalau orang yang kita sayangi mengerti… Iya kalau orang yang kita sayangi mau berkorban juga… tapi coba kalau tidak…

Pertanyaan itu mungkin terlalu naif, tapi coba kalau… Pernah menyayangi seseorang? Pernah begitu menyayangi seseorang lebih dari segalanya? Ketika dia sedih, apa yang kau rasakan? Ketika dia senang, apa juga yang kau rasakan?

Rasa berkorban… ya rasa berkorban itu, kebahagiaan ketika dapat membuat orang yang kita sayangi tersenyum, walaupun itu mungkin getir untuk kita begitu berharga. Cinta itu bukan bagaimana kita bisa saling memberi, tapi bagaimana kita bisa saling menerima.

Apa yang lebih menyenangkan dibandingkan dapat tertawa bersama orang yang kita sayangi?!?! Mencintai dengan tulus dan sederhana.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Kim Bum? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Park Shin Hye satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Kim Bum bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Kim Bum tidak pernah meladeni ajakan “Jun So Min” yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit untuknya menarik perhatian lawan jenis.

“Kim So Eun, kalau kau merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Kim Bum yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kau kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa Syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Park Ji Yeon, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelam, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadwalnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisish karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku sadar kini, bahwa cinta itu ibarat embun, dia datang membawa kesejukkan, dia pergi meninggalkan ketulusan dan keikhlasan pada suburnya lapisan hijau dedaunan. Jendela hati terbuka untuk merengkuh semua impian yang kadang terlalu sulit untuk dinyatakan dalam sebuah kenyataan. Kehidupan dihadapkan atas 2 pilihan yang mungkin terkadang sulit untuk dipilih, tetapi pilihan kehidupan akan sejenak terhenti saat kita mencoba untuk bertanya kemanakah pilihan itu akan kita sandarkan kelak?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Kim Bum lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Kim Bum belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya.

MESSAGE RECIVED
Maaf, aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai.

Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Tuhan, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil yang isinya “CINCIN BERLIAN”. Kim Bum tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebuah puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada

Ketika air matamu mulai mengalir
Aku ingin berikan sisa air mataku untukmu
Untuk menuang kembali tetesan-tetesan itu
Untuk gantikan sesal yang terbuang
Karena tingkah laku salahku…

Dari Kim Bum-Lelakimu
Maafkan aku hampir tak mampu bahagiakanmu Kim So Eun… Wanitaku

Tak lama setelah aku membaca puisinya, Kim Bum terbangun dari tidurnya.

“Kim So Eun, dulu pernah kau tanyakan padaku, Apakah kau pernah terlintas dalam pikiranku? Apakah aku menginginkanmu? Akankah aku menangis jika kau pergi? Akankah aku hidup untukmu? Dan aku jawab tidak. Lalu kau tanya aku lagi apakah aku menyukaimu? Aku jawab tidak terlalu. Dan juga kau pernah menyuruhku untuk memilih, Pilih kau atau hidupku? Dan saat itu aku jawab hidupku…”

“…Dan sekarang akan kuberikan alasan mengapa aku menjawab seperti itu padamu!”

“Alasan kau tidak pernah terlintas dalam pikiranku adalah karena kau selalu dipikiranku.”

“Alasan mengapa aku tidak suka kau karena aku mencintaimu…”

“Alasan mengapa aku tidak menginginkanmu karena aku membutuhkanmu…”

“Alasan mengapa aku tidak akan menangis, jika kau pergi karena aku akan mati jika kau pergi…”

“Alasan aku tidak hidup untumu karena aku mati untukmu…”

“Alasan aku tidak akan melakukan sesuatu untukmu karena aku akan melakukan segalanya untukmu…”

“Alasan aku memilih hidupku karena kau adalah hidupku…”

“Kim So Eun, Aku mencintaimu dengan keindahan cinta yang tercipta. Aku mencintaimu seperti air yang tak pernah berhenti mengalir. Maukah kau selalu ada disisi seperti nyawa ini yang selalu menemaniku sampai saatnya.”

“Kim Bum, aku…”

“Sttt… jangan katakan apa-apa lagi, aku tahu aku salah. Maafkan aku yang tidak bisa bersikap romantis seperti yang kau inginkan…”

“Kim Bum, Naneun neorul saranghaeyo …”

“Aku juga mencintaimu…”

Akupun lalu memeluk Kim Bum dengan mesra, seakan tak ada seseorang atau apapun yang dapat memisahkan cinta kami berdua.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

3 komentar:

  1. wkwkwkwkwkwkwwk....Lg ZOna Romanteees...!!
    Kata-katanya Daleeeeemmm bgt..lebiH dalem dari sumur tetanggaQ..hahahah PLAaaakkkk!!
    Kereeeeen BeoM emg Swami idaman-Q..YA IYaaaa la..KAlo nyata maH Tag MUngkeeen..!!!

    BalasHapus
  2. wuih, romantis bener. hhehehe.. aku suka. tp seharusnya jg, Kim bum luangin waktu sm istrinya walaupun sibuk *ngoment kim bum* ^^v peace bum

    BalasHapus
  3. Aaaaa, aku paling suka bagian Kim Bum menjelaskan jawaban-jawaban dari pertanyaan Kim So Eun, dalam banget maknanya...

    *bdw, masih ada typo tuh :pv

    Nice fict (^o^) Bum menjelaskan jawaban-jawaban dari pertanyaan Kim So Eun, dalam banget maknanya...

    *bdw, masih ada typo tuh :pv

    Nice fict (^o^)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...