Chapter 2
Jangan Sakiti Hatinya
Lalu semuanya memang berubah. Hari-hari Kim So Eun memang tak pernah tersisa lagi untukku. Aku lebih banyak berdiam diri, dan berusaha keras untuk tidak bertegur sapa. Hanya sesekali aku meliriknya jika kebetulan melewati meja Kim So Eun. Kim So Eun pun demikian. Tampaknya ia tahu akan sikapku. Ia terus menghindariku. Tak pernah lagi mengajakku ke kantin, ke perpustakaan. Aku pun maklum karena Yang Yoseob selalu ada di sampingnya. Hampir enam bulan hal itu terjadi. Sampai suatu saat aku melihat mendung menggayut di wajah Kim So Eun. Dan hal itu membuat hati kecilku tidak tega melihatnya.
"Kau punya maslah, Kristal?" Usai pelajaran matematika, aku menghampiri meja Kim So Eun.
Mata Kim So Eun sejenak berbinar menatapku. Sesaat kemudian mendung kembali menggelayut.
"Kim Bum, kita ke kantin, ya?" Bibir itu tersenyum ragu. Ini adalah senyum pertama yang diberikan Kim So Eun setelah sekian bulan kami tak bertegur sapa.
"Kau mau mentraktirku, Kristal?" tanyaku sembari membantu memasukkan buku-buku pelajaran yang berceceran di meja belajarnya.
"Ada yang ingin kubicarakan," jawab Kim So Eun. Jari lentiknya menyalin rumus terakhir dari papan tulis.
"Punya problem, Kristal?" tanyaku lagi. Meraih tas sekolahnya dan memasukkan ke dalam laci meja.
Kim So Eun mengangguk.
"Problem apa?" Kutatap wajah cantik Kim So Eun. Ada kerinduan meledak di relung hatiku. Mata itu, Tuhan! Betapa aku sangat merindukan itu! Tapi kenapa mata kristal itu berubah kelabu?!
"Kita bicara di kantin saja ya, Kim Bum?" rujuk Kim So Eun.
"Terlalu privacy?"
Kim So Eun mengangguk lagi.
"Kantin pasti ramai. Bagaimana kalau kita ke Red Cafe?"
"Baiklah, Kim Bum. Kita ke cafe," jawab Kim So Eun seraya menggandeng tanganku keluar dari kelas.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar