Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 21 Juli 2011

The Right Man (Chapter 6)




Pukul empat sore Kim So Eun sudah tiba di rumah. Dia tidak mau mengecewakan anak-anaknya. Lee Young Yoo sudah menyambutnya di depan pintu. Parasnya tegang sekali seperti sedang menanti pengumuman hasil ujian.

''Tidak pergi lagi, kan, Bu?" tanyanya cemas.

Kim So Eun mengusap kepala Lee Young Yoo dengan penuh kasih sayang. Tidak. Ibu Kan sudah janji padamu."

"Kalau begitu cepat, Bu! Kita sudah harus sampai di sekolah sebelum jam setengah enam."

"Jam berapa latihannya mulai?"

"Jam enam, Bu."

"Kalau begitu kita sudah harus mulai bersiap-siap. Pergilah mandi.”

"Aku sudah mandi, Bu.”

"Kalau begitu cepatlah ganti pakaian. Ibu mandi dulu, ya?"

"Ibu! Ibu!" seru Kim Yoo Jung sambil berlari-lari turun dari atas. "Pasangkan aku pita ya, Bu! Baek Suzy Eonni tidak becus. Dia selalu memasangnya dengan Miring!"

"Sudah kubilang, kepalamu yang tidak rata!" balas Baek Suzy dari atas. "Harus diamplas dulu!"

"Sini Ibu pasangkan."

Sambil tersenyum Kim So Eun menuntun Kim Yoo Jung ke atas. Sepuluh menit lebih Kim So Eun mendandani putrinya. Dia baru merasa puas setelah Kim Yoo Jung menjelma menjadi bidadari mungil yang amat cantik.

"Nah, selesai," katanya sambil menghela napas lega.

Ditatapnya Kim Yoo Jung sekali lagi melalui cermin di hadapan mereka. Dan matanya terpaku pada bayangan ibunya.

"Ada tamu, Kim So Eun," katanya ketus.

"Siapa, Bu?" Tiba-tiba saja dada Kim So Eun terasa berdebar-debar.

"Siapa lagi," gerutu ibunya kesal. "Lelaki yang naik mobil merah itu. Heran, setiap hari datang. Mau apa sebenarnya dia!"

Celaka, pikir Kim So Eun bingung. Kalau dia tidak mau pulang juga... bisa runyam!

"Jangan lama-lama, ya, Bu!" seru Kim Yoo Jung sambil memandangi dirinya dalam cermin. Aduh, cantiknya!

Diputarnya tubuhnya sedikit. Diajaknya cermin itu tersenyum. Dan cermin membalas senyumnya.

"Ibu tidak akan lama," sahut Kim So Eun cepat-cepat. "Awas, rambutnya jangan diacak-acak lagi, ya!"

* * *

Takut-takut Lee Young Yoo mengintai dari pintu kamar. Baek Suzy ada di dalam. Sedang merenda sambil bersenandung.

Ah, Baek Suzy Eonni pasti sedang senang. Tidak biasanya dia nyanyi-nyanyi sendiri seperti itu! Dan kalau sedang senang, dia pasti tidak berbahaya....

"Baek Suzy Eonni...," panggil Lee Young Yoo hati-hati.

Serentak Baek Suzy menghentikan senandungnya. Dan menoleh ke pintu.

"Kenapa belum ganti baju juga?" tegurnya heran.

"Baek Suzy Eonni...." Lee Young Yoo memandang kakaknya dengan ragu-ragu.

"Hhh? Kenapa?"

"Baek Suzy Eonni...." Suara Lee Young Yoo tambah memelas. Wajahnya memerah.

"Ada apa?" bentak Baek Suzy tidak sabar. "Mau bicara saja, susah sekali! Kau mau apa?"

Dibentak begitu rupa Lee Young Yoo langsung mundur tiga langkah. Tetapi dia tidak mau pergi. Baek Suzy jadi semakin penasaran.

"Kemari, Lee Young Yoo!" desisnya gemas. Tetapi Lee Young Yoo hanya bergayutan di daun pintu. Tidak berani mendekat.

"Ya sudah, kalau tidak mau bicara," dumal Baek Suzy kesal.

Dia sudah mulai merenda lagi ketika suara Lee Young Yoo kembali menggelitiki telinganya. Lebih perlahan daripada tadi.

"Baek Suzy Eonni..." Parasnya terlihat semakin memerah. "Aku pinjam...," suaranya tambah melemah, "Aku pinjam..."

"Pinjam apa?" Baek Suzy menoleh dengan heran.

"Aku pinjam..." Lee Young Yoo tertunduk malu. Tidak berani membalas tatapan kakaknya. "Bra milik Eonni, ya...?"

"Hah?!" Baek Suzy terbelalak kaget. "Kau mau pinjam...?"

Lalu tawanya meledak. Keterlaluan anak ini! Kecil-kecil sudah genit!

"Anak kecil mau pakai Bra!" Baek Suzy tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. "Tidak tahu diri! Pakai saja plester!"

Dengan paras merah padam Lee Young Yoo lari meninggalkan kakaknya. Dia sudah hampir menangis. Malu. Kesal pula.

Baek Suzy Eonni selalu begitu! Menganggapnya anak kecil! Anak ingusan. Anak kemarin sore. Padahal berapa beda umur mereka? Cuma lima tahun!

Huuu, Baek Suzy Eonni memang keterlaluan! Sok! Padahal dia juga baru kategori ABG! Lagaknya saja seperti orang dewasa!

Apa salahnya memakai Bra? Lee Young Yoo sering melihat penyanyi-penyanyi cilik di televisi. Dan dandanan mereka... uah, selangit! Gayanya OK. Persis, malah kadang-kadang lebih, dari orang dewasa!

Kenapa Lee Young Yoo tidak boleh meniru? Yang mendandani mereka orang tuanya juga, bukan?

Dan Lee Young Yoo tertegun di puncak tangga. Ibu sedang mengobrol dengan Paman Kim Hyun Joong. Menurut pengalaman, obrolan mereka tidak pernah sebentar! Dan Lee Young Yoo sempat menangkap kata-kata Ibu yang terakhir.

"Tidak bisa, Kim Hyun Joong! Aku sudah janji dengan anak-anak...."

"Tapi kau juga sudah janji denganku, Kim So Eun! Lupa, ya? Janji denganku malah lebih dulu!"

"Masa kau tidak mau mengalah dengan anak-anak, Kim Hyun Joong?"

“Teatu saja aku mau, Kim So Eun! Tapi tidak dalam persoalan yang sepenting ini! Kau harus dapat mendahulukan yang penting, Kim So Eun! Ini soal masa depan kita!"

"Tapi kita kan bisa pergi besok, Kim Hyun Joong!" kilah Kim So Eun kewalahan. "Lee Young Yoo cuma bisa berlatih hari ini!"

"Besok kita ada shooting sampai malam! Surat panggilannya sudah dikirim oleh manajer unitku, kan? Atau...," suara Kim Hyun Joong berubah, "kau tidak mau ikut shooting besok?"

"Aku harus bicara dulu dengan anak-anak," keluh Kim So Eun lemah. Membatalkan shooting berarti kehilangan honor!

Kim So Eun baru bangkit dari kursinya dan memutar tubuh ketika matanya bertemu dengan mata Lee Young Yoo. Mata yang sedang tenggelam dalam lumpur kekecewaan. Ada kesedihan yang berbaur dengan kekesalan dan kekecewaan di mata itu. Kekecewaan yang tak mungkin lagi dilupakan Kim So Eun…

Kim So Eun tidak tahan melihat mata yang bening itu mulai basah digenangi air mata. Dia tidak tahan melihat bibir Lee Young Yoo yang mungil itu gemetar menahan tangis.

"Lee Young Yoo...," panggilnya dengan perasaan bersalah.

Tetapi Lee Young Yoo sudah lebih cepat lagi membalikkan tubuhnya. Dan menghambur lari ke kamarnya.

* * *

Kim Bum sudah mengenakan kemejanya, kemeja yang sudah dicuci dan disetrika Kim So Eun, ketika dari jendela kamarnya dia melihat Kim So Eun masuk ke dalam mobil mewah itu. Seorang laki-laki bertubuh tegap, berumur 35 tahun, menutupkan pintu mobil untuknya. Seorang laki-laki yang necis. Rapi baik pakaiannya maupun potongan rambutnya.

Dan Kim Bum tidak sempat berpikir panjang lagi. Lupakah Kim So Eun pada janjinya? Lupakah dia pada anak-anaknya? Pada Cinderella?

Bergegas Kim Bum membuka pintu kamarnya. Menerobos ke luar. Dan hampir bertubrukan dengan Kim Yoo Jung yang sedang membanting-banting kakinya dengan kesal.

"Ibu pergi ke mana, Kim Yoo Jung?"

"Ibu bohong lagi, Paman," gerutu Kim Yoo Jung hampir menangis. "Betul kata Park Ji Yeon Eonni, yang tidak boleh bohong cuma anak-anak! Orang dewasa boleh berbohong semaunya!"

"Ibu pasti ada urusan penting, Kim Yoo Jung," hibur Kim Bum terharu.

Dia merasa kasihan pada anak-anak ini. Sekaligus merasa sangat kesal pada ibunya. Tak patut mereka dibohongi seperti ini!

Mentang-mentang mereka masih kecil. Seenaknya saja Kim So Eun mengobral janji, tetapi bagaimanapun, di depan Kim Yoo Jung, Kim Bum tidak, memperlihatkan kekesalannya. Dia tidak mau mendiskreditkan Kim So Eun di depan anak-anaknya.

"Kenapa harus tergantung Ibu? Kim Yoo Jung dan Lee Young Yoo kan bisa pergi dengan Nenek?"

"Wah, Nenek! Bayar taksi saja selalu salah!"

"Kenapa tidak minta tolong pada Baek Suzy Eonni?”

"Tidak, ah!" potong Baek Suzy yang tahu-tahu telah berada di belakang mereka. "Aku tidak mau pergi. Paman saja yang pergi dengan mereka!"

"Kenapa? Malu?"

"Tidak mau saja."

"Tapi kenapa?" desak Kim Bum penasaran.

"Ya, tidak mau saja.”

"Karena kakimu?"

“Pokoknya aku tidak mau pergi!" bentak Baek Suzy kesal. Cerewet sekali orang ini!

"Malu bertemu bekas teman-temanmu?"

"Itu urusanku!"

"Kau harus pergi, Baek Suzy," kata Kim Bum tegas tapi lembut. "Kita pergi sama-sama."

"Untuk apa? Memamerkan pincangku pada semua orang?"

"Untuk memberitahu dunia, kau tidak malu dengan cacatmu."

"Tapi aku malu!"

"Tidak. Kau tidak boleh malu. Teman-temanmu boleh tahu kakimu cacat. Tapi mereka juga harus tahu, kau kebanggaan atas dirimu sendiri!”

"Kebanggaan apa? Aku tidak punya apa-apa!"

"Kau cantik, Baek Suzy. Pemuda-pemuda akan memuja kecantikanmu."

"Dan meludahi kakiku!"

"Percaya padaku, tidak seorang pun berani melakukannya!"

"Tentu saja. Karena mereka kasihan padaku! Heh, aku tidak sudi dikasihani!"

"Kalau begitu berhentilah mengasihani dirimu sendiri! Tidak semua orang akan menertawakan cacatmu. Menangisi kakimu."

"Bicara itu mudah. Mana buktinya?"

"Aku," sahut Kim Bum tenang. "Tahu perasaan apa yang timbul di hatiku ketika pertama kali mengetahui kau cacat?"

Baek Suzy tidak menjawab. Tetapi sorot matanya mengatakan betapa inginnya dia mendengar kelanjutan kata-kata Kim Bum.

"Kasihan. Cantik-cantik pincang! Tapi setelah mengenalmu, Paman sadar, kau tidak perlu dikasihani. Kau punya banyak kelebihan. Yang tidak dimiliki oleh gadis yang tidak cacat sekalipun!"

Kim Bum sendiri heran. Buset. Bagaimana dia bisa bicara selancar itu? Tapi melihat tatapan Baek Suzy, tiba-tiba dia yakin, usahanya tidak sia-sia!

* * *

Pakai baju apa. Padahal biasanya dia tidak peouli. Pokoknya asal pakai baju. Persetan baju apa!

Tetapi kali ini dia kebingungan sendiri. Yang mana gaun yang harus dipilihnya? Bukan karena banyak pilihan. Bukan. Gaunnya tidak banyak. Justru karena sedikit dia jadi tambah bingung!

Dia harus memakai gaun panjang. Tentu saja. Dia toh tidak mau kakinya jadi tontonan. Tetapi pantaskah pergi ke sekolah Lee Young Yoo sore-sore begini memakai gaun panjang?

Apakah tidak lebih baik pakai jins saja? Praktis. Tidak mencolok. Dan mampu menutupi kakinya yang cacat. Tetapi, pantaskah mendampingi Paman Kim Bum pakai jins?

Ah, seandainya Ibu ada di rumah! Ibu pasti tahu. Baek Suzy sangat mengagumi selera berpakaian ibunya. Pakai baju apa pun Ibu selalu terlihat cantik!

Bagaimana kalau... kalau dipinjamnya saja baju ibunya? Ibu punya celana panjang longgar berwarna pastel yang lembut. Blusnya pun sederhana Lengannya pendek. Lehernya berpotongan V. Tidak terlalu mencolok warna maupun potongannya. Tapi manis. Serasi. Enak dipakai. Tidak panas. Dan yang penting... keren.

* **

"Ayo, Lee Young Yoo! Kim Yoo Jung! Sudah siap belum?" seru Kim Bum sambil melirik jam dinding. "Wah, latihannya bisa batal kalau Cinderella datang terlambat!"

“Tunggu, Paman!" Lee Young Yoo berteriak dari kamar. "Aku sedang menyisir rambutku! Ini semua karena Ibu tidak ada! Paman bisa sisirkan rambutku tidak?"

"Wah, Paman cuma bisa menyisir kabel, Lee Young Yoo! Suruh Nenek saja ya!"

"Huuu, Nenek cuma bisa menyisiri bakmi!"

"Paman! Paman!" panggil Kim Yoo Jung tiba-tiba. "Nenek boleh ikut tidak, Paman?"

"Boleh! Pertunjukannya tujuh puluh tahun ke bawah, kan?"

"Jadi Nenek boleh ikut?"

“Kim Yoo Bin juga."

"Kim Yoo Bin?" belalak Kim Yoo Jung kaget. "Kenapa? Memangnya Kim Yoo Jung saja yang boleh pergi?"

"Tapi Kim Yoo Bin tidak pernah ke mana-mana! Nanti dia ngambek! Nangis menjerit-jerit!"

"Kalau dia ngambek Paman bawa pulang. Ayo, suruh Nenek ganti baju!"

Hampir tidak percaya Nenek pada pendengarannya. Dia mau diajak pergi? Mustahil! Siapa yang mau mengajak nenek-nenek pergi? Kim So Eun saja tidak pernah! Sekarang anak muda yang tidak ketahuan di mana rumahnya itu mau mengajaknya pergi? Dengan Kim Yoo Bin pula? Astaga!

"Jangan, ah!" protes Nenek pura-pura tidak mau. Padahal hatinya sedang berdebar gembira. Sudah lama dia tidak pergi jalan-jalan. Di rumah saja. merawat Kim Yoo Bin. Lama-lama kan bosan juga!! "Nanti Ibu marah."

"Tidak, Nek," bujuk Kim Yoo Jung. "Bilang saja Paman Kim Bum yang mengajak. Kalau dimarahi, biar Paman yang diomeli Ibu!"

"Betul Paman mengajak Nenek?"

"Betul Nek! Masa aku bohong! Ayo, cepat Nenek ganti baju. Bau bawang goreng!"

Selagi Nenek masih ragu, Kim Bum muncul di antara mereka.

"Ayo, Bibi, kita pergi sama-sama." Kim Bum tersenyum lunak. "Masa Ibu tidak mau menonton cucu-cucu Ibu menari dan menyanyi?"

Untuk pertama kalinya Nenek menatap Kim Bum tanpa kemarahan atau kecurigaan di dalam matanya. Jadi anak muda ini benar-benar mau mengajak nenek-nenek jalan-jalan!

"Kim Yoo Bin bagaimana?"

"Bawa saja."

"Kalau menangis?"

"Kita bawa pulang. Nanti saya kembali lagi jemput Lee Young Yoo dan Kim Yoo Jung. Kan bawa mobil."

"Kau yang menyetir?”

"Wah, itu segampang membuat Kimchi, Bibi!"

"Kimchi," damai Nenek sambil cepat-cepat naik ke atas. "Menyetir mobil kenapa disamakan dengan membuat Kimchi! Aneh!!"

* * *

Kim Bum tidak jadi memutar tubuhnya. Baek Suzy sedang menuruni tangga. Selangkah demi selangkah Begitu anggunnya.

Rambutnya yang panjang diikat rapi ke punggung. Sisirannya belah di tengah. Memperlihatkan gemerlap dua mutiara di telinganya.

Celana panjangnya longgar dan berwarna lembut. Blusnya sederhana tapi manis. Pipinya merona merah. Bibirnya disaput lipstik warna salem yang lembut menggoda.

Bukan main! Kim Bum pasti tidak akan mengenalinya kalau bertemu di jalan!

Tentu saja Baek Suzy tahu siapa yang sedang mengawasinya dengan tertegun di bawah sana. Dia hampir tidak berani mengangkat wajahnya membalas tatapan Kim Bum. Dan pipinya semakin memerah.

Sengaja Kim Bum bersiul nakal. Kadang-kadang wanita memang senang disiuli, kan? Mereka suka dikagumi pria.

"Bukan main!" desis Kim Bum dengan suara kagum dan tatapan memuja. "Sekejap tadi Paman kira ada ratu kecantikan kesasar kemari!"

Paras Baek Suzy semakin membara. Dia merunduk kemalu-maluan. Kim Bum menantinya di bawah tangga. Mengulurkan tangannya dengan sopan. Dan mengepit tangan Baek Suzy.

Ketika kulit mereka bersentuhan, Baek Suzy hampir tak dapat menahan debar jantungnya sendiri.

Ah, kapan pernah dirasakannya sensasi seperti ini? Tidak pernah! Bahkan jika dia berjalan berdua dengan Kim Soo Hyun sepulangnya dari pasar sekalipun.

Baek Suzy jadi salah tingkah. Dan semua gerakannya terasa rikuh. Untung Paman Kim Bum bersikap sangat tenang dan wajar. Sudah biasakah dia menggandeng seorang wanita seperti ini?

Di sisinya, Paman Kim Bum terlihat begitu tampan dan gagah. Tubuhnya menjulang tinggi. Tegap melindungi. Memberi kesan aman di hati Baek Suzy.

Dan sikapnya! Aduh. Dia bukan hanya sopan dan simpatik. Dia malah memperlakukan Baek Suzy seperti wanita dewasa!

Lihat saja bagaimana caranya Paman Kim Bum membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk lebih dulu. Atau menggandeng tangannya berjalan di antara teman-temannya....

Ah, rasanya sore ini Baek Suzy sudah melupakan sama sekali cacatnya! Lebih-lebih melihat cara teman-temannya menatapnya!

"Kau punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh gadis lain, Baek Suzy," kata Paman Kim Bum tadi. "Yang tidak cacat sekalipun!"

Dan sore ini dia telah membuktikannya. Dia datang ke bekas sekolahnya didampingi oleh seorang laki-laki tampan. Gagah. Dewasa. Seorang pria yang membuat teman-temannya memandang antara kagum dan iri!

Bersambung…

Chapter 5
Chapter 4
Chapter 3
Chapter 2
Chapter 1
Prolog

1 komentar:

  1. maniiiiiiiiiiiiiiiZZZZZ...KIm BUUUUUMMMMM WAH WOW pkoknya lah...sukaaaaaaaaaaaakk!!

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...