Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Kamis, 21 Juli 2011
The Right Man (Chapter 1)
Bayangan itu melintas begitu cepat di depan mobilnya. Hitam. Tinggi. Dan sempoyongan.
Bunyi derit rem yang panjang menyakitkan telinga melengking membelah kesunyian malam. Mobil itu terlonjak berhenti. Kim So Eun terdorong ke depan. Dan terenyak kembali ke sandaran bangku mobil-nya.
Terlambat! Bersamaan dengan terdengarnya benturan keras di salah satu bagian mobilnya, bayangan itu terlontar ke tepi jalan.
Ya Tuhan! Bayangan itu pasti bukan kucing! Dia pasti seorang penyeberang jalan! Penyeberang gila yang tiba-tiba saja melintas di depan mobilnya....
Kini orang itu pasti sudah terkapar mati di tepi jalan sana. Dalam satu malam saja, dia telah menjadi seorang pembunuh!
Kim So Eun masih tertegun bingung di dalam mobilnya.Tidak tahu, harus turun menengok korban itu atau justru kabur secepat-cepatnya. Ke polsek. Itu yang paling aman.
Daripada harus turun seorang diri menghampiri sesosok mayat... pada pukul dua malam! Hiii... sepinya tempat ini!
Dan Kim So Eun tidak jadi memejamkan matanya. Sesosok bayangan, entah dari neraka mana datang-nya, tiba-tiba saja menghampiri mobilnya.
Takut dan kaget, serentak Kim So Eun menjerit. Refleks tangannya menyambar kunci mobilnya untuk menghidupkan mesin.
Tetapi sial! Mesinnya tidak mau hidup! Dan bayangan itu lebih cepat membuka pintu mobilnya. Menerobos masuk. Langsung duduk di sebelah Kim So Eun....
Oh, dia pasti setan! Setan dari orang yang mati ditubruknya tadi.
Sambil memekik sekali lagi, Kim So Eun mencoba meloloskan diri dari mobilnya. Lari. Kabur. Tetapi sekali lagi, setan itu lebih cepat.
"Diam di sini!" bentaknya sambil meraih tangan Kim So Eun.
Kim So Eun tidak tahu apa semua setan bisa bicara. Tetapi setan yang satu ini tangannya begitu hangat! Di mana ada setan yang tangannya begini hangat?
"Jalankan mobilmu!" perintahnya sekali lagi.
Sekarang Kim So Eun yakin, makhluk ini masih bernapas. Dia pasti belum jadi setan. Masih berwujud manusia. Kalau tidak, Untuk apa dia naik mobil? Setan kan bisa terbang?
Dan dalam kegelapan, samar-samar Kim So Eun dapat melihat wajahnya. Wajah paling kotor yang pernah dilihatnya. Tetapi kotoran itu bukan hanya debu. Kotoran itu bercampur darah... darah yang bercampur keringat!
"Cepat jalankan mobilmu!" perintahnya iagi.
Kali ini Kim So Eun membaca ancaman dalam suaranya. Tetapi bukan cuma ancaman. Ada nada lain di dalam suaranya. Nada kesakitan.... Ya Tuhan! Dia kesakitan sekali!
"A... akan kubawa kau ke rumah sakit..." Kim So Eun menggagap bingung.
"Persetan!" geram lelaki itu menahan sakit. "Cepat jalankan mobilmu!"
"Ke mana?"
"Pokoknya jalan! Cepat!"
Kim So Eun menyentuh kunci mobilnya. Menggenggamnya erat-erat. Memutarnya untuk menghidupkan mesin. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Ah, pasti mobil tua ini mogok lagi!
Tetapi pada putaran keempat, mesinnya hidup. Kim So Eun sampai lupa bernapas. Dan merasa amat sesak.
Ya Tuhan! Mudah-mudahan semua ini cuma mimpi. Mimpi seperti yang hampir setiap malam dialaminya. Dia sering merasa sesak begini. Ketakutan. Membeku di tempat tidurnya. Lalu tiba-tiba terbangun di dalam kamarnya yang gelap gulita. Dan bersyukur semua itu cuma mimpi.
Tetapi kali ini agaknya dia tidak bermimpi. Dia benar-benar berada dalam mobilnya pada pukul dua dini hari.... dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya!
Dan lelaki ini pasti bukan orang baik-baik Kalau tidak, kenapa dia menolak dibawa ke rumah sakit? Dia kan butuh pertolongan! Wajahnya berlumuran darah. Pasti karena benturan dengan mobilnya tadi!
Ah, seandainya dia tahu laki-laki ini masih hidup! Lebih baik dia tidak berhenti tadi. Lebih baik dia cepat-cepat kabur ke polsek terdekat!
Orang ini pasti punya maksud jahat. Dia pasti mau merampok mobilnya... Tetapi mengapa tidak meninggalkannya saja Kim So Eun di tepi jalan tadi? Atau... dia punya maksud lain? Menyeretnya ke tempat gelap dan...
Kim So Eun memejamkan matanya rapat-rapat. Bayangan belukar yang rimbun di belakang rumah Nenek tiba-tiba saja kembali menghantui dirinya....
Dia merasa takut. Sangat takut. Ingin menjerit. Memekik Tetapi suaranya seperti tersekat di tenggorokan. Yang terdengar cuma suara seperti orang tercekik.
Lalu Kim So Eun tidak dapat menguasai kemudi lagi. Mobil itu meluncur ke tepi jalan. Menabrak trotoar. Dan terlonjak berhenti.
"Dasar Bodoh!" bentak lelaki itu antara kaget dan marah.
"Kau mau membunuhku?!"
Tangannya sudah terulur untuk mencengkeram bahu Kim So Eun, tapi tiba-tiba tangan itu mengejang di udara. Matanya berpapasan dengan sebentuk wajah yang sangat pucat. Dan entah mengapa, melihat paras yang membeku ketakutan itu, dia membatalkan niatnya.
"Kau kenapa?" desisnya sambil menurunkan tangannya.
"Aku takut…" rintih Kim So Eun tak sadar.
"Aku juga takut," gumam lelaki itu pahit.
"Sekarang jalankan mobilmu."
Suara itu bukan suara orang jahat. Suara yang meredam sakit. Untuk pertama kalinya Kim So Eun berani menoleh. Dan matanya bertemu dengan mata lelaki itu... sepasang mata yang tajam, tetapi menyimpan kelembutan di baliknya.... Ah, sorot matanya tidak bengis... sama sekali tidak kejam. Dia pasti bukan penjahat!
Perlahan-lahan ketenangan Kim So Eun pulih kembali. Laki-laki ini pasti terluka. Dia membutuhkan pertolongan dokter.
"Kau harus ke rumah sakit!"
"Jalankan saja mobilmu."
"Ke mana?"
"Jalan!"
Terpaksa Kim So Eun menuruti perintahnya. Ketika mobilnya sudah meluncur kembali di aspal, sekali lagi Kim So Eun bertanya.
"Ke mana?"
"Ke Incheon."
Hampir terlepas kemudi mobil dari tangan Kim So Eun. Tetapi kali ini, penumpang gelapnya lebih cepat. Tangannya secepat kilat meraih kemudi mobil. Dan membelokkan mobil yang sudah hampir naik lagi ke atas trotoar itu kembali ke jalan raya.
"Terus!" geram laki-laki itu gusar. "Jalankan mobilmu baik-baik. Jangan membuatku marah!"
"Tapi aku tidak bisa mengantarmu ke Incheon!"
"Siapa yang tanya?"
"Kasihanilah aku!" pinta Kim So Eun sambil berdoa dalam hati. "Aku tidak bisa mengantarmu...."
"Harus."
Entah sudah berapa kali Kim So Eun menyebut nama Tuhan. Tetapi dia sendiri tidak yakin orang ini kenal Tuhan. Bagaimana dia mau mendengar perintah Tuhan untuk melepaskan dirinya?
"Aku punya lima orang anak perempuan yang masih kecil-kecil...."
Seolah-olah tidak percaya, laki-laki itu menoleh. Dan menatapnya dengan tatapan yang membuat harapan Kim So Eun meletup.
"Kumohon padamu. biarkan aku pulang. Anak-anakku menunggu di rumah. Kalau kau mau ke Incheon, ambillah mobilku. Tapi jangan ganggu aku...."
Sekejap dia mengawasi Kim So Eun. Dan Kim So Eun merasa dia sedang berpikir. Oh, mudah-mudahan dia juga mendengar bisikan Tuhan di hatinya... kalau saja dia masih punya hati!
"Ada siapa di rumahmu?"
"Hanya aku dengan anak-anak."
"Suamimu?"
"Aku janda."
"Kalau begitu, bawalah aku ke rumahmu."
"Ke rumahku?" Kim So Eun tersentak kaget. "Mau apa kau ke sana?”
"Bukan urusanmu!"
Bukan urusanku, desah Kim So Eun ngeri. Tapi itu kan rumahku!
Sambil mengemudikan mobilnya Kim So Eun masih dapat melihat lelaki itu menyeka wajahnya berkali-kali. Sebentar-sebentar dia memegang kepalanya. Dan mengerut kesakitan.
Mudah-mudahan dia sudah jatuh pingsan sebelum sampai ke rumah.... Tetapi sampai mobilnya berhenti di depan rumah, lelaki itu masih tetap bertahan!
Sempoyongan dia turun dari mobil. Membukakan pintu untuk Kim So Eun. Dan menyeretnya turun.
"Buka!" desisnya sambil melirik pintu depan rumah.
"Ingat, jangan membangunkah siapa pun!" Bergegas Kim So Eun mencari kunci di dalam tas-nya. Tangannya bergetar hebat. Berkali-kali dia tidak mampu memasukkan anak kunci itu ke lubangnya.
"Berikan padaku!" sergah laki-laki itu tak sabar.
Dirampasnya kunci dari tangan Kim So Eun. Dimasukkannya ke lubang kunci. Sekali putar, pintu terbuka.
Sejenak dia menahan langkahnya di ambang pintu. Menyapu seluruh ruangan dengan matanya. Ruang tamu yang sempit. Gelap. Sepi. Tidak ada seorang pun di sana.
"Di mana anak-anakmu?"
"Tidur."
"Di mana kamarnya?"
"Di atas."
"Pembantu?"
"Tidak punya."
"Orangtuamu?"
"Hanya Ibu. Tidur di kamar anak anak.”
Kim So Eun mendengar lelaki itu menghela napas lega. Justru pada saat Kim So Eun menahan napas. Anak-anaknya perempuan semua. Jika lelaki ini... Oh, Tuhan! Jangan!
Buru-buru Kim So Eun menyodorkan kunci mobilnya. Lelaki itu menatapnya dengan kesal.
"Untuk apa?"
“Tolonglah, tinggalkan rumahku," pinta Kim So Eun ketakutan. "Ambillah apa saja yang kauinginkan. Jangan ganggu aku dan anak-anakku...."
"Ambilkan aku minuman." katanya sambil menutup pintu dan menjatuhkan diri ke kursi. "Obat sakit kepala juga."
"Pusing?" tanya Kim So Eun tak sadar. Lelaki itu cuma mengangguk. Dan menyeka darah yang meleleh dari hidungnya. "Kau harus ke rumah sakit..."
"Jangan cerewet!" Tapi kau harus ke dokter!"
"Itu urusanku!”
"Mungkin lukamu parah."
"Bukan urusanmu."
"Kalau kau mati, aku yang dihukum! Aku yang menabrakmu!”
"Ambil minuman!"
Apa boleh buat. Kim So Eun menghela napas. Dia tidak dapat mengatur bajingan ini. Orang itu yang berkuasa.
Kim So Eun baru melangkahkan kakinya satu langkah ketika laki-laki itu menyambar lengannya. Dia hampir memekik kaget. Untung masih sempat ditahannya. Kim So Eun sadar, dia tidak boleh membangunkan anak-anak. Kalau mereka bangun, keadaan akan bertambah kacau. Dan mereka mungkin berada dalam bahaya yang lebih besar....
"Ada apa?" gerutu Kim So Eun antara takut dan kesal. "Kau minta minum, kan?"
"Aku ikut. Di mana kamarmu?"
"Mau apa ke kamarku?"
"Aku tidak percaya padamu."
"Aku tidak punya telepon."
"Siapa tahu kau punya seseorang di kamarmu."
"Sudah kubilang, aku janda."
"Dan janda tidak boleh punya seseorang di kamarnya?" Memerah paras Kim So Eun.
"Mengapa kau harus takut?"
"Bukan urusanmu. Di mana kamarmu?"
Terpaksa Kim So Eun membawa laki-laki itu ke kamarnya. Untung memang, dia selalu tidur sendiri. Di kamar bawah. Dengan menempatkan anak-anaknya di kamar atas, mereka tidak akan terbangun setiap kali dia pulang malam.
Lelaki itu menghempaskan pintu kamar sampai terbuka. Dan tegak dalam posisi siaga. Ketika dirasanya aman, tangannya meraba dinding. Dan menekan tombol lampu.
Sinar lampu menerangi seluruh kamar yang tidak terlalu besar. Sebuah ranjang kosong menanti di tengah kamar. Lemari yang kecil itu juga tak mungkin dipakai seseorang untuk bersembunyi. Selain itu hanya sebuah meja rias yang mengisi kamar itu.
Lelaki itu menghela napas lega. Rasanya Tidak ada seorang pun di kamar perempuan itu. Dia langsung duduk di samping tempat tidur mengurut-urut kepalanya.
Dia pasti sangat kesakitan, pikir Kim So Eun resah. Kalau dia mau menggunakan kesempatan, rasanya sekaranglah saatnya yang paling tepat. Dia hanya tinggal menyambar botol parfumnya. Menyemprot-kan minyak wangi itu ke matanya. Lalu memukul kepalanya dengan lampu duduk di sisi tempat tidur……
Dan kebimbangan Kim So Eun buyar dengan sendirinya. Karena lelaki itu sudah roboh sebelum sempat diapa-apakan!
Dia tidak pingsan. Tapi sekujur wajahnya mengkerut kesakitan. Dan tiba-tiba saja, begitu tiba-tiba, Kim So Eun merasa kasihan kepadanya. Betapapun, dialah yang telah menabrak orang ini.
Bergegas Kim So Eun lari ke dapur. Mengambil air. Dan membawa juga sebutir obat penghilang rasa sakit.
"Ini obatnya." Kim So Eun menyodorkan obat dan air yang dibawanya.
"Kau perlu dokter!"
"Aku hanya pusing," katanya setelah menelan obatnya.
"Apa salahnya pergi ke rumah sakit?" Dia tidak menjawab. Diteguknya airnya sampai habis.
"Lagi?"
"Aku ingin muntah." Tanpa berkata apa-apa lagi, dibaringkannya tubuhnya. Dipejamkannya matanya rapat-rapat.
"Aku tidak akan mengganggumu," desahnya menahan sakit. "Asal kau tidak berbuat yang bukan-bukan."
Berbuat apa, pikir Kim So Eun sambil menyelinap ke luar. Memanggil satpam kompleks? Minta mereka mengeluarkan lelaki itu dari kamarnya? Tetapi... apa salahnya? Lelaki itu tidak mengganggunya sama sekali. Kim So Eun yang menabraknya!
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
AQ masiiiiiiiiihhh mampir...PdahaL maw siap2 Sidang..hahahahaha...stiLL kEreeeeeeeennn..nie SoEun wanita gak bEner ato gmana di FF nie???..hmmmmmm....
BalasHapus