Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 30 Juli 2011

The Right Man (Chapter 21)



Dengan jaminan Kim Hyun Joong, Park Ji Yeon akhir-dibebaskan. Dia hanya diharuskan melapor setiap hari. Dan diberhentikan dari pekerjaannya.

Sebelumnya direktur perusahaan tempatnya bekerja juga sudah menelepon. Mereka tidak ingin memperpanjang tuntutan. Karena ternyata Park Ji Yeon masih di bawah umur. Dan dia mencuri untuk mencari biaya pengobatan untuk ibunya.

Ketika mendengar kata-kata petugas itu, tiba-tiba saja Baek Suzy teringat pada laki-laki berdasi yang melongok dari dalam mobilnya itu. Diakah yang menelepon? O, rasanya Baek Suzy ingin datang ke pabrik besok untuk mengucapkan terima kasih!

"Rusak!" gerutu Kim Hyun Joong ketika mengantarkan anak-anak itu pulang. "Lelaki bukan, perempuan bukan, sekarang malah mencuri!"

Park Ji Yeon yang duduk di bangku belakang menatap lelaki itu dengan penuh kebencian.

Dulu dia mencerca Ibu, geramnya sengit. Sekarang dia menghina diriku! Sialan! Untuk apa Baek Suzy minta tolong padanya?!

"Lalu aku harus minta tolong ke mana lagi?" balas Baek Suzy kesal ketika Park Ji Yeon marah-marah padanya sesampainya di rumah.

"Tidak perlu minta tolong pada ular seperti dia!"

"Kalau cuma ular yang bisa membebaskanmu?"

"Lebih baik di penjara daripada minta tolong pada ular!"

"Di mana ada ular?" sergah Nenek panik sambil menuruni tangga.

"Tidak ada," sahut Baek Suzy kesal. "Nenek saja yang salah dengar!"

* * *

Tergopoh-gopoh Kim Yoo Jung berjalan keluar dari kelas. Wah, terlambat sedikit! Pasti Lee Young Yoo Eonni marah-marah lagi!

Akhir-akhir ini dia memang judes sekali. Salah sedikit saja, Kim Yoo Jung pasti dimarahi. Salah lebih besar, dicubit. Dipukul.

Sekarang dia terlambat keluar dari kelas. Pasti Lee Young Yoo Eonni sudah cemberut! Waduh!

Dari jauh Kim Yoo Jung sudah melihat Lee Young Yoo. Tegak menunggu di halaman sekolah. Dekat pintu gerbang.

Celaka. Kalau dia kepanasan, cubitannya pasti lebih keras!

Tergesa-gesa Kim Yoo Jung berlari-lari kecil menghampiri kakaknya. Dan dia belum sempat membuka mulut untuk menegur ketika tiba-tiba seperti tidak di sengaja Lee Young Yoo mengulurkan kakinya. Tidak ada yang melihat. Kejadiannya begitu cepat.

Kim Yoo Jung tidak sempat mengerem kakinya. Kaki Lee Young Yoo tepat mengganjal kakinya. Dan Kim Yoo Jung tersandung Jatuh tersungkur ke depan. Mulutnya menghantam tanah. Cukup keras. Sakitnya bukan main.

Kim Yoo Jung menangis kesakitan sambil menebah mulutnya. Ketika dia melihat tangannya berlumuran darah, dia menjerit. Dan menangis semakin keras.

* * *

“Gigi Kim Yoo Jung patah," keluh Baek Suzy panik. "Bagaimana ini, Nek? Siang ini kan Kim Yoo Jung harus shooting!"

"Boro-boro shooting." gerutu Nenek yang masih mendekap cucunya antara kesal dan gemas.

Bajunya yang paling bagus, yang sengaja dipilihnya untuk acara hari ini, sudah penuh bercak-bercak darah Kim Yoo Jung.

"Kita harus bilang apa pada Tn. Lee Min Ho?" keluh Baek Suzy bingung.

"Bilang saja hari ini Kim Yoo Jung tidak bisa ke sana. Giginya ompong. Mulutnya bengkak. Matanya juga bengkak karena dia menangis terus!"
Kim Yoo Jung memang sudah tidak bisa dibujuk lagi. Dia menangis teras sampai terpaksa Baek Suzy membawanya pulang.

Park Ji Yeon yang sedang menyuapi Kim Yoo Bin tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun ketika melihat keadaan Kim Yoo Jung. Tetapi yang murung bukan hanya Baek Suzy, Lee Young Yoo pun membisu sejak tadi.

Jauh di dalam hati kecilnya, sebenarnya Lee Young Yoo juga sedang menangis. Begitu dengkinya dia pada adiknya beberapa hari ini sampai tega mencelakakan Kim Yoo Jung. Tetapi ketika melihat akibat perbuatannya, ketika melihat Kim Yoo Jung menangis sehebat itu, terbit juga sesal di hatinya. Lebih-lebih ketika menyadari, mereka tidak dapat mengambil uang untuk Ibu!

"Ini semua karena Nenek," gerutu Baek Suzy setelah tidak tahu lagi ke mana harus mengumbar kekesalannya. "Aku Kan sudah bilang kemarin, ambil saja ceknya! Kita uangkan sendiri di bank!"

"Mana Nenek tahu akan sial seperti ini?" Nenek juga tidak kalah pedasnya mendumal. "Kim Yoo Jung kan sudah lama tidak pernah jatuh! Eh, ketika mau shooting malah ompong!" Dan Kim Yoo Jung menangis semakin keras. Lee Young Yoo terpekur sambil menggigit bibirnya.

* * *

"Ompong?" Tn. Lee Min Ho sampai separuh berteriak. "

Kim Yoo Jung belum bisa kemari, Tuan. Bibirnya bengkak. Dan dia masih menangis terus...."

"Jadi bagaimana? Semua persiapan shooting sudah siap! Tinggal tunggu Kim Yoo Jung!"

"Saya minta waktu sampai besok, Tuan," Baek Suzy menggagap kecut. Takut melihat reaksi kemarahan Tn. Lee Min Ho. Hilanglah sudah semua keramahan dan senyum simpatik di wajahnya!

"Besok pasti bibir Kim Yoo Jung sudah tidak begitu bengkak lagi...."

"Dan giginya? Dengar, Baek Suzy. Bawa dia ke dokter gigi! Tanya apa yang dapat dilakukan untuk menambal giginya yang patah itu! Dan tolong, secepat mungkin. Atau saya harus mencari pemain baru!”

"Iya, Tuan. Terima kasih." Dengan gugup Baek Suzy membalikkan tubuhnya. Ingin mengangkat kaki secepat mungkin, ketika tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dan dia terpaksa memutar tubuhnya lagi

"Hmm, Tuan... maaf."

"Apa lagi??”

"Hmm, Tuan... boleh saya mengambil uang honor Kim Yoo Jung, Tuan?"

"Honor apa?" tanya Tn. Lee Min Ho separuh membentak. "Belum shooting sudah tanya honor?!"

“Yang separuh, Tuan," sahut Baek Suzy gugup. "Yang kemarin belum diambil..."

"Suruh nenekmu mengambilnya kalau Kim Yoo Jung sudah bisa shooting! Kalau dia tidak bisa memperbaiki giginya, perannya akan digantikan anak lain! Kontrak batal.”

Ya Tuhan, tangis Baek Suzy dalam hati. Air mata langsung menggenangi matanya. Berat benar cobaan-Mu!

Tetapi yang sedih bukan hanya Baek Suzy. Lee Young Yoo yang ikut menemani juga terpuruk dalam kedukaan. Sekarang dia baru merasakan benar akibat perbuatan jahatnya! Mereka tidak bisa memperoleh uang untuk Ibu!

"Sama saja, kan, Lee Young Yoo?" tiba-tiba saja kata-kata Baek Suzy seperti menggelitiki hati kecilnya. "Pokoknya kita dapat uang untuk Ibu! Daripada peran itu jatuh ke tangan anak lain?”

Dan keringat dingin tiba-tiba membanjiri sekujur tubuh Lee Young Yoo ketika mendengar Tn. Lee Min Ho berteriak kepada asistennya.

"Cepat hubungi pemain cadangan! Siapa namanya anak yang kemarin audisi itu? Telepon ibunya. Kita tes sekali lagi siang ini juga!"

"Tapi, Tuan...," sela Baek Suzy, kepanikan tidak bisa mendapat uang untuk ibunya menghapuskan rasa takutnya. "Apakah anda tidak bisa menunggu sampai Kim Yoo Jung sembuh?"

"Kami terikat kontrak, Baek Suzy! Cobalah mengerti. Produksi kami ada dead line-nya! Mana bisa menunggu Kim Yoo Jung terus?"

"Tuan," sekarang Lee Young Yoo yang memberanikan diri maju ke depan. Wajahnya pucat, matanya panik. Tapi demi Ibu, dia menekan rasa malunya. "Boleh saya coba lagi?"

Tn. Lee Min Ho menoleh kepadanya dengan wajah masam. Tetapi ketika melihat kesungguhan anak itu, dia berteriak kepada krunya.

"Siapkan kamera!"

* * *

Lee Young Yoo mencoba bermain sebaik-baiknya. Tetapi perasaan hatinya yang sedang galau tidak dapat didustai. Setelah beberapa kali mengulang, akhirnya Tn. Lee Min Ho menyerah.
"Cut!" teriaknya putus asa. "Kita break!"

Dibantingnya bukunya dengan sengit. Tanpa berkata apa-apa lagi kepada Lee Young Yoo dan Baek Suzy, dia masuk ke ruang kerjanya.

"Hubungi anak yang kemarin audisi itu," katanya lesu kepada sekretarisnya yang tergopoh-gopoh menghidangkan minuman dingin. "Suruh datang sekarang juga!”

Lee Young Yoo menangis dalam pelukan Baek Suzy. Dia tahu, dia telah gagal total. Dan bukan itu saja. Kalau anak yang kemarin di audisi itu berhasil, dia juga telah menggagalkan Kim Yoo Jung. Dan itu berarti, menggagalkan uang biaya perawatan Ibu!

"Bagaimana aku harus mengatakannya kepada Ibu?" tangis Baek Suzy sesampainya di rumah.

"Bukan cuma Ibu," sahut Park Ji Yeon murung. "Bagaimana mengatakannya kepada petugas administrasi rumah sakit yang judes itu? Kau kan sudah janji mau bayar dua setengah juta besok pagi."

"Rasanya aku mau mati saja.'" keluh Baek Suzy getir. "Aku sudah tidak kuat lagi...."

"Baek Suzy Eonni!"

Lee Young Yoo menubruk kakaknya. Dan tangisnya meledak semakin hebat. "Maafkan aku...."

"Bukan salahmu." Baek Suzy membelai-belai kepala adiknya dengan terharu. "Kau sudah berusaha...."

Tapi Baek Suzy tidak tahu apa yang telah dilakukan Lee Young Yoo pada Kim Yoo Jung.”

"Eonni..." Kim Yoo Jung menghampiri Baek Suzy dengan ketakutan. "Eonni jangan mati dulu, ya? Aku takut! Takut melihat orang mati!"

* **

"Bagaimana, Kim So Eun?” sapa Dokter Song Seung Hun ramah begitu dia masuk ke kamar Kim So Eun. "Ada keluhan?"

"Bekas operasinya masih sakit, Dokter. Terutama yang di dada."

"Nanti kita lihat lukamu." Dokter Song Seung Hun memberi isyarat kepada perawatnya untuk membuka plester yang menutupi jahitan luka operasi di dada Kim So Eun. "Sampai sejauh ini, kondisimu baik, Kim So Eun. Temperaturmu normal. Tidak ada komplikasi."

"Terima kasih, Dokter." Kim So Eun berusaha melihat bekas operasinya. Tetapi Dokter Song Seung Hun mencegahnya.

"Jangan dilihat dulu," hiburnya sambil tersenyum. "Nanti kau kaget. Tunggulah sampai lukanya benar-benar sembuh."

"Masih sering berdenyut, Dokter," keluh Kim So Eun lirih. "Dan lengan kiri saya sering kesemutan."

Dokter Song Seung Hun memeriksa bekas luka di dada dan ketiak kiri Kim So Eun. Lalu dia memerintahkan perawatnya untuk menutup kembali bagian yang sudah dijahit itu.

"Antibiotiknya diteruskan," instruksinya kepada perawat. "Ada obat yang habis?"

"Kalau malam tidak bisa tidur, Dokter," sela Kim So Eun. "Boleh minta obat tidur?"

Dokter Song Seung Hun menandatangani selembar resep. Sementara perawatnya mencatat obat-obatan yang diinstruksikannya.

"Kapan saya boleh pulang, Dokter?" sergah Kim So Eun lagi. "Memangnya kau sudah kuat?" Dokter Song Seung Hun tersenyum pahit "Sudahlah, jangan pikirkan pulang!"

"Anak-anak membutuhkan saya, Dokter. Mereka masih kecil-kecil.”

Dan semakin lama Aku di sini, biayanya akan semakin besar!

Kim So Eun tidak berani mengucapkan kalimat yang terakhir itu. Tetapi Dokter Song Seung Hun sepertinya dapat menerkanya walaupun tidak mendengar.

“Tunggulah seminggu lagi. Sampai kondisimu benar-benar stabil. Dan luka operasimu mengering. Kalau penyembuhannya prima, jaringan parutnya tidak terlalu jelek."

Apa bedanya Iagi pikir Kim So Eun getir. Biar kulitnya tidak terlalu berkerut sekalipun, payudaranya tetap telah kehilangan keindahannya! Biarpun Dokter Song Seung Hun masih menyisakan jaringan payudaranya, buah dadanya tidak lagi sepadat dan semontok dulu.

Semuanya tinggal kenangan. Dan meskipun di mulut dia mengatakan tidak peduli lagi, hati kecilnya tetap menangisi bagian tubuhnya yang hilang. Bagian terindah yang menjadi kebanggaannya!

* * *

Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun di depan Kim So Eun Semuanya membisu. Semuanya menunduk dengan wajah muram.

"Ada apa?" desak Kim So Eun cemas. Kim Yoo Bin sakit?"

"Tidak ada apa-apa, Bu," cuma Park Ji Yeon yang mampu membuka mulut. "Kim Yoo Bin sehat."

"Tapi Ibu pasti tidak salah lihat. Kalian sedang sedih. Ada apa?"

Lagi-lagi cuma Park Ji Yeon yang mampu menjawab.

"Kita tidak dapat uang, Bu." Kim So Eun kecewa. Sekaligus lega. Dia memaksakan sepotong senyum lembut di bibirnya walaupun hatinya sedih.

"Ibu kira ada yang sakit. Ibu lega kalau masalahnya cuma uang. Tidak apa-apa. Kim Yoo Jung tidak bisa shooting hari ini?"

Kim Yoo Jung merayap ke atas tempat tidur. Park Ji Yeon sudah bergerak untuk menurunkan adiknya, tetapi Kim So Eun mencegahnya.

"Biar saja. Ada apa, Sayang?"

"Bu." Kim Yoo Jung menatap ibunya dengan bimbang. Matanya bersorot sedih sekali. "Gigiku ompong, Bu!"

Diperlihatkannya giginya kepada ibunya. Dan Kim So Eun mengawasi gigi yang tinggal sepotong itu antara geli dan iba.

"Kau jatuh, Kim Yoo Jung?"

"Aku lari-lari, Bu! Ibu marah, tidak?"

"Ibu kan sudah bilang, Kau tidak boleh lari-lari!"

"Lain kali tidak, Bu.... Aku mau jalan saja. Pelan-pelan. Ibu jangan marah, ya?"

“Sudahlah." Kim So Eun membelai mulut anaknya dengan lembut. Hati-hati. Dan penuh kasih sayang. "Sakit, Kim Yoo Jung?"

"Sakit, Bu. Aku sampai menangis. Tapi sekarang sudah tidak sakit lagi."

"Nanti kalau Ibu sudah sembuh, kita ke dokter gigi, ya?"

"Ke Dokter Jung Yong Hwa saja ya, Bu?"

"Dokter gigi yang tampan itu? Kau menyukainya, Kim Yoo Jung?"

"Dokter Jung yong Hwa itu baik sekali, Bu!"

"Nanti kita ke sana, ya. Tapi di sana nanti kau tidak boleh cerewet."

Kim So Eun menoleh ke arah Baek Suzy. Tepat pada saat Baek Suzy sedang menatapnya dengan sedih. Dan Kim So Eun langsung memahami apa yang terjadi.

"Kim Yoo Jung tidak bisa shooting?"

Baek Suzy mengangguk. Dan air matanya berlinang.

"Aku yang salah, Bu!" cetus Lee Young Yoo tiba-tiba.

“Tidak, Lee Young Yoo." Kim So Eun membelai rambut anaknya yang ketiga itu dengan lembut. "Kau kan sudah berusaha."

Tetapi di mata Lee Young Yoo, Kim So Eun melihat sesuatu yang lain. Sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh seorang ibu. Karena itu ketika Lee Young Yoo hendak membuka mulutnya, Kim So Eun meletakkan tangannya di bibir gadis kecil itu.

"Ibu tahu," bisiknya penuh pengertian. "Kau menyesal."

Bersambung…

Chapter 10 ... Chapter 11
Chapter 9 ... Chapter 12
Chapter 8 ... Chapter 13
Chapter 7 ... Chapter 14
Chapter 6 ... Chapter 15
Chapter 5 ... Chapter 16
Chapter 4 ... Chapter 17
Chapter 3 ... Chapter 18
Chapter 2 ... Chapter 19
Chapter 1 ... Chapter 20
Prolog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...