Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Senin, 11 Juli 2011
Sahabat Jadi Cinta (Chapter 3)
Chapter 3
Cinta Merekah Di Penghujung Lara
Red Cafe terletak persis di seberang jalan dari sekolahku. Cafe mungil itu merupakan tempat favorit yang kusinggahi bersama Kim So Eun. Tempatnya asri. Selalu ada suguhan Live Music disana. Aku sengaja memilih tempat di sudut cafe. Hanya ada seorang pengunjung yang terlihat santai menikmati jus apel dan sebatang rokok. Lelaki itu terlihat santai dengan dunianya. Sesekali menyedot sigaret di bibirnya lalu asapnya dihembuskan ke langit-langit cafe. Asap rokok itu melayang-layang sejenak lalu melesat dan lenyap lewat jendela cafe.
"Kau mau pesan apa, Kristal?" Aku mulai membuka-buka daftar menu yang tergeletak di atas meja.
"Kau masih memanggilku Kristal, Kim Bum?"
Aku tersenyum.
"Aku akan terus memanggilmu, Kristal," sahutku. Menelusuri wajah cantik yang telah berbulan-bulan tidak pernah lagi kutatap.
"Oya, mau pesan apa?"
"Aku tidak pesan apa-apa, Kim Bum," sahut Kim So Eun.
"Ice Tea, ya?" tawarku.
"Terserah kau saja."
Aku memesan dua Ice Tea dan seporsi kentang goreng.
"Sekarang kau ingin membicarakan apa?" Aku memulai pembicaraan serius usai menyerahkan pesanan kepada pelayan.
Kim So Eun menatapku sejenak. Gadis itu masih terlihat ragu-ragu untuk mengungkapkan masalahnya.
"Soal Yang Yoseob, Kim Bum." Akhirnya bibir itu terbuka dengan berat.
"Yang Yoseob?"
Kim So Eun mengangguk.
Ice Tea dan kentang goreng pesanan tiba di meja kami.
"Ada apa dengan Yang Yoseob?" tanyaku serius.
Kim So Eun menatapku dengan wajah murung.
"Dia selingkuh, Kim Bum." Bibirnya bergetar. Dua butir bening menggelinding dari matanya. Merembes lamat di kedua pipinya yang putih.
Sesuatu mengiris ulu hatiku!
Aku mengambil tissue dan mengeringkan cairan bening itu dari pipinya.
"Aku sedih mendengarnya. Kau tahu, Kristal. Aku kadang sering berdoa agar hubunganmu dengan Yang Yoseob abadi," kalimatku mengambang. Aku menjangkau Ice Tea-ku dan membasahi kerongkonganku dengan cairan manis itu.
Kim So Eun menatapku tak berkedip. "Aku sendiri tidak tahu, Kim Bum. Kenapa Yang Yoseob tega melakukan itu."
Ada isak tangis di sela-sela kalimat Kim So Eun.
"Kau yakin Yang Yoseob mengkhianatimu?"
"Aku memergokinya sendiri, Yang Yoseob berjalan dengan mesra dengan seorang gadis."
"Mungkin itu saudaranya?"
"Bukan, Kim Bum. Saat itu juga aku menghampiri Yang Yoseob. Dan Yang Yoseob mengatakan kalau sebenarnya dia tidak mencintaiku!"
Aku tersedak.
"Begitu?!"
"Ya, Kim Bum. Menyakitkan. Aku seperti sampah tak berguna di depan kekasih Yang Yoseob yang baru. Aku malu, Kim Bum." Kini aliran sungai dari kelopak mata itu mengalir deras.
"Berarti Yang Yoseob itu berengsek, Kristal! Dan, aku ingin memberi pelajaran padanya!" Sesuatu meledak di hatiku, memaksaku mengatupkan geraham dan mengepalkan tangan dengan keras.
"Ja-jangan, Kim Bum!"
"Kristal, aku pernah berjanji, aku tidak ingin siapa pun melukai hatimu!"
"Aku tahu, Kim Bum. Tapi bukan itu yang aku inginkan." Kim So Eun menghela napas.
Di luar cafe, angin bergerak gemulai. Menggoyang-goyangkan pucuk flamboyan dengan sesekali menerbangkan bunga-bunga dari rantingnya.
"Aku hanya ingin meminta maaf, Kim Bum. Selama ini aku telah membuat jarak denganmu," ucap Kim So Eun lembut. Menatapku untuk beberapa saat dengan mimik bersalah.
"Lupakanlah, Kristal. Aku memakluminya."
"Kau masih menganggapku sahabat, Kim Bum?" Kim So Eun menatapku dengan sungguh-sungguh.
Aku mengangguk. "Kau masih sahabatku yang terbaik, Kristal."
Sesuatu kembali berkelebat di kelopak mata Kim So Eun. Mata bening itu kembali bersinar ceria. Dan aku menikmatinya.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar