Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 16 Juli 2011

Cinta Di Bawah Lampu Merah



Title : Cinta Di Bawah Lampu Merah
Genre : Romance
Author : Sweety Qliquers
Episode : Oneshot
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 21 February 2011, 05.49 PM
Cast :
Kim Bum
Kim So Eun
Lee Hong Ki


Sudah sebulan Kim Bum mencoba mendekati Kim So Eun. Segala usaha dan jerih payah telah dilakukannya. Namun, tetap saja, Kim So Eun tak bergeming, membungkam bahasa dalam kebisuannya.

Sementara Kim Bum terus menggencarkan serangan-serangannya. Kadang Kim Bum sengaja menjauh sebentar, lalu kembali menebarkan pesonanya. Menurut Kim Bum, biasanya wanita pura-pura cuek. Padahal, sebenarnya mereka mengharapkan pria untuk terus mengejarnya. Tapi, jauh dari perkiraan, Kim So Eun malah bersikap masa bodoh dan semakin tak menggubrisnya.

Kim So Eun adalah gadis yang entah kesekian kalinya diincar dan diburu Kim Bum. Awalnya Kim Bum cuek-cuek saja dengan Kim So Eun yang kebetulan tetangga barunya itu. Tapi, lama-kelamaan ia merasa tertantang juga untuk mendekati Kim So Eun. Jiwa pejantannya kembali bangkit, ketika tak ada satu pemuda pun yang berhasil mendekati Kim So Eun.

Selama ini Kim Bum sudah mencoba mendekati Kim So Eun lewat teman-teman di sekolahnya. Bahkan, sampai ke tetangganya.
Kim So Eun yang sehari-harinya lewat di depan rumah Kim Bum, selalu saja membuat hati Kim Bum berdesir tak karuan. Bukan karena cinta yang menggebu, melainkan hanya karena penasaran saja.

“Aneh! Kenapa dia semakin cuek padaku?” tanya Kim Bum pada Lee Hong Ki, teman sekelasnya di kampus. “Padahal kau kan tahu sendiri, kalau aku termasuk pria yang sering digandrungi wanita? Kenapa Kim So Eun seolah tak mempan oleh umpanku?”

“Mungkin Kim So Eun ingin menguji sebarapa besar usahamu,” Lee Hong Ki mencoba menerka. “Kim So Eun mungkin senang melihatmu terus mengejarnya,”

Kim Bum hanya geleng-geleng kepala. Sesekali mengangguk-angukkan kepalanya.

* * *

Pagi hari, matahari menyerobot masuk ke dalam kamar Kim Bum. Jam di meja kamarnya sudah menunjukan pukul 7.00. Biasanya, jam-jam segini Kim So Eun berangkat sekolah lewat depan rumahnya. Kim Bum segera mandi dan memakai kemejanya. Tak lama, ia sudah siap ke kampus. Di depan rumah, Kim Bum tampak gelisah. Sesekali menatap ke arah jalanan, mencoba memastikan, Kim So Eun sudah lewat atau belum. Sambil menunggu, ia memanaskan motor sport kuningnya. Ia pura-pura mengelap body motornya sambil sesekali memelintir gasnya. Suara mesin pun menderu-deru.

Tak lama, dari kejauhan sang pujaan hati sedang menuju ke arahnya. Kim Bum segera merapikan diri. Mematut diri di depan kaca depan rumah. Ia pun sudah siap bekerja keras hari ini. Menebar jaring-jaring cinta.

Kim So Eun semakin dekat dengan rumah Kim Bum. Dekat, dan semakin dekat.

Kim Bum membuka pintu pagar rumahnya, sambil menuntun motornya. Derap langkah Kim So Eun sudah terdengar jelas di daun telinganya. Sebuah derap yang terdengar dari kaki indahnya Kim So Eun.

“Selamat pagi,” sapa Kim Bum ramah. “Baru mau berangkat?”

Kim So Eun tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil mengangguk.

“Aku antar ya? Aku juga sekalian ke kampus. Sekolahmu kan searah dengan kampusku?” ajak Kim Bum.

''Terima kasih, tidak usah.''

''Atau kuantar sampai di halte bus saja, bagaimana?''

“Terima kasih. Aku ingin jalan saja. Sekalian olahraga,” Kim So Eun segera bergegas meninggalkan Kim Bum yang sudah siap dengan motornya.

“T-t-tunggu...!” pinta Kim Bum setengah berteriak.

“Ada apa lagi?”

Sejenak Kim Bum terdiam. Sesekali menggaruk-garuk kepalanya. “Boleh tidak aku ke rumahmu nanti malam?” sambil cengar-cengir.

“Untuk apa?” tanya Kim So Eun ketus.

“Ada yang ingin aku katakan padamu,”

Sesaat Kim So Eun tertegun, seolah ada sesuatu yang dipikirkannya.

“Bagaimana? Boleh tidak?”

“Memangnya apa yang mau kau katakan? Kenapa harus di rumah?” tanya Kim So Eun setengah sewot.

“Yaa... kalau tidak mau di rumah, di mana saja boleh,”

“Ya sudah kalau begitu, di sini saja. Cepat katakan!” pinta Kim So Eun sambil sesekali menengok ke arah arloji yang membelit pergelangannya yang putih.

Kim Bum tersenyum. “Kau sudah punya kekasih belum?”

Kim So Eun tak langsung menjawab. Ia pura-pura kaget. Tak lama ia kembali bersikap seperti biasa. “Kalau sudah, kenapa? Kalau belum mau apa?” pancing Kim So Eun.

“Jangan galak seperti itu!” rayu Kim Bum. “Kalau sudah, kenapa aku tidak pernah melihatmu jalan dengan kekasihmu. Kalau belum...”

“Kalau belum, mau apa?”

“Mau tidak kau jadi kekasihku?” pinta Kim Bum mantap.

Mata Kim So Eun terbelalak. Namun lagi-lagi Kim So Eun mampu menyembunyikan perasaannya. Sebenarnya ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Kim Bum.

“Bagaimana? Mau tidak?”

“Mudah sekali kau mengatakan cinta! Kau seperti tidak menghargai apa arti cinta sebenarnya!” Kim So Eun bergegas lebih cepat meninggalkan Kim Bum.

Kim Bum hanya terperangah. Dadanya seolah ada yang menohok keras. Baru pertama kali ia dianggap sebagai seorang pria yang tak mengerti arti cinta. Tiba-tiba Kim Bum merasa seolah ia tak ada harganya sama sekali di depan Kim So Eun.

Gelap malam tak mampu membias kata-kata Kim So Eun pagi tadi.

Mudah sekali kau menyatakan cinta! kata itulah yang kembali terngiang-ngiang di daun telinga Kim Bum.

Di dalam kamar ia hanya menatap langit-langit berwarna putih. Di sana ia melihat wajah oval Kim So Eun sambil tertawa mengejeknya. Rupanya kali ini ia benar-benar dibuat penasaran oleh gadis itu. Buktinya saat ini ia selalu memikirkannya. Tak siang, tak juga malam. Yang ada hanya wajah Kim So Eun, Kim So Eun, dan Kim So Eun. Terus dan terus. Semakin penasaran.

Namun perkataan yang keluar dari mulut manis Kim So Eun akhirnya menyadarkan Kim Bum. Ia baru sadar kalau selama ini ia telah melakukan hal yang belum pernah, bahkan pantang ia lakukan. Ia telah menjadi pengemis cinta. Ia telah menghinakan dirinya dengan merendahkan diri di hadapan seorang Kim So Eun. Kim Bum lupa, kalau selama ini ia telah kebablasan melakukan pendekatan.

“Kenapa aku sampai seperti ini ya? benar juga kata Kim So Eun,” tanya Kim Bum dalam hati.

Kim Bum bingung. Sesekali ia bangkit dari kasurnya. Memandang jendela dan menatap ke luar. Ia hanya menatap atap rumah Kim So Eun yang lebih tinggi daripada rumahnya. Kim Bum menggaruk-garuk kepalanya. Sesekali matanya diarahkan pada sebuah jam yang tergeletak di meja. Di sana jam menunjukan pukul 20.00. Saatnya datang ke rumah Kim So Eun untuk meminta kepastian atas ungkapan cintanya tadi pagi. Namun, lagi-lagi Kim Bum teringat kata-kata dari mulut Kim So Eun. Rasanya harga diri Kim Bum terinjak-injak. Tapi betapa terinjak-injaknya harga dirinya di depan teman-temannya, kalau tak bisa mendapatkan Kim So Eun. Bagaimana reputasi si penjinak wanita yang alang kepalang disandangnya.

Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Ia memilih mematikan lampu dan menyalakan music. Dalam gelap, Kim Bum menikmati lagu-lagu kesukaannya. Lama-kelamaan suara musik perlahan mengecil. Lalu semuanya menjadi gelap dan hening. Kim Bum terlelap dalam tidurnya malam itu.

* * *

Pagi hari Kim Bum berangkat agak siang. Ia sudah tak berhasrat mengejar Kim So Eun. Ia hanya santai-santai saja.

Sementara jam sudah menunjukan pukul 07.30. Sambil malas-malasan, Kim Bum pun segera bersiap-siap. Seperti biasa, Kim Bum memanaskan mesin motor sportnya.

Setelah semuanya beres, ia pun segera mengeluarkan motor sport-nya ke luar rumah. Tak lama, pintu pagar sudah di kuncinya. Kim Bum siap menaiki sadel motornya.

“Tunggu! Aku ikut!” sebuah suara memanggilnya dari kejauhan. Suara itu sangatlah akrab dengan telinganya.

Kim Bum menengok. Dilihatnya Kim So Eun berlari mengejarnya sambil menenteng tas selempangnya. Kim Bum tak peduli. Ia malah menstarter motornya. Sesaat suara mesin menderu-deru. Suara derap langkah pacu Kim So Eun hampir tak terdengar.

“Tunggu! Aku ikut!” pinta Kim So Eun dengan wajah memelas dan napas tersengal-sengal.

“Tumben baru berangkat,” sindir Kim Bum, sinis.

“Boleh tidak? Aku sudah kesiangan!”

“Tumben kau kesiangan,” celetuk Kim Bum. Masih sinis.

Kim So Eun diam.

Kim Bum juga terdiam. “Ayo cepat, naik!”

Kim So Eun ragu-ragu. Ia tahu kalau Kim Bum sedang marah padanya.

Akhirnya Kim So Eun naik juga. Sepanjang jalan Kim Bum memacu motor dengan seenaknya. Kim So Eun hanya bisa mendekapnya.

Di perempatan lampu merah, sambil menunggu lampu hijau, Kim Bum membuka pembicaraan.

“Kenapa sampai kesiangan?”

Kim So Eun tersenyum. “Ini semua karenamu...! Tahu tidak!”

“Maksudmu?”

“Iya. Gara-gara semalaman aku menunggumu! Sebenarnya, aku itu menyukaimu.” ketus Kim So Eun.

Mendengar kata-kata Kim So Eun, Kim Bum tersenyum.

“Apa? Aku tidak dengar!” teriak Kim Bum pura-pura tuli.

Kim So Eun geram sambil memukul-mukul punggung Kim Bum. Mulut Kim So Eun mendekat ke telinga Kim Bum.

“Dengarkan aku baik-baik! AKU... JUGA... MENYUKAIMU!!!” teriak Kim So Eun sekuat mungkin, berbarengan dengan suara klakson yang bersahutan di belakang mereka. Di atas, lampu sudah menyala hijau.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

2 komentar:

  1. OS nie pernah di Post di Bumssoindo gak ThoR??atau di Kor.FFcouple??AQ dah pernaH baca yg ini...Baguuuuuuuuus Romantiiiis Endingnya..

    BalasHapus
  2. iya...ff ini pernah di post di BI, coz aq pernah baca...lucu tapi romantis

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...