Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 26 Juli 2011

The Right Man (Chapter 14)



"Tehmu, sudah Ibu beri gula, Baek Suzy," kata Kim So Eun cepat-cepat. "Jangan ditambah lagi. Cicipi dulu. Nanti kemanisan."

"Biarkan saja," sahut Baek Suzy dingin. Tanpa menoleh.

Kim So Eun menajamkan telinganya. Khawatir salah dengar. Kapan pernah didengarnya Baek Suzy berani menjawab sedingin ini? Diawasinya gadis itu dengan cermat. Matanya bengkak. Dia pasti habis menangis.

"Kenapa, Baek Suzy?" desak Kim So Eun penasaran. "Sakit?"

"Tidak apa-apa."

"Baek Suzy."

Kim So Eun meletakkan sendoknya. Ditatapnya anaknya dengan sungguh-sungguh.

"Mudah-mudahan Ibu salah lihat. Tapi sejak kemarin kau sengaja menjauhi Ibu, kan? Sikapmu dingin sekali. Ada apa, Baek Suzy? Ibu salah apa?"

Kim Bum yang sedang mengangkat sendoknya, tidak jadi menyuapkan sendok itu ke mulutnya. Dia ikut mengawasi Baek Suzy.

Merasa sedang diawasi, Baek Suzy langsung meletakkan sendoknya dan lari ke kamar. Sekejap Kim Bum dan Kim So Eun saling pandang. Dan sebelum Kim So Eun sempat memalingkan wajahnya, setetes air mata telah bergulir ke pipinya.

Tanpa berkata apa-apa Kim Bum naik ke atas. Diketuknya pintu kamar Baek Suzy. Dia sedang menangis seorang diri di tempat tidur. Perlahan-lahan Kim Bum membuka pintu kamar.

"Kenapa harus membuat Ibu sedih, Baek Suzy?" tegur Kim Bum dari ambang pintu. "Ibu sudah begitu, menderita. Kenapa harus ditambah lagi?"

"Cuma orang dewasa yang bisa menderita, kan?” tangis Baek Suzy sengit. "Anak-anak tahu apa!"

"Ibu membuatmu menderita?"

"Aku malu punya Ibu seperti itu!”

"Baek Suzy!" desis Kim Bum antara kaget dan marah.

Sekarang Baek Suzy membalikkan tubuhnya. Mengangkat wajahnya. Dan menatap Kim Bum dengan penuh kebencian.

"Kenapa Ibu tidak henti-hentinya kawin-cerai?"

"Ibu punya alasan untuk melakukannya."

“Alasan apa sampai Ibu mau menikah denganmu?”

Sejenak Kim Bum tertegun. Ditatapnya Baek Suzy dengan tatapan tidak percaya. Tetapi gadis itu malah membalas tatapannya dengan pandangan berapi-api. "

"Baek Suzy," gumam Kim Bum hati-hati. "Kau benci Paman?"

"Aku benci sekali padamu!" teriak Baek Suzy separuh menangis. "Benci? Benci."

Lalu dia membanting dirinya ke tempat tidur. Dan menangis tersedu-sedu.

Park Ji Yeon yang baru selesai mandi dan ganti baju, muncul dari kamar sebelah. Tanpa berkata apa-apa dia melewati kamar adiknya dan turun ke bawah.

Ketika dilihatnya ibunya sedang menangis seorang diri di meja makan, dia tidak jadi mengambil sarapan paginya. Dengan wajah muram, Park Ji Yeon langsung meninggalkan rumah.

* * *

Kim Bum menunggu sampai tangis Baek Suzy mereda. Dibiarkannya gadis itu menumpahkan perasaannya Baru dia bertanya dengan suara lunak.

"Kau tidak mau Paman menikah dengan Ibu?"

"Persetan!" geram Baek Suzy sengit.

Dadanya terasa sakit. Panas. Pedih. Dicabik-cabik oleh rasa kecewa dan putus asa.

Pemuda yang didambakannya. Pemuda yang diam-diam dipujanya. Ternyata milik Ibu juga! Simpanan Ibu! Justru pada saat dia hampir percaya, Ibu tidak punya maksud apa-apa dengan lelaki ini. Ibu cuma mau menolong!

Ibu tidak mau menikah lagi, bukan? Itu kata Ibu sendiri! Ternyata Ibu berdusta. Ibu bohong!

Ibu memang serakah! Diambilnya juga pemuda ini. Pemuda yang hampir membuatnya percaya cinta tidak memandang jelek-bagusnya seseorang. Percaya dia masih punya harapan memiliki seorang laki-laki tampan meskipun kakinya cacat!

Ternyata dia keliru! Lelaki di mana-mana sama saja. Lebih tertarik kepada tubuh yang indah. Dada dengan bentuk yang sempurna. Dan tungkai yang indah. Seperti yang dimiliki Ibu?

Bukan kaki yang timpang dan kecil sebelah seperti yang dimilikinya.... Atau dada yang rata seperti papan setrika?

Percuma dia mengharapkan pemuda ini. Dia tidak ada bedanya dengan lelaki lain. Penipu!

"Baek Suzy," cetus Kim Bum setelah terdiam sesaat. "Paman mengerti kenapa kau tidak mau Ibu menikah lagi. Tetapi tidak adil menyamakan setiap lelaki seperti itu. Banyak di antara mereka yang benar-benar ingin membahagiakan Ibu...."

"Kau bisa membahagiakan Ibu?" ejek Baek Suzy pedas. "Untuk berapa lama?"

"Kalau Paman tidak bisa, belum tentu yang lain juga tidak mampu!"

“Jadi perkawinan itu cuma percobaan? Bercerai lagi kalau tidak bahagia?"

"Kenapa harus menipu diri sendiri? Lelaki yang selama ini Ibu temui, bukan ayah yang baik bagi kalian."

"Lalu di mana ayah yang baik itu? Dalam diri setiap lelaki yang tidur bersama Ibu?"

"Jangan menuduh ibumu sekotor itu, Baek Suzy!" geram Kim Bum berang. "Jangan latah meniru apa yang dikatakan oleh tetangga. Siapa pun yang menjadi ayahmu kelak, dia harus bisa mengajarkanmu membedakan apa yang kau dengar dari orang Jain. Jangan asal telan saja!"

"Baik Paman Kim Hyun Joong apalagi kau, tidak akan pernah menjadi ayahku!" sergah Baek Suzy judes dan mantap. "Kali ini Ibu boleh pilih, anak-anaknya atau suaminya!"

"Tidak perlu menyudutkan ibumu dengan pilihan seperti itu. Walaupun Ibu mencintai Paman Kim Hyun Joong, dia tidak akan menikah dengan lelaki itu kalau Paman Kim Hyun Joong tidak dapat menjadi ayah yang baik bagi kalian. Dan kalau kalian tidak mau Ibu menikah lagi, dia tidak akan menikah seumur hidupnya!"

"Ibu tahu anak-anaknya tidak mau punya ayah lagi. Untuk apa dia masih pacaran?"

"Ibu tidak tega meninggalkan kalian tanpa pelindung! Karena itu dia berusaha mencarikan seorang ayah bagi kalian! Mengapa kalian tidak dapat menghargai ibu seperti itu? Ibu yang hanya memikirkan anak-anaknya sepeninggal dirinya!"

"Kau mencintai Ibu?" tanya Baek Suzy dingin.

"Siapa yang tidak mencintai perempuan seperti ibumu? Kecuali anak-anaknya sendiri barangkali!"

"Aku sayang Ibu!" bentak Baek Suzy gusar. "Aku hanya kesal karena Ibu mau menikah dengan lelaki sepertimu!"

"Kata siapa Ibu mau menikah dengan Paman?"

Baek Suzy terdiam. Dia memang baru tadi malam mencuri dengar pembicaraan ibunya dengan Paman Kim Bum.

Ketika Ibu mengintai ke dalam kamarnya, dia belum tidur. Tiba-tiba saja dia ingin tahu mengapa Ibu mengintai mereka. Lalu dia melihat Paman Kim Bum di sofa.
Rupanya mereka sudah berjanji. Bertemu di bawah kalau anak-anak sudah tidur. Dan Baek Suzy memang tidak dapat mendengar semua yang mereka katakan. Tetapi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Paman Kim Bum mencium Ibu!

Tak tahan lagi Baek Suzy untuk mengintai terus. Dia menghambur ke kamarnya dan menangis tersedu-sedu.

"Paman mau bicara denganmu, Baek Suzy," suara Kim Bum berubah tegas.

"Aku sudah bosan.'" bentak Baek Suzy ketus. "Ceritakan saja dongengmu pada Lee Young Yoo dan Kim Yoo Jung. Mereka masih bisa dibohongi!"

"Kapan Paman pernah membohongimu, Baek Suzy?"

Kapan? Baek Suzy tertegun. Ya, kapan? Kapan lelaki ini membohongnya?

Waktu dia mengatakan dirinya punya keistimewaan yang membuat dia tampak menarik walaupun pincang? Atau waktu mengatakan dia punya kelebihan yang tidak dimiliki gadis-gadis lain yang tidak cacat sekalipun?

Berdustakah Paman Kim Bum kalau kemudian ternyata dia lebih tertarik pada Ibu yang punya kaki mulus dan dada yang indah? Bukankah Ibu datang lebih dulu darinya?

Ibu tidak merampas, Paman Kim Bum memang miliknya! Dan Paman Kim Bum tidak berkhianat. Dia tidak pernah menjanjikan apa-apa pada Baek Suzy....

Kalau Lelaki itu memuji kecantikannya, pujian itu bukan karena Paman Kim Bum tertarik kepadanya. Pemuda lainlah yang diharapkannya akan tertarik pada Baek Suzy. Bukan dia! Karena dia lebih tertarik kepada ibunya! Dia lebih suka menjadi ayahnya daripada kekasihnya!

"Sebenarnya sudah lama Paman ingin mengatakannya padamu. Tapi Ibu melarang. Ibu tidak mau Paman menceritakan penyakitnya pada kalian."

"Penyakit apa?" potong Baek Suzy curiga.

Tiba-tiba saja dia teringat pada ocehan Kim Yoo Jung tadi malam. Apa katanya? Ibu sakit? Sakit apa? Menyesal juga dia tidak memperhatikannya. Mula-mula dikiranya si bawel itu cuma main-main. Lagi pula dua hari ini Baek Suzy memang sedang uring-uringan.

"Pernah dengar tentang kanker payudara?"

"Kanker?!" jerit Baek Suzy histeris. "Ibu?! O, Tuhan! Tidak mungkin!"

Mendadak saja tangis Baek Suzy meledak. Kali ini lebih hebat lagi.

"Ibu tidak mau kalian ikut menderita. Dia ingin menanggung derita itu seorang diri. Tapi sebelum meninggalkan kalian, dia ingin mencari seorang pelindung bagi anak-anaknya. Karena itu dia mencarikan ayah untuk kalian...."

"Tidak!" ratap Baek Suzy di sela-sela tangisnya.

"Tahu kenapa Ibu bekerja begitu keras? Kadang-kadang sampai larut malam? Dia ingin membeli sebuah rumah untuk kalian!"

"Oh, Ibu!" tangis Baek Suzy getir. "Kenapa Ibu tidak berobat? Tidak ke dokter?"

"Dokter menyuruhnya operasi."

"Operasi?" Mata Baek Suzy membelalak ketakutan. Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Hampir tidak kuat lagi menyangga tubuhnya.

"Dua tahun yang lalu," sabut Kim Bum pahit. "Ibu tidak mau dioperasi karena tidak mau melepaskan pekerjaannya. Dia ingin mengumpulkan uang untuk membeli rumah."

"Paman..." Sekarang Baek Suzy menatap Kim Bum dengan berlinang air mata. Seluruh bekas-bekas kemarahan telah lenyap dari matanya. Berganti dengan kesedihan dan ketakutan. "Ibu masih bisa sembuh, kan. Paman?"

"Mintalah agar Ibu mau dioperasi, Baek Suzy," sahut Kim Bum lunak. "Dan bersikaplah lebih manis. Lebih penuh pengertian. Supaya kalian bisa menghadapi hari-hari yang sulit ini bersama-sama Dan..."

"Dan apa, Paman?"

Kim Bum menghela napas berat. Dia seperti enggan mengatakannya.

"Kau tidak terlalu menyesal seandainya operasi ita gagal...."

"Aku harus minta maaf pada Ibu!"

“Tidak penting, Baek Suzy. Yang penting, jangan sakiti lagi hatinya."

Tanpa dapat ditahan lagi, Baek Suzy menghambur keluar. Mencari ibunya. Kim Bum mengikuti dari belakang. Tetapi di anak tangga yang paling bawah, mereka sama-sama tertegun.

Park Ji Yeon tegak di ambang pintu. Di belakangnya, bersiaga dua orang polisi. Ketika melihat mereka, Kim So Eun menghambur dari meja makan. Merangkul Kim Bum sambil menangis.

* * *

Kim Bum ditahan dalam kasus tabrak lari. Sementara rumah yang ditinggalkannya, belum luput dari gejolak. Baek Suzy menampar Park Ji Yeon dengan gemas setelah Kim Bum dibawa pergi.

"Kau yang melaporkannya, kan?" desisnya marah. "Kau mencuri dengar pembicaraan Ibu tadi malam! Kau lapor polisi ada buronan tabrak lari di rumah ini?"

"Aku tidak sudi punya ayah seperti ini!" bentak Park Ji Yeon sengit. "Kau juga tidak, kan? Kau tidak rela pacarmu jadi ayahmu! Jadi, kenapa harus pura-pura?"

"Kau keliru!" teriak Baek Suzy separuh menangis. "Ibu tidak akan menikah dengan siapa pun! Ibu sakit! Kanker!"

Park Ji Yeon tersentak kaget. Saat itu Baek Suzy melihat ibunya. Dia berlari memeluk Kim So Eun sambil menangis.

"Ampuni aku, Bu!" tangis Baek Suzy getir. "Aku tidak tahu! Aku selalu membuat Ibu sedih!"

Kim So Eun mendekapkan kepala putrinya erat-erat di dadanya. Diletakkannya dagunya di atas rambut Baek Suzy. Dan air mata berlinang-linang di matanya.

Jadi Baek Suzy juga mencintai Kim Bum! Itu sebabnya. dia memusuhi ibunya!

Lalu matanya beradu dengan mata Park Ji Yeon. Dia masih tegak terpaku di tempatnya. Tetapi di matanya Kim So Eun melihat sesuatu yang lain. Dan tiba-tiba saja dia sadar.

Park Ji Yeon melakukannya bukan hanya karena dia tidak mau punya ayah lagi. Ada alasan lain.

Park Ji Yeon tidak rela Kim Bum menjadi ayahnya, karena dia juga sudah jatuh hati pada pemuda itu! Laki-laki pertama yang membuatnya merasa menjadi seorang wanita...

Ketika melihat cara ibunya menatapnya, Park Ji Yeon merasa, Ibu sudah tahu perasaannya. Dan untuk pertama kalinya, air mata menggenangi matanya.

Bersambung…


Chapter 10 ... Chapter 11
Chapter 9 ... Chapter 12
Chapter 8 ... Chapter 13
Chapter 7
Chapter 6
Chapter 5
Chapter 4
Chapter 3
Chapter 2
Chapter 1
Prolog

1 komentar:

  1. whoaaaaaa JElas laH anak gadis nya pada Sukak...ckckckckck..FF ini penuH diLema..hebaaad..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...