Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 16 Juli 2011

Lelaki Pilihan (Chapter 8-Tamat)



Kim So Eun tersenyum, lalu melanjutkan, “Kau tahu, aku pernah jadi pembantu, pengasuh anak, penjaga tempat biliar, tukang cuci piring di restoran. Pokoknya, jadi apa saja yang ada uangnya. Aku tak ingat, apa lagi yang pernah kukerjakan. Karena, waktuku ketika itu kuhabiskan untuk bekerja dan kuliah. Tak ada waktu untuk bersenang-senang, tak ada waktu untuk bermain. Bahkan, aku tak ingat apakah aku pernah tertawa lagi saat itu. Aku nyaris tak punya teman. Ini bukan sesuatu yang membanggakan untuk diceritakan. Bayangkan, berapa banyak orang yang mau anaknya diasuh orang asing, juga kesalahan-kesalahan yang kau buat akibat perbedaan budaya dan kesenjangan teknologi, belum lagi kemarahan dan makian yang harus kutanggung sendiri. Tak bisa dibagi karena kau tak punya siapa-siapa.

“Di sini orang tuaku tak pernah tahu apa yang kulakukan di sana. Mereka hanya berpikir bahwa aku belajar dan sedikit-sedikit bekerja untuk menambah uang saku. Aku tinggal di apartemen kecil yang jorok, nyaris kosong. Hanya ada koper, buku-buku, tempat tidur, dan kompor untuk memasak. Untungnya, aku tak perlu berlama-lama di tempat sumpek itu, karena hampir seluruh waktuku kuhabiskan di luar.”

Kim So Eun menerawang semakin jauh ke masa lalunya. Dia seperti bisa melihat seorang gadis dengan rambut dikucir kuda, celana jeans lusuh, T-shirt, dan kemeja kotak-kotak yang warnanya sudah pudar, berlari mengejar bus atau berdesakan di kereta bawah tanah.

Kim Bum hanya diam, memandang ke layar televisi yang sudah dimatikan.

“Kota itu seperti tertawa dan menungguku untuk jatuh. Yah, aku hanya sebagian kecil dari mereka yang terseok-seok berjalan ke arah impian mereka di kota itu. Yang membuatku tetap bertahan hanyalah rasa malu akan dihina orang jika aku pulang tanpa hasil. Sampai suatu hari aku sakit. Aku berusaha bertahan terus untuk kuliah sambil bekerja. Malam itu, sepulang kerja, aku yang sedang sangat pusing, berjalan tanpa sadar. Seharusnya sampai di rumah dalam beberapa menit, tapi malah berputar-putar dan tersesat. Kulihat, jalan-jalan gelap dan kotor, juga beberapa PSK yang melenggang, mungkin menuju tempat mereka biasa mangkal. Beberapa orang bergerombol, seperti sedang bertransaksi ganja. Tempat itu menyeramkan, bahkan di siang hari aku tak pernah bermimpi berada di sana. Aku tidak ingat bagaimana ceritanya, tapi kemudian aku berlari, berlari dari kejaran beberapa lelaki yang tak kukenal. Aku pun tidak tahu mengapa mereka mengejarku. Sekeliling tampak gelap dan aku hanya tahu bahwa aku harus berlari sekuat tenaga, karena di belakangku tangan-tangan kematian tengah mengejar. Tenagaku mulai berkurang, sampai akhirnya semua menjadi benar-benar gelap dan aku terjatuh.”

Kim So Eun merasa tubuhnya menggigil, tenggorokannya gatal, dan matanya pedas. “Sungguh sebuah pengalaman yang sampai sekarang pun masih menjadi mimpi buruk.”

Kim Bum menunduk, menatap lantai kosong.

Kim So Eun tersenyum pahit. “Mungkin, harus seperti itu dululah ceritanya, baru hidupku bisa berubah. Karena, hari itu aku menyadari benar bahwa di balik awan mendung selalu ada sinar. Saat itu aku pertama kali berjumpa dengan Emma Watson. Dia yang menemukan aku pingsan di jalan dan menolongku. Badanku sakit, hatiku sakit, dan kupikir semuanya sudah hancur. Orang-orang itu telah mengambil hal yang paling berharga dalam hidupku. Namun, berkat Emma Watson, aku dapat menyusuri jalan yang lebih baik dan sedikit demi sedikit mulai melupakan kejadian mengerikan itu. Aku tidak mengerti, mengapa dia mau menolong dan peduli padaku. Yang kumengerti, Emma Watson adalah bidadari cantik yang berhati emas.”

Kim So Eun mengambil napas lagi. Dia sudah bicara terlalu panjang dan terbuka, dan sekarang ia merasa lelah. “Jadi, kumohon, kau mengerti. Aku orang yang terjatuh, tidak suci, yang tidak bisa kau pilih sebagai istri. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”

Lama mereka terdiam dalam pikiran masing-masing.

Lalu, Kim Bum berkata mantap. “Baik, aku mengerti. Tapi, jika aku tidak peduli pada masa lalumu, apakah kau mau mempertimbangkannya?”

Kim So Eun memandang Kim Bum dengan heran, lalu menjawab, “Maaf, jawabannya tetap sama. Cobalah pahami, hidupku ada di sana dan tak bisa kulepas semua yang telah diraih dengan banyak pengorbanan.”

“Itu berarti, alasan sesungguhnya adalah kau tak cukup mencintaiku atau tak pernah mencintaiku. Dulu aku juga tak mengerti tentang ini, tapi aku sekarang sangat paham, hanya sesuatu atau seseorang yang kita cintailah yang bisa membuat kita mengambil keputusan.”

“Itu benar sekali,” balas Kim So Eun, “dan, kau harus tahu alasan lainnya, yaitu aku juga menyukai Emma Watson dan ingin tetap berada di sisinya.”

Kim Bum menoleh terkejut.

“Kau tahu cerita Kim So Eun si Boneka? Apa kau sudah membacanya? Kim So Eun sebuah boneka yang dibuat oleh Cha Bong Gun, yang selalu duduk di depan jendela lantai atas, membuat Lee Young Jae yang sudah bertunangan dengan Han Ji Eun, jatuh cinta kepadanya. Kukira, aku lebih suka tokoh Pinokio atau Barbie, yang dicintai banyak orang. Tapi, Kim So Eun si Boneka sangat malang. Dia merebut cinta orang, meski dia cuma boneka yang tak mengerti apa-apa. Kadang-kadang, aku berpikir, seandainya Kim So Eun si Boneka diberi kehidupan, apa dia juga akan jatuh cinta pada Lee Young Jae yang tampan. Mungkin tidak, mungkin dia lebih memilih Han Ji Eun yang baik dan berani. Han Ji Eun, meski kesal karena cintanya direbut orang, tetap berusaha berteman dengan Kim So Eun, sebelum dia sadar bahwa Kim So Eun hanya boneka. Atau, Kim So Eun lebih memilih Cha Bong Gun, karena dia berutang kehidupan darinya. Emma Watson sudah membuka jalan kedua untukku. Membawa kegembiraan yang telah lama hilang. Membagi semuanya denganku. Dia seperti pahlawan dan aku memujanya. Aku tak bisa memandang yang lain karena mataku hanya terarah padanya.”

“Apa dia tahu perasaanmu? Apa kau mengatakannya?” Kim Bum bertanya dengan heran.

“Tidak, tak pernah sekali pun. Buat apa? Karena, aku tahu, jika kukatakan, aku akan kehilangan dirinya,” Kim So Eun tersenyum getir. “Jadi, kau tahu sekarang bahwa hidupku sangat kompleks.”

“Kalau begitu, kau tidak betul-betul mencintainya karena cinta membutuhkan pengakuan. Itu juga membuktikan kau tidak menyukai sesama jenis. Perasaanmu terhadapnya lebih seperti sister complex. Perasaan sangat memuja seorang adik kepada kakak yang menjadi pahlawan baginya,” kata Kim Bum, dengan tegas.

Kim So Eun menoleh karena terkejut dengan analisis Kim Bum. Matanya terbeliak lebar ketika Kim Bum mendekatinya.

“Kau mau apa?”

“Akan kubuktikan perkiraanku,” jawab Kim Bum.

Dan, ketika tangan Kim Bum meraih tangannya, jantung Kim So Eun berdetak keras. Ketika pria itu memeluk dan mencium bibirnya, Kim So Eun merasa sesak. Ada yang menusuk-nusuk hatinya.

“Maaf,” bisik Kim Bum.

Air mata mengalir di pipi Kim So Eun. Dia tak pernah dicium dan ciuman Kim Bum seperti membawanya ke sebuah dunia lain.

“Maaf, maafkan aku. Tolong, jangan menangis.” Kim Bum menggenggam tangan Kim So Eun erat-erat. “Aku hanya ingin memastikan, apa yang akan kulakukan nanti tidak akan sia-sia.”

Kim So Eun mendongak dengan mata yang berlinangan. “Apa? Apa yang akan kaulakukan nanti?”

Lalu, Kim Bum berkata sungguh-sungguh, “Aku akan mengejarmu. Ke mana pun kau pergi, aku akan berlari mengejarmu. Selama ini aku selalu berusaha keras mendapatkan apa yang kuimpikan dan sekarang impianku adalah bersamamu. Aku tidak peduli pada masa lalu atau kesucian. Jadi, izinkan aku mengejarmu. Beri aku kesempatan sampai kau mengatakan ya atau sampai aku merasa lelah dan tak mampu lagi berlari.” Tangan itu terlepas, Kim Bum menghapus air mata Kim So Eun.

* * *

“Eonni, kenapa bagasiku jadi begitu banyak?” keluh Kim So Eun pada Yoon Eun Hye. “Untung Ibu mau membayari kelebihannya. Jika tidak, aku terpaksa pulang dengan membawa banyak hutang.”

“Jangan tanya aku. Tanya Ibu, apa saja yang dikemaskannya untukmu. Bahkan, kau dapat Gochujang*) jatah setahun,” kata kakaknya, tertawa.

*) Gochujang > pasta cabe korea yang terbuat dari beras ketan & bubuk cabe yang difermentasi.

“Apa?” Kim So Eun kaget. “Buat apa Gochujang sebanyak itu? Aku kan tak sempat memasak. Di sana aku hanya sarapan dengan roti.”

“Bukan hanya itu, kau juga dapat Kimchi*) jatah berbulan-bulan.”

*) Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah.

Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi putih dan lobak. Di zaman dulu, kimchi diucapkan sebagai chim-chae (Hangul: 침채; Hanja: 沈菜) yang berarti "sayuran yang direndam."

Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum. Kimchi juga digunakan sebagai bumbu sewaktu memasak sup kimchi (kimchi jjigae), nasi goreng kimchi (kimchi bokkeumbap), dan berbagai masakan lain.

Kakak laki-lakinya – Kim Hyun Joong tertawa semakin seru, sampai Ibu berkata, ”Berhenti mengganggu adikmu.”

Pengumuman memberitahukan bahwa pesawat Kim So Eun akan segera berangkat. Kim So Eun memeluk Ibu dan mencium pipinya.

“Kabari Ibu begitu kau sampai di sana. Jaga kesehatan, jangan kerja terlalu berat,” Ibu memeluk Kim So Eun lama, seolah enggan melepaskannya.

“Baik, Ibu. Ibu juga jaga kesehatan.”

Kim So Eun berpamitan pada kakak-kakaknya, juga Ayah, yang memeluknya sambil berpesan agar sering-sering menelepon ke rumah.

Kim So Eun melangkah mendekati Kim Bum, yang sedari tadi mengobrol dengan Ayah. Dia mengulurkan tangan dan menjabat tangan Kim Bum yang hangat. Memeluknya cukup lama dan mengecup bibirnya sekilas.

“Tunggulah aku,” kata Kim Bum, pelan.

Kim So Eun tersenyum dan mengangguk, lalu berbisik, “Ya, aku akan menunggumu. Jadi, datanglah.” Meski tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, Kim So Eun merasa pasti hidupnya akan lebih indah bila dilalui bersama Kim Bum.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

2 komentar:

  1. AQ agak sedikit Bingung ma critanya..eheheheheh..!!
    Tp sempad Sad waktu Bagian SoEun gak Virgin..secara di Barat..hahaha!!
    Tp Yg penting BumSso ttep nyatu..ITu sudah cukup bagiQ..wkwkwwk
    AUtHoR FiGhtiiiiiNg..\o/

    BalasHapus
  2. annyeong :) aku baru aja nemu blog ini. mannaseo bangapseubnida.
    wah.. bener bener keren :) so eun udh tak virgin kah? ._. mmh, tp akhirnya, dia mau sm kim bum. aa~ itu part yg buat aku seneng. keep fighting for your another ff, author :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...