Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 23 Oktober 2010

Embun Di Mata Yoon Eun Hye (FF)


Title : Embun Di Mata Eun Hye
Author : Sweety Qliquers
Genre : Friendship/Family
Episode : Prolog + 2 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : Sabtu, 12 Juni 2010 – 10.23 AM
Review :

Ketika itu Eun Hye merasa detak jantung ibunya tak berdetak lagi dan takmenghembuskan nafas. Seperti pisau yang menusuk di ulu hatinya yang membuat kedua matanya kembali mengembun. Embun di mata Eun Hye pun kian berguguran menorah hatinya yang semakin terluka…!

Cast :
Yoon Eun Hye
Song Hye Gyo
Gong Yoo
Kim Ja Ok
Choi Il Hwa

Yoon Eun Hye
(Hye Gyo's Friend)


Song Hye Gyo
(Eun Hye's Friend)


Gong Yoo
(Eun Hye’s Brother)


Kim Ja Ok
(Eun Hye’s Mother)


Choi Il Hwa
(Eun Hye’s Father)


Embun Di Mata Yoon Eun Hye
Created By Sweety Qliquers

Prolog
Part 1 “Kegalauan Hati Yoon Eun Hye”
Part 2 “Embun Di Mata Yoon Eun Hye” - TAMAT

Embun Di Mata Yoon Eun Hye (Part 2-Tamat)


Part 2
Embun Di Mata Yoon Eun Hye


Yoon Eun Hye kembali ke rumahnya,mengambil tas yang penuh dengan pakaian. kemudian keluar dari rumahnya menuju ke rumah sakit. Tak di sangka Song Hye Gyo mengikuti Yoon Eun Hye dari sekolah, rumah, hingga rumah sakit. Yoon Eun Hye pun memasuki salah satu ruangan yang ada di rumah sakit, didalam ruang itu terlihat seorang perempuan, yang dirawat oleh Yoon Eun Hye, tapi anehnya perempuan tua itu belum membuka matanya, terlihat seperti orang yang sedang koma.

Tersimpanlah pertanyaan di dalam hati Song Hye Gyo untuk ditanyakan kepada Yoon Eun Hye, saat Song Hye Gyo sedang melihat Yoon Eun Hye di dalam ruangan itu melalui jendela, tiba tiba ada seorang suster yang menabrak Song Hye Gyo.

“Praakkkk.” terdengar suara barang yang terjatuh.

“Maaf Nona…maaf,, saya tidak sengaja.” ungkap suster itu

“Owh,,, iyah,,, “ jawab Song Hye Gyo.

“Song Hye Gyo? Sedang apa kau di sini, kenapa kau bisa ada disini?” Tanya Yoon Eun Hye.

“Sudahlah Yoon Eun Hye, kau tak bisa menutupi itu semua dariku, sekarang bersediakah kau untuk pergi bersamaku? Aku mohon sebentar saja.”

“Kita mau kemana?”

“Aku ingin menunjukan sesuatu padamu.” seru Song Hye Gyo.

Yoon Eun Hye dan Song Hye Gyo pun pergi meninggalkan rumah sakit, mereka pergi ke sebuah danau, dimana danau itu terlihat sepi dan Song Hye Gyo sering mengunjungi danau itu ketika ia merasa sedih, kecewa dan marah. Akhirnya mereka saling berbicara di rumah pohon yang meghadap ke danau, disitu akhirnya Yoon Eun Hye pun mau menceritakan semua kejadiannya kepada Song Hye Gyo.

“Kau tahu? Di sini tempatku mencurahkan semuanya, kemarahan , kekecewaan dan kesedihan kucurahkan semuanya disini. Sekarang waktunya kau untuk mencurahkan perasamu di sini.” ungkap Song Hye Gyo.

“Sebenarnya, wanita yang kau lihat di rumah sakit itu adalah ibuku, dia koma mulai dari hari minggu kemarin, itu semua karena ayahku, dia meninggalkan kita semua begitu saja hanya untuk menikah dengan wanita lain. Sedangkan kakakku Gong Yoo telah menjadi liar, ia tertekan dengan semua kejadian itu. Aku tak dapat membujuknya untuk pulang ke rumah, itulah yang kualami saat ini Song Hye Gyo.” Yoon Eun Hye menceritakan semuanya pada Song Hye Gyo

“Jadi begitu ceritanya, aku tahu bagaimana agar ibumu bisa membuka mata lagi,”

“Bagaimana caranya?” Tanya Yoon Eun Hye.

“Bagaimana kalau kau meminta semuanya berkumpul di rumah sakit? Ayahmu dan kakakmu-Gong Yoo.” Song Hye Gyo mengusulkan kepada Yoon Eun Hye.

Song Hye Gyo pun menarik tangan Yoon Eun Hye dan turun dari rumah pohon itu,mereka mengunjungi rumah ayahnya dan meminta agar ayahnya dan istri barunya itu mau menjenguk ibunya di rumah sakit dan terakhir mereka berdua mencari Kak Gong Yoo-kakak Yoon Eun Hye. Mereka pun membujuk Kak Gong Yoo dengan berbagai cara agar ia mau menjenguk ibunya.

Yoon Eun Hye yakin jika semuanya berkumpul ibunya akan sadar dan akhirnya semua keluarga Yoon Eun Hye lengkap di rumah sakit untuk setia membangunkan ibunya dari koma. Ketika sampai di depan pintu, wajah Yoon Eun Hye tampak bersinar kembali setelah keluarganya kumpul ia pun segera mendekati ibunya.

“Ibu, coba lihat Bu, semua keluarga kita berkumpul disini, mereka ingin ibu segera membuka mata… aku mohon Bu.” ungkap Yoon Eun Hye.

Gong Yoo pun mendekati ibunya dan adiknya “Ibu bangun yah Bu… kita semua disini, apa ibu masih ingat,,? Waktu kita bermain bersama… aku, Yoon Eun Hye, ayah dan juga ibu, saat itu kita berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun ibu, waktu itu wajah Yoon Eun Hye kena kue.” Gong Yoo menceritakan semuanya sambil mengeluarkan air matanya.

“Ah kak Gong Yoo itu semua kan gara gara kakak juga.“ ungkap Yoon Eun Hye.

“Sudah kalian jangan ribut, ayah waktu itu juga di jatuhkan kekolam, huh mana airnya dingin.” ungkap ayah.

“Hhahahaah, iya aku ingat itu.” ucap Yoon Eun Hye.

Mereka terlihat kompak seperti dulu, mereka saling tertawa dan becanda, tapi seketika mereka terdiam melihat ibunya yang belum juga sadar. Kedua mata Yoon Eun Hye pun mulai berembun karena melihat ibunya yang belum juga bangun. Yoon Eun Hye terlihat hampir putus asa dengan usahanya, dia meminta permohonan kepada Tuhan agar ibunya dapat membuka matanya kembali. “Ya Tuhan tolonglah,,, hamba ingin melihat ibu membuka matanya.” air mata Yoon Eun Hye pun jatuh di pipi ibunya. Tangan ibunya pun mulai bergerak, matanya perlahan lahan terbuka dan memandangi wajah Yoon Eun Hye, semuanya pun bergegas mendekati ibu, Yoon Eun Hye pun mengusap air mata di pipinya.

“Yoon Eun Hye, Gong Yoo maaf kan ibu jika harus meninggalkan kalian, kalian berdua akan tetap menjadi anak ibu, usap air mata kalian. Ayo peluk ibu…” Yoon Eun Hye dan Gong Yoo pun memeluk ibunya hingga akhirnya ibunya menutup mata untuk terakhir kalinya di pelukan kedua anaknya.

Ketika itu Yoon Eun Hye merasa detak jantung ibunya tak berdetak lagi dan tak menghembuskan nafas. Seperti pisau yang menusuk di ulu hatinya yang membuat kedua matanya kembali mengembun. Embun di mata Yoon Eun Hye pun kian berguguran menorah hatinya yang semakin terluka…!


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Embun Di Mata Yoon Eun Hye (Part 1)


Part 1
Kegalauan Hati Yoon Eun Hye


Gadis itu melangkah dengan sangat lamban,wajahnya tampak pucat pasi, kantung matanya terlihat cekung dengan rambut yang di biarkan kering dan tegerai kusut,ia terus melangkah memasuki kelas,hanya terdiam dan tak menoleh,hanya menunduk berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang kian memucat.

“Yoon Eun Hye? Kau kenapa? kau sakit?” Song Hye Gyo teman sebangkunya ,mulai menyapa.

“Aku tidak apa apa.” Yoon Eun Hye berkata pelan sambil menundukan wajahnya.

“Tapi wajahmu pucat sekali hari ini.” sambil melihat wajah Yoon Eun Hye.

“Aku kan sudah bilang aku tidak apa apa, pergi kau dariku!!” ungkap Yoon Eun Hye dengan sedikit membentak.

“Aneh!!” pikir Song Hye Gyo. Dua minggu ini Yoon Eun Hye sangat pendiam,dan dia selalu menyendiri setiap berada di kelas, kadang ia juga bolos sekolah.

“Kalau kau punya masalah, kau tak perlu malu untuk menceritakannya padaku siapa tahu aku bisa membantu, aku siap mendengarkan semua ceritamu… “ Song Hye Gyo meyakinkannya.

“Jangan terlalu peduli padaku.” Dengan suara lemas Song Eun Hye menjawabnya.

“Kau itu teman sebangkuku, jelas saja aku peduli denganmu, guru slalu bertanya tentang dirimu, kenapa kau jarang masuk akhir-akhir ini?” ungkap Song Hye Gyo.

“Itu bukan urusanmu!” Yoon Eun Hye menunjukan sikap tak sukanya.

“Ayolah Yoon Eun Hye, aku tidak bisa melihat temanku sendiri terhanyut dengan masalah yang dia alami.” seru Song Hye Gyo.

“Kau tak mengerti dengan apa yang kurasakan.” Yoon Eun Hye berdiri dari duduknya lalu melangkah meninggalkan Song Hye Gyo di kelas.

“Yoon Eun Hye, kau mau kemana?” teriak Song Hye Gyo.

Yoon Eun Hye hanya diam, sambil melangkahkan kakinya, Song Hye Gyo pun mengejarnya. “Bagaimana jika pak’ guru bertanya tentangmu, apa yang harus aku katakan?”

Yoon Eun Hye menoleh, menatap wajah Song Hye Gyo dengan pandangan menusuk. “Kau hanya mengatakan apa yang bisa kau lihat sekarang…!”

“Aku tak tahu mengapa akhir akhir ini kau berubah.”

“Masalahku adalah masalahku bukan masalahmu, dan yang tahu masalahku hanya Tuhan dan aku, biarkan aku untuk menyendiri!” seru Yoon Eun Hye dengan suara lemas.

“Kalau itu yang kau mau aku tak dapat berbuat apa apa lagi”

“Terimakasih sudah mau mengerti aku.” tanpa rasa ragu sedikit pun Yoon Eun Hye melangkah ke luar kelas.

Bersambung…

Embun Di Mata Yoon Eun Hye (Prolog)


Prolog

Ceritakan padaku tentang pedihnya sebuah kehilangan
Yang terbang diatas awan senja merah saga
Dan menyisakan ngilu menikam didada
Dalam derap waktu yang bergegas
Agar segera kubaluri hatimu
Dengan sejuk bening embun
Dan tulus cintaku
Ceritakan padaku tentang perihnya sebuah pengorbanan
Yang membakar habis segenap asamu
Dan meninggalkan sepotong lara mengendap di dasar kalbu
Agar kubuatkan untukmu
Rumah diatas awan
tepat dipuncak larik pelangi
Yang kubangun dari setiap desir rindu dan
Khayalan merangkai impian bersamamu
Dari bilik hatiku, yang senantiasa percaya
Kebahagiaan kita adalah
keniscayaan tak terlerai
(Tentang Kehilangan, Tentang Pengorbanan_Sweety Qliquers)

Bersambung...

Naluri Perempuan (FF)


Title : Naluri Perempuan
Author : Sweety Qliquers
Genre : Family/Comedy
Episode : Prolog + 2 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : Jum’at, 11 Juni 2010 – 03.09 PM
Review :

Park Shin Hye melotot tanpa sepengetahuan Jang Geun Suk. Ia buru-buru menarik tangan Seo Shin Ae dan mengajaknya turun ke bawah. Ia menyambar tas plastik berisi pakaiannya yang ada di atas sofa. Di dalam kamar Seo Shin Ae, Park Shin Hye segera merangkapi celana pendeknya dengan celana panjang. Park Shin Hye berdiri di depan cermin dengan penuh rasa sesal. Pertama kali bertemu dengan pemuda supertampan itu ia berpenampilan seperti gelandangan!

Cast :
Park Shin Hye
Jang Geun Suk
Seo Shin Ae
Kim Hee Ae
Lee Mi Sook
Kim Gab Soo

Park Shin Hye
(Gab Soo Family’s Neighbor)


Jang Geun Suk
(Shin Ae’s Brother)


Seo Shin Ae
(Geun Suk’s Sister)


Kim Hee Ae
(Shin Hye’s Mother)


Lee Mi Sook
(Shin Ae’s & Geun Suk’s Mother)


Kim Gab Soo
(Shin Ae’s & Geun Suk’s Father)


Naluri Perempuan
Created By Sweety Qliquers

Prolog
Part 1 “Baby Sitter Dadakan”
Part 2 “Kacau” - TAMAT

Naluri Perempuan (Part 2-Tamat)


Part 2
Kacau!!!


Sore menjelang gelap, Park Shin Hye dan Seo Shin Ae masih asyik di kamar besar yang serba lengkap dengan fasilitas itu. Kasur busa telah berpindah ke lantai, boneka-boneka besar segera berterbangan mencari sasaran.

Ini pekerjaan yang menyenangkan, batin Park Shin Hye. Seo Shin Ae sangat mudah untuk ditaklukkan. Jangankan cuma dua hari, setahun bersama Seo Shin Ae pun Park Shin Hye sanggup.

Park Shin Hye mengejar Seo Shin Ae, mengincar kepalanya dengan boneka ulat bulu raksasa.

“Aduh, ramai sekali kalau dua anak kecil sedang bercengkerama …”

WHUUUUAAAA ….!!!

Park Shin Hye menjerit keras. Ia kaget bukan kepalang karena tiba-tiba seseorang telah berdiri di ambang pintu.

“Kak Jang Geun Suk!!!!” Seo Shin Ae melepaskan bonekanya dan melompat ke dalam gendongan pemuda itu.

“Oo… my God! Jadi inikah manusia bernama Jang Geun Suk itu?” Batin Park Shin Hye segera paham.

“Hai! Pasti kau… Park Shin Hye yang terkenal itu. Ibu sudah sering sekali bercerita tentang dirimu.” Pemuda superganteng itu mengulurkan tangannya.

“Dan kau pasti Jang Geun Suk, si sulung yang …” Park Shin Hye meneruskan dalam hati, “Tampan, kuliah desain interior di Shinhwa University di Busan dan nyaris tidak pernah pulang.”

Park Shin Hye gemetaran ketika bersalaman. Satu hal yang di luar dugaannya adalah, Jang Geun Suk tak hanya tampan, tapi benar-benar luar biasa tampan. Park Shin Hye sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hari ini Jang Geun Suk akan pulang ke rumah.

Ini anugerah atau musibah?

Park Shin Hye ingin saat itu juga memiliki keajaiban bisa menghilang. Tak terbayangkan betapa malunya tampil di depan pemuda supertampan itu dalam keadaan superkusut, dengan kaus kedodoran dan celana superpendek yang warnanya sudah tak karuan lagi. Satu hal yang bisa dilakukannya adalah menyambar bed cover dan melilitkannya di pinggang untuk menyembunyikan celana pendek ajaibnya.

“Papa dan Mama pergi ke Gwangju, kak Park Shin Hye menemaniku menjaga rumah.” Seo Shin Ae menyelamatkan situasi dengan penjelasannya yang polos. Jang Geun Suk masih melongo.

“Sampai kapan?”

“Minggu malam baru pulang,” jawab Park Shin Hye.

“Ah, jadi percuma aku pulang! Padahal Minggu sore aku sudah harus kembali ke Busan.”

“Tapi…” Park Shin Hye kembali salah tingkah. “Kebetulan juga, karena kau bisa menemani Seo Shin Ae yang sendirian.”

“Dan kau?”

“Pulang,” lirih Park Shin Hye. “Oh, melayanglah sekian ratus ribu itu.”

“JANGAN PULANG!!!!”

Seo Shin Ae melompat-lompat kesal di atas kasur yang tergolek di lantai.

“Kak Park Shin Hye tidak boleh pulang! Kan janjinya mau nonton kartun sampai after midnight!”

“Tapi… bukankah sekarang sudah ada kakakmu? Kau sudah tidak sendirian lagi.”

Jang Geun Suk terbatuk. Batuk yang dibuat-buat. “Ya, kau jangan pulang. Tugasmu harus kau selesaikan karena malam ini aku punya rencana sendiri. Ada acara reuni SMA, dan untuk urusan itulah aku pulang. Mana mungkin aku datang bersama Seo Shin Ae.”

Park Shin Hye tak yakin apakah pernyataan itu menguntungkannya atau justru sebaliknya.

Jang Geun Suk menengok arlojinya. “Sekarang aku mau mandi dan mungkin harus tidur sebentar supaya fresh. Tapi… uh? SEO SHIN AE!!! TURUN DARI KASURKU!!!”

Brrrr! Park Shin Hye gemetaran lagi. Baru sekarang ia sadari mereka berdua telah memporak-porandakan kamar. Dan kamar itu adalah kamarnya Jang Geun Suk.

“Sebaiknya kita pindah ke kamarmu sendiri, Seo Shin Ae.” Park Shin Hye menarik tangan Seo Shin Ae dan mengajaknya keluar kamar. Ia menatap sebentar ke arah Jang Geun Suk. “Nanti akan aku bereskan kamar ini seperti semula. Maaf kalau membuatmu jadi kesal. Mandilah dan selesai mandi, kamarmu siap kau tempati lagi.”

Jang Geun Suk tersenyum lebar. Tulus. “Ya, kalian yang harus bertanggungjawab atas kamar ini.” Jang Geun Suk meraih selembar poster yang terlepas dan tergolek di lantai. “Oh ya! Park Shin Hye…? Kau bisa masak sesuatu untukku? Sepanjang perjalanan aku menahan lapar. Harus ada yang masuk ke perutku, ini! Biasanya Mama selalu menyiapkan banyak bahan makanan di kulkas. Apa sajalah. Sup ayam, boleh juga. Favoritku buatan Mama. Selalu sup ayam yang kurindukan di rumah ini. Mudah-mudahan kau bisa memasak sepintar Mama.”

Park Shin Hye melotot tanpa sepengetahuan Jang Geun Suk. Ia buru-buru menarik tangan Seo Shin Ae dan mengajaknya turun ke bawah. Ia menyambar tas plastik berisi pakaiannya yang ada di atas sofa. Di dalam kamar Seo Shin Ae, Park Shin Hye segera merangkapi celana pendeknya dengan celana panjang. Park Shin Hye berdiri di depan cermin dengan penuh rasa sesal. Pertama kali bertemu dengan pemuda supertampan itu ia berpenampilan seperti gelandangan!

“Kakakmu itu …”

“Tampan, ya?” Seo Shin Ae menukas dengan senyum genit. “Setahuku Kak Jang Geun Suk belum punya pacar!”

“Bukan begitu, adik kecil! Maksudku, untunglah ia tidak marah karena kamarnya sudah kita rusak seperti itu.”

“Dia anak yang baik, kakak yang very-very nice.”

“Dan apa jadinya, jika dua hari aku tinggal serumah dengan si very-very nice itu? Oh my God! Help me please...” Batin Park Shin Hye.

“Park Shin Hye...?” Kepala tampan itu mendadak menyembul dari balik pintu. “Aku sudah lihat isi kulkas. Kau bisa membuat sambal tomat? Yang pedas, yang pas untuk menemani sup ayam kita?”

“Iiiiy... iya... iya... beres. Mandilah dulu!”

SAMBAL TOMAT ???!!!

SUP AYAM ???!!!

Ketika sayup-sayup terdengar suara nyanyian Jang Geuk Suk dari dalam kamar mandi, Park Shin Hye segera menghambur ke pesawat telepon. Siapa lagi kalau bukan Ny. Kim Hee Ae-ibunya yang menjadi tumpuan harapannya.

“IBU...!!!”

“Ada apa?” Dari seberang sana Ny. Kim Hee Ae terdengar agak cemas.

“Bu, aku sudah siap membawa pulpen dan catatan. Tolong, diktekan resep untuk membuat sup ayam dan sambal tomat! Aku siap mencatat...”

“Loh? Apa susahnya sup ayam dan sambal tomat? Semua orang bisa memasak itu, Park Shin Hye...!”

“IBU... !!!” Park Shin Hye menjerit lagi, makin kesal. “DIKTEKAN RESEPNYA SEKARANG JUGA!!!”

Lebih dari lima menit, Park Shin Hye mendengarkan dan mencatat setiap omongan Ibunya. Keringat bercucuran di pelipisnya.

“Hanya seperti itu? Sudah semua?”

“Ya hanya seperti itu. Memasak bukan pekerjaan yang sulit. Kau saja yang tidak pernah mau masuk dapur dan menganggap bahwa di jaman sekarang bisa memasak bukanlah kewajiban seorang perempuan lagi.”

Park Shin Hye tak ingin berdebat. Waktunya tak cukup untuk itu. Ia sudah hampir beranjak membuka kulkas ketika tiba-tiba teringat sesuatu. Ia berbalik dan buru-buru memijit tombol redial di telepon.

“IBU ...?!!!”

“Apa lagi? Kau kemasukan setan penunggu rumahnya Tn. Kim Gab Soo, ya?” Suara Ny. Kim Hee Aw terdengar kesal.

“Ibu, bagaimana caranya memasang bed cover?”

Beberapa detik berlalu tanpa jawaban. Park Shin Hye makin keringatan.


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Naluri Perempuan (Part 1)


Part 1
Baby Sitter Dadakan


Park Shin Hye berkemas dengan cepat. Beberapa lembar pakaian dijejalkannya ke dalam tas plastik secara sembarangan. Di luar kamar, Ny. Kim Hee Ae-Ibunya ternyata sudah mencegatnya.

“Kau mau pergi dengan meninggalkan kapal pecah seperti itu?”

Park Shin Hye berpaling dengan sebal, memandang sekilas celana pendek dan handuk yang tergolek di atas kasur. Buku-buku masih berserakan di lantai, bersaing dengan kotak DVD dan kertas tisu yang tercerai-berai.

“Bagaimana mungkin kau bisa mengurus seorang bocah jika mengurus diri sendiri saja tidak becus? Ampun, Park Shin Hye, kau ini sudah besar. Harusnya mulai belajar banyak untuk menjadi perempuan sejati. Perempuan yang bisa mengurus diri sendiri, mengurus rumah....”

“Perempuan sejati... ?” gumam Park Shin Hye.

Dengan bersungut Park Shin Hye mengemasi barang-barang yang berserakan itu dan menumpuk asal-asalan di sudut kamar. Ny. Kim Hee Ae mengawasinya sambil menggeleng-gelengkan kepala putus asa. Tak urung nanti dia sendiri yang akan membereskannya.

“Ibu pasti senang, karena dua hari ini seisi rumah akan rapi tanpa aku.” Park Shin Hye bersungut. “Atau justru kehilangan? Rindu? Hmmm, tidak usah telpon-telpon, ya!”

Ny. Kim Hee Ae menyembunyikan senyumnya. Ya, rumah akan terasa sepi tanpa Park Shin Hye. Dua hari ini Park Shin Hye akan tinggal di rumah keluarga Kim Gab Soo. Tn.Kim Gab Soo, teman Ayah Park Shin Hye itu, meminta tolong Park Shin Hye untuk kesekian kalinya menjadi penjaga rumah. Bedanya kali ini, di rumah ada Seo Shin Ae. Tn. Kim Gab Soo dan Ny. Lee Mi Sook-istrinya akan pergi selama akhir pekan keluar kota, untuk urusan keluarga yang katanya sangat penting. Seo Shin Ae yang berusia tujuh tahun terpaksa tidak bisa ikut karena baru saja sembuh dari sakit.

“Kau bisa menjaga Seo Shin Ae selama dua hari saja, kan?” tanya Ny. Lee Mi Sook tempo hari.

Park Shin Hye terpaksa bilang iya, meski ia juga mengeluh dalam hati. Ia tahu persis siapa Seo Shin Ae. Memang tidak terlalu nakal, tapi bisa jadi akan sangat merepotkannya. Tapi Park Shin Hye tidak ingin menolaknya. Beberapa kali ia menjadi tenaga sukarela di rumah keluarga Kim Gab Soo, ia tak pulang dengan tangan hampa. Hanya pindah tidur dua hari saja, pulangnya saku Park Shin Hye dijejali dengan beberapa lembar uang ratusan ribu. Sangat lumayan untuk bersombong diri mentraktir teman.

Ketika Park Shin Hye tiba di rumah itu, Tn. Kim Gab Soo dan Ny. Lee Mi Sook sudah bersiap diri, bahkan mesin mobil sudah dihidupkan di halaman rumah. Seo Shin Ae nampak masih lemas, duduk di teras rumah mengawasi kesibukan kedua orangtuanya. Ia terlihat gembira ketika Park Shin Hye menghampirinya.

“Just you and me, Seo Shin Ae!” sapa Park Shin Hye.

Seo Shin Ae yang sejak kecil belajar berbahasa Inggris itu tersenyum lega.

“Can you play with me all night long?” bibir kecil itu berceloteh ringan, tak takut salah.

“Ups!” Park Shin Hye memberi isyarat dengan telunjuknya. “Sssst, jangan sampai mereka tahu…,” bisik Park Shin Hye sambil mengerling ke arah Ny. Lee Mi Sook.

Seo Shin Ae tertawa senang.

Keduanya mengantar kepergian Tn. Kim Gab Soo dan Ny. Lee Mi Sook.

Sesaat kemudian Park Shin Hye menggandeng Seo Shin Ae dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

“Well? Kau mau apa dulu? Makan, berenang atau…?”

“Kata Mama, kita tidak boleh keluar rumah. Lagipula…”

“Oh ya, anak baik. Kau harus beristirahat sebanyak mungkin. Jadi, bagaimana kalau kita menghabiskan sore dan malam ini untuk nonton film kartun?”

Seo Shin Ae melonjak gembira ketika Park Shin Hye memperlihatkan tujuh keping DVD yang dibawanya.

Bersambung…

Naluri Perempuan (Prolog)


Prolog



Download
Sherina Munaf - Geregetan.mp3

*
Ku lihat lagi.. Wajahnya
Ku lirik lagi.. Dia
S’makin ku pandang.. Wajahnya
S’makin rupawan.

**
Matanya.. Memancarkan cinta
Senyumnya.. Manja nan menggoda
Gayanya.. Wajar mempesona
Siapa dia.. Hey.. Hey..
Reff :
Geregetan.. Jadinya geregetan
Apa yang harus ku lakukan
Geregetan.. Duh aku geregetan
Mungkinkah aku jatuh cinta
Ku coba.. Ku sapa dirinya
Ku tanya.. Siapa namanya ( Hey sayang..)
Ku dengar.. Desah suaranya
Oh lengkaplah sudah

Back to Reff
Back to *, **, Reff

Geregetan.. Duh aku geregetan
Mungkinkah aku jatuh cinta
(Sherina_Geregetan)

Duniaku (FF)


Title : Duniaku
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Real Life
Episode : 3 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : Sabtu, 12 Juni 2010 – 11.22 AM
Review :

Di dalam nama itu sosok wanita tersembul bagai perempuan sempurna yang selalu menebar pesona, mencari mangsa dalam remangnya Seoul. Di dalam nama itu aku berusaha menjelma menjadi perempuan jelita yang berhak memperoleh cinta. Di dalam itu pula terletak alasan mengapa aku menolak pinangan beberapa lelaki yang mabuk kepayang padaku. Di dalam nama itu kini bersemayam penyakit HIV yang kuperoleh dari beragam lelaki yang mengencaniku. Di dalam nama itu aku telah berbuat banyak kesalahan. Di dalam nama itu pula kelak aku dimakamkan.

Cast :
Lee Hyori
Hyun BIn

Lee Hyori


Hyun Bin


Duniaku
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Sebuah Cinta”
Part 2 “Duniaku”
Part 3 “Itulah Aku” - TAMAT

Duniaku (Part 3-Tamat)


Part 3
Itulah Aku


Itulah aku. Di balik jeruji besi ini kuterima takdirku dengan diam. Aku tak mau membela atau dibela. Aku tetaplah aku, manusia yang terus meradang, yang penuh dosa, yang selalu menangis dan memohon perlindungan pada siapa saja yang mau sejenak diam tak mencela atau menertawakan, yang mau mendengarkan kisahku. Di dalam nama asliku, di sanalah bersemayam jiwa kewanitaanku, di dalam nama itu telah kukuburkan beberapa lelaki yang pernah menjadi kekasih-kekasihku. Maka sebelum nyawaku melayang menuju awan gemawan, terlebih dahulu kuperkenalkan jati diriku, namaku Lee Hyori… seorang wanita yang ingin dicinta dan mencintai dengan tulus!


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Duniaku (Part 2)


Part 2
Duniaku


Malam ini, aku kembali melanglang buana. Melenggang di antara remangnya Seoul. Kupamerkan lekuk indah moleknya tubuhku pada mobil-mobil mewah yang lewat. Aku tertawa, aku melirik genit menunggu lelaki hidung belang turun dari mobilnya dan membawaku pergi. Kucari mangsa baru dalam hiruk-pikuk dan pekatnya udara malam Seoul. Kubasuh dukaku untuk sejenak membaur dalam hingar-bingarnya euforia sesaat yang kini kurasa.

“Selamat malam, sayang. Siapa namamu?” tanya seorang lelaki dari balik kaca mobil mewahnya.

“Namaku Kang Hae Won.”

“Ayo masuk!”

Kubuka pintu mobil sedan mewah itu dengan elegan. Perjalanan panjang seperti yang sudah pernah kulakukan kembali kulalui.

“Benar namamu Kang Hae Won?” tanya lelaki itu.

“Tergantung!”

“Besok namamu apa?”

“Belum bisa kukatakan sekarang.”

Tangan lelaki itu mulai bergentayangan. Kutepis perlahan jemarinya yang kasar. Namun, semakin aku menolak, ia semakin beringas.

“Sudahlah, jangan sok suci. Kau sama seperti yang lainnya,” katanya sambil menarik bahuku kasar.

Aku diam, kubiarkan dia berbuat sesukanya. Malam jahanam seperti malam-malam yang telah berlalu kembali kujalani. Kini aku menjadi Kang Hae Won, esok entah aku akan menjadi siapa, aku tak tahu, karena aku belum merancangnya. Di kamarku yang kumuh, kubuka kembali diaryku. Kutulis dengan jelas apa yang kurasakan. Aku kembali menangis. Di sana, di balik kata-kata indah aku sadar, aku bukanlah aku.

Kujalani hari-hariku dengan beragam kejadian, dengan predikat baru yang mengukuhkan diriku menjadi seperti yang kuinginkan. Remangnya malam adalah kehidupanku. Saat seorang pria kaya bersedia memeliharaku dengan imbalan gaji bulanan, aku menerimanya dengan senang hati. Saat virus penyakit mematikan itu datang menghampiriku, aku kembali berteriak dan bertanya pada siapa saja yang mendengarkan, mengapa… mengapa ini menimpaku?

Hidupku terus bergulir mengikuti berlalunya waktu. Kadang aku ingin mengubah hidup ini, menjadi manusia normal, bekerja dengan aman di sebuah perusahaan yang biasa-biasa saja, menikah dan memiliki anak, memiliki cucu yang bisa kuajak berkeliling kota, namun semuanya hanya mengendap dalam keinginan sesaat. Aku kembali berhadapan dengan jeritan jiwa yang terus meletup-letup dan terus meradang mempertanyakan, mengapa… mengapa aku seperti ini?

Tuhan, aku berdiri menatap-Mu di antara linangan air mataku. Seandainya saja aku bisa meminta, aku ingin mengubah waktu, aku ingin dilahirkan seperti manusia pada umumnya. Itu adalah keinginanku yang terdalam. Tapi aku tetaplah aku, aku selalu meronta dan mempertanyakan ketidakadilan ini.

Kadang aku bernyanyi dari satu bis kota ke bisa kota yang lain. Kadang, aku terjerembab dalam pelukan lelaki ke lelaki lain. Meski hampa, semua kujalani dengan ikhlas. Aku tahu ini salah, tapi aku tetap manusia, manusia yang butuh cinta.

“Terimalah dirimu seperti kau apa adanya,” seolah cermin itu menjawab
kegundahanku.

“Harusnya bukan aku yang berada di dalam raga ini!” bentakku kesal.

“Kalau begitu, lakukanlah apa yang hendak kau lakukan!”

“Percuma. Aku telah melakukan semuanya. Tapi semua orang menganggapku hina!”

Aku yang berada di dalam cermin, menatap wajahku sendiri dengan bingung.

Kucoba untuk kembali ke wujud asal sebagaimana aku dilahirkan, gadis polos yang suci. Aku bertekad untuk memusnahkan semua kenangan masa kecilku. Di dalam nama itu aku telah menjalani hari-hari kelamku yang tak pernah berwarna putih cerah. Di dalam nama itu hidupku abu-abu.

Di dalam nama itu sosok wanita tersembul bagai perempuan sempurna yang selalu menebar pesona, mencari mangsa dalam remangnya Seoul. Di dalam nama itu aku berusaha menjelma menjadi perempuan jelita yang berhak memperoleh cinta. Di dalam itu pula terletak alasan mengapa aku menolak pinangan beberapa lelaki yang mabuk kepayang padaku. Di dalam nama itu kini bersemayam penyakit HIV yang kuperoleh dari beragam lelaki yang mengencaniku. Di dalam nama itu aku telah berbuat banyak kesalahan. Di dalam nama itu pula kelak aku dimakamkan.

Bersambung…

Duniaku (Part 1)


Part 1
Sebuah Cinta


Duniaku adalah bayang semu yang tercipta dalam wujud imajinasi dan harapan. Aku berharap ada sebait puisi indah muncul dari sesosok makhluk yang bisa mencintaiku tanpa menoleh ke belakang, tanpa meneliti dengan cermat segala hal dalam lekuk tubuhku, dalam benak akal sehatku, dalam hati dan perasaanku. Aku adalah aku, makhluk Tuhan yang patut dicintai dan mencintai. Aku tetaplah aku meski semua fatamorgana telah tercipta untukku. Aku akan selalu menghapus air mata yang mengambang lemah di kedua pipiku. Aku akan selalu berkata, oh derita ‘pergi‘ pergilah kau dari sisiku.

Itulah aku. Dan aku tetap seperti aku apa adanya. Aku menerima cibiran dan pandang sinis dengan senyum getir. Karena sesungguhnya aku adalah sosok yang terus berjalan dalam kegetiran itu sendiri. Aku menerima semuanya dengan pasrah, sepasrah wujudku yang dirongrong beragam virus ganas yang perlahan-lahan melemahkan seluruh sendi dan sel-sel di tubuhku. Aku sadar kematian berjalan perlahan mengikis hari-hari yang setia menemaniku. Aku sadar, aku mengutuk dan menyesali diriku, mengapa‘ mengapa semua ini menimpaku. Virus-virus itu kini entah telah menyebar ke mana, karena sebelum aku tahu dia bersemayam di tubuhku, aku telah mengencani banyak lelaki. Aku tahu dosaku terus menumpuk dan menumpuk. Akan tetapi‘ aku tak kuasa untuk merintanginya.

Dan ketika lelaki bernama Hyun Bin itu datang dengan cintanya yang tulus, aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak membuatnya menderita. Dia adalah lelaki terkasih yang membuatku berharga sebagai wanita, sebagai manusia, sebagai makhluk Tuhan yang ingin mencintai dan dicintai. ‘Hyun Bin’ mengenang nama itu, air mata membasahi pipiku. Dia datang dengan setumpuk cinta untukku.

“Aku tidak peduli siapa dirimu, Lee Hyori. Cinta telah menggiringku kepadamu,” katanya jujur sekaligus naif.

Aku meradang. Ingin kutolak semua keindahan yang telah ia berikan. Namun aku tak kuasa. Tatkala ia melamar dan memintaku untuk menemui orang tuanya, batinku menangis.

“Apa yang membuatmu yakin sehingga kau begitu ingin menjadikanku istrimu, Hyun Bin?” tanyaku.

“Kau cantik, kau mencintaiku, dan kau baik,” katanya tulus.

Aku terdiam. Kucari makna di balik kalimat pujiannya. Apakah lelaki ini bodoh? Pikirku. Matanya yang polos tidak menyiratkan beragam dusta, cibiran, atau jebakan. Aku mulai menyukai apa yang ada pada dirinya. Aku merasa menjadi manusia seutuhnya, manusia yang benar-benar manusiawi. Dia berbeda dengan puluhan laki-laki yang pernah kukencani.

“Aku sungguh mencintaimu, Lee Hyori. Kita akan hidup bahagia,” katanya meyakinkan.

Aku tertawa getir. Hyun Bin. Aku tidak berani berjanji. Aku hanya mampu menikmati saat-saat indah yang kauberikan, meski hanya untuk sesaat saja. Aku tahu kau meradang tatkala kutolak lamaranmu, kau berlalu bagai singa yang terluka. Kenyataan itu memang membuatku merintih pilu.

Di kamarku, aku merenungi takdirku. Kulihat diriku di depan kaca. Inikah aku? Dalam wajah cantikku tersembul sosok asing yang selalu kubenci. Aku selalu berusaha memusnahkan sosok tersebut dalam bentuk apapun. Namun, beratus bahkan beribu kali kulakukan, dia tetap kembali dan kembali lagi.

Aku adalah aku, wajahku cantik. Hidungku mancung. Bibirku seksi. Mataku indah, rambutku hitam, lebat dan panjang. Lekuk tubuhku sempurna. Sesempurna dewi malam yang turun dan masuk ke tiap mimpi para lelaki hidung belang. Semuanya indah, seindah sosok wanita yang bersemayam di jiwa dan imajinasiku. Aku adalah aku, aku tak pernah minta dilahirkan seperti adanya aku saat ini.

Bersambung…

Menantimu (FF)


Title : Menantimu
Author : Sweety Qliquers
Genre : Family, Romance, Tragic,
Episode : 4 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 22 Oktober 2010, 09.25 PM
Cast :
Hyun Bin
Yoon Eun Hye
Jung So Min
Kim Hyun Joong
Kim Ji Young
Kang Yi Suk

Hyun Bin
(Eun Hye's Husband)


Yoon Eun Hye
(Hyun Bin's Wife)


Jung So Min
(Eun Hye's Sister)


Kim Hyun Joong
(Suami Kedua Yoon Eun Hye)


Kim Ji Young
(Hyu Bin’s Mother)


Kang Yi Suk
(Hyun Bin’s Son)


Menantimu
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Dimana Aku??”
Part 2 “Koma???”
Part 3 “Cahaya”
Part 4 “Sebuah Kenyataan” - TAMAT

Menantimu (Part 4-Tamat)


Part 4
Sebuah Kenyataan


Segera kulepaskan tanganku dari tangan Yoon Eun Hye, tubuhkupun bergetar, shock! Dan ternyata itu membuat Yoon Eun Hye seperti menyadari kehadiranku. Matanya lembut menembus mataku, tepat! Meski mungkin dia tak benar-benar bisa melihatku.

“…agar kau bisa menemuiku, Hyun Bin, maafkan aku,” desisnya pelan, namun sangat jelas terdengar di telingaku.

***
Namun setidaknya aku kini bisa pergi dengan tenang, karena Yoon Eun Hye kini telah hidup bahagia, meskipun bukan bersamaku lagi. Terima kasih Tuhan, Kau telah mengabulkan doaku untuk Yoon Eun Hye, Kau telah memberikan yang terbaik untuknya, meski bukan yang terbaik untukku. Namun aku tetap merasa bahagia.

Tercatat waktu kematian Hyun Bin: Selasa, 6 Januari 2004 pukul 00.15
Dan waktu kelahiran: Selasa, 6 Januari 2009 pukul 00.15



TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Menantimu (Part 3)


Part 3
Cahaya…


Aku segera beranjak dari tempat tidurku, menyadari bahwa Yoon Eun Hye koma, dan itu artinya aku harus bergegas menemuinya. Lalu melangkah keluar dari kamarku, anehnya aku masih mengenali koridor menuju ke kamar tempat Yoon Eun HYe dirawat. Aku segera berlari ke sana, berharap melihat Yoon Eun Hye telah tersadar dari tidur panjangnya.

Sesampainya di depan kamar aku berhenti lalu masuk, namun masih saja beribu kecewa kurasakan, karena Yoon Eun Hye masih saja aku temukan terbaring lemah di sana. Lalu aku melangkah mendekatinya. Kusentuh keningnya lalu bibirnya, masih saja tak bergerak. Kuhembuskan nafasku panjang seraya menggenggam erat tangannya yang kurang lebih selama dua bulan membeku. Lalu tiba-tiba saja sepenggal ingatanku kembali lagi.

(flashback)
“Selamat, Pak, anak Anda laki-laki,,” kata seorang dokter sesaat setelah keluar dari ruang persalinan.

“Lalu bagaimana dengan istri saya, Dok?” tanyaku panik. Dokter itu diam, lalu menarik nafasnya panjang,

“Istri anda banyak mengeluarkan darah, dan sampai sekarang dia masih belum siuman, teruslah berdoa, Pak, hanya Tuhan yang bisa membantunya, sedangkan kami team dokter hanya bisa berusaha.”

Bagai petir menyambar kepala dan hatiku, hancur berkeping-keping.

***
Tanpa sadar airmatakupun meleleh untuk yang kesekian kalinya. Aku kecewa jelas kecewa karena Tuhan tak mendengarkan doa yang kupanjatkan untuk Yoon Eun Hye. Yang aku inginkan tidaklah banyak dan sulit, aku hanya ingin Tuhan memberikan yang terbaik untuknya, entah itu sadar ataupun pergi untuk selamanya, asalkan jangan membuatnya menderita seperti ini, terjebak di antara dua dunia. Aku tak rela Yoon Eun Hye harus merasakan semua ini!

Secepatnya kuhapus airmataku saat kulihat pintu kamar terbuka perlahan. Jung So Min, adik Yoon Eun Hye, bersama seorang pria tengah menggendong tangan seorang anak berusia sekitar lima tahunan masuk ke dalam. Lalu anak itu turun dari pelukan pria itu dan berlari mendekatiku. Hm, bukan, dia mendekati Yoon Eun Hye.

“Mama, bangun, Ma, ini Hyun Bin,” kata anak itu sambil menyebut namaku. Namaku? Bukan?!? Nama anak itu sama dengan namaku?!? Yoon Eun Hye membuka matanya perlahan lalu tersenyum. Demikian juga dengan pria itu,

“Maafkann aku ya, aku terlambat, jadi tidak bisa menemanimu melahirkan, tapi aku sudah melihat anak kita, dia cantik seperti dirimu,” katanya mengejutkanku.

“Aku yang harusnya minta maaf, Kim Hyun Joong, tidak menunggumu datang. Kau tidak keberatan kan? Aku ngotot untuk melahirkannya tepat di tanggal, hari, dan jam yang sama dengan waktu kematian Hyun Bin? Dan aku juga ngotot untuk ditempatkan di ruangan ini agar…” kata Yoon Eun Hye lalu menangis.

Pria itu mengelus rambut Yoon Eun Hye lalu berkata,

“Sudahlah, aku bisa memakluminya.”

(flashback)
Aku melihat traffic light berwarna merah lalu sorot lampu menyilaukan sebuah kendaraan besar muncul dari arah kanan, tampak begitu jelas di mataku, dan dengan begitu cepat mendekat!!!

Bersambung…

Menantimu (Part 2)


Part 2
Koma???


Aku kembali membuka mataku, masih silau namun aku berusaha untuk bisa menatap sekelilingku. Pertama yang kulihat hanya buram, namun lama-lama mulai nampak jelas. Aku berada di sebuah ruangan yang serba putih, dan beraroma obat-obatan, yah aku berada di kamar rumah sakit. Tapi kenapa aku berada di sini??? Sekali lagi aku mencoba mengembalikan ingatanku di peristiwa terakhir yang membawaku ke sini.

(flashback)
“Ma, aku berangkat dulu ke rumah sakit,” pamitku pada seorang wanita tengah baya. Hm, mamaku???

“Tapi ini sudah malam, Hyun Bin!”

“Aku juga tidak tahu kenapa, Ma, aku sangat merindukan Yoon Eun Hye, lagipula sudah dari dua hari yang lalu aku belum ke rumah sakit.”

“Tapi kau kan baru saja sampai dari luar kota?!? Apa kau tidak capek???” Aku menggelengkan kepalaku, buatku tak ada rasa capek untuk bertemu dengan istriku yang teramat aku cintai.

“Aku pergi dulu, Ma,” ucapku lalu kucium punggung jemari wanita yang telah melahirkanku itu.

“Iya, tapi hati-hati di jalan ya,” katanya. Aku mengangguk. Lalu aku pergi dengan mobil warna hitamku. Tak seberapa lama, aku mendengar bunyi ponselku. Bip… tit… dit… aku mengangkatnya.

“Kak Hyun Bin, ini Jung So Min, barusan saja Kak Yoon Eun Hye menggerakkan jarinya, cepatlah kemari, Kak.” Lalu aku pun segera melesatkan mobilku melebihi batas kecepatan normal. Aku ingin segera melihat Yoon Eun Hye bangun, aku tak sabar ingin melihatnya sadar, setelah sekian lama koma. Koma???

Bersambung…

Menantimu (Part 1)


Part 1
Dimana Aku???


Seberkas sinar menyilaukan menusuk pupil mataku, membuatku mengerjap perlahan. Tapi tunggu! Di mana saat ini aku berada?!? Lalu kubuka mataku, namun sinar putih itu menembusnya tajam hingga membuatku kembali memejamkannya. Saatku kembali terpejam, memoriku kuputar kembali ke beberapa waktu lalu, yang kuyakin dengan begitu aku akan tahu jawaban dari pertanyaanku, di mana aku saat ini.

(flashback)
Kulihat seorang gadis dengan senyumnya yang sangat manis bergelayut di lengan kananku, sepintas aku lupa siapa dia? Aku hanya merasa bahwa dia adalah seorang yang sangat dekat denganku. Dengan manja dia terus bergelayut seolah tak ingin lepas barang sedetik pun. Lalu gadis itu merapatkan bibirnya di telingaku lalu berbisik,

“Hyun Bin, kau tahu tidak kenapa aku jadi seperti ini?” Aku menggelengkan kepalaku.

“Karena saat ini aku bahagia, kau tahu kenapa?” Sekali lagi aku menggelengkan kepalaku.

“Aku hamil,” ungkap gadis itu dengan memamerkan ekspresi bahagianya.

Ya Tuhan, kini aku ingat siapa gadis itu, dia adalah Yoon Eun Hye, istriku yang sudah aku nikahi selama tiga tahun, istriku yang sangat aku cintai dan mencintai aku?!?

Bersambung…

Lagi-Lagi Uang (FF)


Title : Lagi-Lagi Uang
Author : Sweety Qliquers
Genre : Family, Love In Married
Episode : 5 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 20 July 2010, 04.16 PM
Review :

Bagi semua pengantin baru, apalagi pasangan muda, aku rasa honeymoon is a must. Sepertinya kalau bukan karena alasan yang mendesak misalnya jadwal kontrak kerja yang padat, tak sepasang pun pengantin baru ingin menunda atau bahkan melewatkan bulan madu mereka.

Aku dan Rain Bi, suamiku, pun merasa demikian. Walaupun tidak berbudget besar, kami tetap mengupayakan terlaksananya bulan madu kami ke Singapura. Segala persiapan mulai dari membuat paspor, memesan tiket dan penginapan, memilih obyek-obyek wisata yang akan dikunjungi, hingga menyusun koper kami lakoni dengan penuh semangat sebab begitu lewat hari H, kami langsung bertolak.

Cast :
Song Hye Gyo
Rain Bi

Song Hye Gyo (Rain Bi's Wife)
Setelah pertengkarannya dengan Rain Bi hanya karena masalah uang, yang menurut Rain Bi, Song Hye Gyo terlalu boros di saat bulan madu itu telah mengubah pola pikirnya.

Menurutnya Wanita perlu bekerja, full-time part-time tidak masalah. Tidak bisa seratus persen bergantung pada suami. Kendati suami tetap menafkahi, untuk kesenangan pribadi, aku lebih suka merogoh kocekku sendiri. Jadi tidak perlu setiap saat bertanya dan meminta pada suami. Kalau barang yang kita minta dikasih sih tidak masalah, tapi kalau harus berargumentasi dulu itu yang bikin malas. Biarpun akhirnya diberi juga kan, rasanya sudah tidak sama lagi.


Rain Bi (Hye Gyo's Husband)
Seorang suami yang sederhana. Dia baru mengganti barang jika sudah rusak atau menurutnya tidak layak pakai lagi.

Tapi, dia sekarang lebih sabar dan penyayang, setelah memiliki Seo Shin Ae putri kecilnya. Walaupun tidak selalu ikut begadang karena harus bekerja esoknya pagi-pagi sekali, dia cukup perhatian dengan dukungan morilnya di tengah kelelahan fisik yang Song Hye Gyo-istrinya hadapi di bulan-bulan awal mengasuh bayi mereka.


Seo Shin Ae (Baby)
* Putri kecil Song Hye Gyo & Rain Bi.
* Menurut Song Hye Gyo, putri kecilnya itu lebih pintar dari Baby seusianya setelah ia belikan buku bergambar sebesar telapak tangan orang dewasa seharga 20.000 yang menurut Rain Bi-suaminya itu terlalu mahal anak seumur Seo Shin Ae.


Lagi-Lagi Uang
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Rencana Honeymoon”
Part 2 “Gara-Gara Honeymoon”
Part 3 “Honeymoon Kelabu”
Part 4 “Putri Kecil”
Part 5 “Nobody’s Perfect” - TAMAT

Lagi-Lagi Uang (Part 5-Tamat)


Part 5
Nobody’s Perfect.


Malam itu, pikiranku mengembara. Aku merenung sendiri di tengah sunyi dan sepi yang kurasakan. Pulau-pulau sisa noda tangisan di bantalku mungkin sudah bertambah lagi. Tatkala mencoba memejamkan mata, aku merasakan kepalaku dibelai. Aih, jujur hati ini rasanya bagai diguyur air sejuk.

Setelah tiga tahun mengarungi bahtera pernikahan kami, aku pikir kendala yang ada seharusnya bukan makin memisahkan melainkan menyatukan kami dan membuat masing-masing pihak lebih mengerti satu sama lain. Memang ada kalanya sifat sulit diubah. Atas nama cinta, saat itulah pengertian kita dituntut.

Anyway, setiap hubungan cinta punya warna tersendiri. Aku pernah mendengar cerita dari seorang sahabat ibuku, yang suaminya setiap hari pulang larut malam sekitar jam satu-dua dini hari untuk berkumpul dengan teman-temannya bahkan ada kalanya mabuk. Istrinya sudah kenyang menangis di tahun-tahun awal pernikahan mereka. Sekarang dia sudah dapat menerima dan easy going saja. Salut aku, di tengah keadaannya yang seperti itu dia masih tetap mencintai suaminya.

Rain Bi jauh lebih baik dari suaminya itu. Meski ketat soal uang, masih banyak sifat-sifatnya yang positif. Dia termasuk kepala rumah tangga yang baik. Mungkin, di saat kehidupan kami sudah lebih mapan, dia bakal perlahan-lahan berubah. Satu hal lagi, aku mencoba mengingatkan diriku sendiri bahwa dia adalah jodoh terbaik dari Tuhan.

Sudahlah, memang nobody's perfect. Aku pun terlelap di tengah belaian hangat suamiku. Esok pagi, aku pasti bisa tersenyum kembali.


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers

Lagi-Lagi Uang (Part 4)


Part 4
Putri Kecil


Dua tahun berlalu. Terkadang, aku masih sakit hati jika teringat honeymoon perdana kami yang tidak mengenakkan. Tapi, aku memaafkan suamiku. Rain Bi pun nampaknya sudah melupakan hal ini. Toh, aku tidak pernah seenaknya membelanjakan uang bersama. Ada skala prioritas dan penghematan juga sehingga kami selalu dapat menabung. Selain itu, Rain Bi banyak memperbaiki sikapnya sejak aku melahirkan putri pertama kami. Mungkin trauma juga melihatku bersusah payah melahirkan dengan banyak darah.

Menurutku, dia sekarang lebih sabar dan penyayang. Walaupun tidak selalu ikut begadang karena harus bekerja esoknya pagi-pagi sekali, dia cukup perhatian dengan dukungan morilnya di tengah kelelahan fisik yang aku hadapi di bulan-bulan awal mengasuh bayi kami.
Kejadian itu juga telah mengubah pola pikirku. Wanita perlu bekerja, full-time part-time tidak masalah. Tidak bisa seratus persen bergantung pada suami. Kendati suami tetap menafkahi, untuk kesenangan pribadi, aku lebih suka merogoh kocekku sendiri. Jadi tidak perlu setiap saat bertanya dan meminta pada suami. Kalau barang yang kita minta dikasih sih tidak masalah, tapi kalau harus berargumentasi dulu itu yang bikin malas. Biarpun akhirnya diberi juga kan, rasanya sudah tidak sama lagi.

Aku pun mulai menata kembali perasaanku. Membangun penilaian positif setelah sebelumnya ternoda oleh kenangan pahit. Mencoba mensyukuri apa yang kumiliki sekarang. Rain Bi suami yang rajin, bertanggung jawab, dan setia. Meski tergolong ganteng, dia tidak hobi tebar pesona. Keluarga mertuaku pun welcome sekali. Belum pernah terjadi konflik mertua-menantu pasca pernikahan seperti yang sempat menghantui pikiranku. Di rumah, aku berusaha menjadi ibu rumah tangga dan istri yang baik. Di tempat kerja, aku tetap bisa profesional.

Sampai suatu ketika, Rain Bi mempertanyakan sebuah buku anak-anak yang baru kubeli untuk Seo Shin Ae, putri kecil kami. Satu buku kecil sebesar telapak tangan orang dewasa bergambar harganya 20.000 rupiah. Menurutnya itu kemahalan. Aduh! Aku jadi geram.

Aku kira wajar harganya segitu. Buku ini bukan buku biasa, melainkan terbuat dari karton tebal yang antisobek dan tahan air. Yang berukuran lebih besar, harganya lebih mahal lagi. Buntut-buntutnya, aku beli yang mini. Eh, masih kena omel juga.

"Kalau kemahalan, ya coba dikliping sendiri saja lalu dilem di karton tebal dipotong, dijadikan buku, dan disampul!" sahutku kesal.

Bayangkan, sejak Seo Shin Ae lahir, Rain Bi hanya pernah sekali membelikan mainan murah. Sampai saat ini, mainan-mainan Seo Shin Ae semuanya hibah dari sepupu-sepupu dan hadiah dari ortu. Jauh di lubuk hatiku, aku kecewa karena Rain Bi yang notabene bapaknya tidak pernah memperhatikan hal yang satu ini.

Di lain pihak, kakek dan neneknya selalu membelikan oleh-oleh baju, mainan, bahkan susu formula danpampers. Miris rasanya. Bukankah bapak yang hubungan darahnya lebih dekat dengan anaknya sendiri seharusnya yang lebih memperhatikan? Lebih berperan dalam tumbuh kembang anak? Memangnya anak cuma perlu dikasih makan? Dari buku-buku dan mainan-mainannya kan, anak bisa belajar banyak hal. Mengenal warna, mengenal berbagai jenis binatang. Siapa tahu malah dapat memacunya untuk lebih cepat berbicara dan bertambah pandai. Kekesalanku pun memuncak ke ubun-ubun.

"Song Hye Gyo, Kau pikir suami mencari uang untuk kesenangan pribadi? Apa gunanya aku capek-capek bekerja dari pagi sampai malam membanting tulang?" katanya berdalih saat aku mempertanyakan rasa sayangnya pada keluarga.

"Kalau begitu, kan tidak ada salahnya membelikan mainan anak yang berkualitas," sahutku.

"Aku bukannya tidak setuju kau membelikan mobil-mobilan, lego, dan sebagainya. Hanya saja, anak kita belum cukup umur. Percuma kau membelikannya sekarang. Nanti malah hilang atau rusak saja."

"Tapi terbukti kan, Seo Shin Ae sekarang jadi lebih pintar. Dia bisa mengenali binatang-binatang yang ada di buku ini."

"Kau kan bisa mencari yang lebih murah. Tidak harus yang kertasnya tebal anti apa katamu? Tahan air dan antisobek?"

Aku menghela napas.

"Katanya cinta, kok... gara-gara uang kita bertengkar terus. Katanya sayang, kok... untuk urusan uang kau tidak mau mengalah. Padahal aku tidak pernah meminta sesuatu yang aneh-aneh." kataku meninggi.

Karena gemas, kutinggalkan Rain Bi begitu saja. Belum sempat melangkah keluar pintu, aku mendengar suara kertas koran yang sedang dibaca Rain Bi robek ditarik-tarik oleh Seo Shin Ae. Wah, kebetulan sekali. Rasakan.

Bersambung…

Lagi-Lagi Uang (Part 3)


Part 3
Honeymoon Kelabu

Mungkin karena kekecewaan yang berlarut, aku jatuh sakit. Mataku bengkak dan perih karena terlalu banyak menangis. Parahnya lagi, badanku demam tinggi. Rain Bi yang awalnya masih bersikap dingin jadi panik saat keesokan harinya, aku tak kunjung membaik.

Mataku merah sekali walaupun lensa kontak telah kulepas. Salahku juga tetap memakai lensa kontak di kala tidur, dan bodohnya aku lupa membawa kacamata cadangan. Di saat aku merasa sedih, sakit, dan lonely itulah, Rain Bi begitu telaten mengurusku. Merasa berdosa kali, pikirku sinis. Dia bahkan membawaku ke rumah sakit, khawatir terjadi sesuatu pada mataku. Padahal ongkos berobat di Singapura kan mahal.

Kami pulang lebih awal dari rencana semula. Repot, sudah pasti. Plus, uang deras mengalir seperti air keran. Dari membiayai rumah sakit, membeli kacamata, mengganti jadwal tiket, semuanya butuh dana ekstra. Sekembalinya ke tanah air, aku benci sekali bila ada yang menanyakan honeymoon kami. Ada yang menyalahkan karena kami terlalu cepat berangkat, bukannya beristirahat dulu sehabis hari H. Ada juga yang menyayangkan sekaligus menghibur bahwa masih ada kesempatan di lain waktu. Aku sih tidak terlalu berharap.

Namun, tak seorangpun tahu alasan sebenarnya. Bahwa Honeymoon kami berakhir dengan pertengkaran dengan uang sebagai pemicunya. Memalukan. Dan aku jadi agak pesimis dengan bahtera perkawinan kami selanjutnya.

Bersambung…

Lagi-Lagi Uang (Part 2)


Part 2
Gara-Gara Honeymoon


Pipi kiri dan kanan ini masih terasa pegal karena kebanyakan cipika cipiki saat menyalami para tamu yang hadir di perhelatan pernikahan kami sehari sebelumnya. Namun, girangnya hati membuat tawa canda dan senyum tak henti-hentinya lepas untuk satu sama lain saat pesawat lepas landas meninggalkan bandara KangSan.

Lalu, apakah benar honeymoon itu semanis madu? Seheboh persiapannya? Tak terlupakan sepanjang masa? Ah, itu omong kosong! Lho?

Sungguh, mungkin tak akan ada orang percaya. Di masa honeymoon yang kata orang enak dan berkesan, aku dan Rain Bi bertengkar! Meski tidak sampai berteriak-teriak, ini yang paling pahit dalam hubungan kami. Rain Bi bahkan mengutarakannya saat kami menanti pesta kembang api di River Hong Bao, yang sebelumnya kubayangkan bakal romantis sekali.

Kecewa sudah pasti. Banget, malah. Siapa sih yang ingin impiannya dirusak. Dan penyebab dari semua itu tak lain dan tak bukan adalah uang. Rain Bi merasa 'kaget', bahkan dibuat 'ngeri' dengan pengeluaranku yang menurutnya boros. Padahal, barang-barang yang kubeli itu kebanyakan titipan ortu. Aku bahkan tak sempat membelikan oleh-oleh untuk teman-teman dan saudara-saudaraku yang lainnya.

Dari masalah boros tersebut, dia jadi sangsi mempercayakan pengelolaan uang padaku. Dia juga takut aku membelanjakan uang bersama untuk hal-hal yang menurutnya sekunder. Menurutnya, aku harus menyusun prioritas dalam berkeluarga. Menghabiskan 90.000 rupiah untuk eye shadow merek cukup ternama menurutnya hanya membuang-buang uang, sementara di pasar bisa diperoleh merek lain dengan harga jauh lebih murah. Hello?

Aku tak menampik jika suamiku memang orang yang sederhana. Dia baru mengganti barang jika sudah rusak atau menurutnya tidak layak pakai lagi. Tapi wanita mana yang tak butuh aksesoris penunjang penampilannya? Lagipula, barang-barang bermerek yang kupakai sekarang, sebagian besar diberi ortu. Aku bukan penggila merek, hanya saja terkadang baju yang jatuhnya lebih bagus itu kebetulan bermerek.

Toh, ada juga kaos-kaos milikku yang harganya tak lebih dari 20.000 rupiah per potong. Yang penting bagus dan nyaman dipakai. Kosmetik yang cukup mahal pun, aku beli dengan hasil keringat sendiri. Kecuali pembersih wajah, kebanyakan habis pakai lebih dari setahun. Sebagai salah seorang pembicara di perusahaan, aku rasa wajar bila penampilan perlu sedikit dipoles.

Sejak zamannya masih ditunjang ortu, aku telah terbiasa mandiri untuk pos-pos pengeluaran penunjang penampilan. Aku juga penganut paham yang mengatakan bahwa dengan cinta, semua bisa teratasi. Asal ada cinta, hidup susah pun jadi senang. Ah, naif sekali rasanya sekarang.

Memang logis kalau dia bilang kebutuhan menabung untuk membeli rumah, biaya pendidikan anak kelak, dan hal-hal lain menyangkut keluarga harus diprioritaskan. Tanpa disinggung olehnya pun, aku sudah tahu, mengerti, dan berniat melakukannya. Begitu dini dia memvonisku gila belanja, padahal belum sepeser pun uangnya kuhabiskan untuk berfoya-foya membeli baju, tas atau kosmetik pribadi.

Aku dan Rain Bi sangat jarang bertengkar. Jadi wajar jika tak pernah terlintas dalam pikiranku, di masahoneymoon pun pertengkaran bisa terjadi. Serasa ada benda tajam yang menikam ulu hatiku. Aku merasa terusik oleh kata-katanya, ketidakpercayaannya. Kok tega-teganya ya, dia merusak bulan madu kami gara-gara uang. Ironisnya, kami baru saja melewati Fountain of Wealth... di Suntec City. Bahkan make a wish segala di sana.

Bersambung…

Lagi-Lagi Uang (Part 1)


Part 1
Rencana Honeymoon

Bagi semua pengantin baru, apalagi pasangan muda, aku rasa honeymoon is a must. Sepertinya kalau bukan karena alasan yang mendesak misalnya jadwal kontrak kerja yang padat, tak sepasang pun pengantin baru ingin menunda atau bahkan melewatkan bulan madu mereka.

Aku dan Rain Bi, suamiku, pun merasa demikian. Walaupun tidak berbudget besar, kami tetap mengupayakan terlaksananya bulan madu kami ke Singapura. Segala persiapan mulai dari membuat paspor, memesan tiket dan penginapan, memilih obyek-obyek wisata yang akan dikunjungi, hingga menyusun koper kami lakoni dengan penuh semangat sebab begitu lewat hari H, kami langsung bertolak.

Hmm... sudah kubayangkan pasti seru rasanya melancong ke tempat baru berdua saja dengan orang yang kita sayangi.

Bersambung…

Lantai 4 (FF)


Title : Lantai 4
Author : Sweety Qliquers
Genre : Mystery, Horor
Episodes : 4 Part
Production : www.ff-lovers86.blogspot.com
Production Date : 07 September 2010, 10.45 AM
Review :

Suara-suara dari lantai empat itu sungguh mengerikan. Benarkah itu hanya suara orang yang sedang latihan drama?
Akankah terkuak misteri suara-suara dari lantai empat dan siapa diri Kim So Eun sesungguhnya?

Cast :
Son Dam Bi
Kim So Eun
Kwon Sang Woo
Kim Hee Ae
Daniel Henney

Son Dam Bi
(So Eun's Friend)


Kim So Eun
(Dam Bi's Friend)


Kwon Sang Woo
(Dam Bi's Husband)


Kim Hee Ae
(So Eun's Mother)


Daniel Henney
(So Eun's Husband)


Lantai 4
Created By Sweety Qliquers

Part 1 “Teman Berbagi Cerita”
Part 2 “Sesuatu Yang Mencurigakan”
Part 3 “Tanda-Tanda”
Part 4 “Akhir Yang Menyedihkan” - TAMAT
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...