Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 14 Juli 2011

Ritual Tiga (Chapter 5)



Kim So Eun dapat mendengar dengus tidak suka dari cubicle Jung So Min, salah satu rekan kerjanya. Dengus itu disusul dengan kata-kata penuh cemooh.

”’Kau telah bekerja dengan baik sekali’. Cih! Pekerjaan-ku sudah pasti akan jauh lebih baik dan jauh lebih cepat dibandingkan dia! Aku juga tidak akan bertingkah unusual seperti gadis aneh itu!!!”
Kim So Eun memejamkan matanya. Gadis seperti Jung So Min tidak perlu diladeni. Makin ditanggapi, akan makin senang dia.

Kim So Eun sibuk memikirkan ajakan Kim Bum. Menemaninya keliling Seoul. Memang dia sekarang adalah personal assistant dari Kim Bum, tapi apakah menemaninya berkeliling Seoul termasuk dalam job-desc seorang personal assistant? Kim So Eun ragu.

Dia mulai merasa terganggu dengan kehadiran Kim Bum. Apalagi lelaki itu sudah beberapa kali memergokinya saat sedang melakukan ritualnya. Dia harus lebih hati-hati sekarang. Jangan sampai tingkah lakunya dijadikan parameter untuk mengukur profesionalisme kerjanya.

”Nn. Kim So Eun,” panggil Choi Daniel, sopir kantor. “Tn. Kim Bum sudah menunggu di lobi bawah.”

Kim So Eun mengangguk, kemudian bersiap-siap. Dia perlu merapikan gelung rambutnya. Dia masuk ke dalam toilet. Bilik toilet terisi penuh. Dia sendirian, dia aman, lalu dia mulai mengurai gelung rambutnya kemudian mengikatnya kembali dengan ketat. Satu kali... dua kali... dan .... Tiba-tiba pintu terbuka. Jung So Min masuk. Kembali mendengus tidak bersahabat.

Kim So Eun terpaku. Tidak meneruskan gerakannya. Ritual tiga-nya telah kacau! Kalau ada jeda antara ritual tiga itu, maka dia harus mengulangnya dari awal. Tapi... dia tidak dapat melakukannya, apabila ada orang lain di dekatnya.

Bukan begitu aturannya. Kim So Eun mulai panik.... Matanya memandang gelisah ke arah Jung So Min yang kini sibuk menambah polesan make-up-nya. Tampaknya kegiatan itu akan memakan waktu yang cukup lama.

Mata Kim So Eun terbelalak memandang banyaknya produk kecantikan yang dikeluarkan. Apakah memang sedemikian buruknya wajah asli Jung So Min sehingga dia membutuhkan begitu banyak produk untuk mempercantik wajahnya?

Kim So Eun memandang gelisah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Kim Bum sudah menunggu di lobi bawah, sementara rambutnya masih tergerai bebas di bahu. Dia tidak bisa keluar, apalagi menemui Kim Bum dengan keadaan seperti ini. Dia tidak pernah membiarkan orang lain, terutama lelaki, melihat rambutnya tergerai bebas seperti ini.

Sementara itu, Jung So Min masih tampak sibuk memulaskan pemerah ke pipinya.

Bagaimana ini? pikir Kim So Eun panik. Tangannya terangkat ragu-ragu, berusaha untuk merapikan rambutnya. Tapi... tidak bisa. Bukan begini caranya! Dia tidak dapat merapikan gelung rambutnya tiga kali di depan orang lain!

Pintu salah satu bilik toilet terbuka. Kim So Eun menghela napas panjang. Seorang wanita keluar dari bilik itu. Kim So Eun menerjang masuk ke dalam bilik, lalu buru-buru merapikan gelung rambutnya. Satu kali, dua kali, dan tiga kali!

Kim So Eun menghela napas lagi. Lega. Dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu keluar dari bilik.

Jung So Min masih di sana. Masih sibuk dengan semua produk kecantikannya. Kali ini dia mencibir melihat Kim So Eun keluar dengan rambut tergelung ketat.

“Orang aneh...,” katanya, pelan.

Kim So Eun menundukkan kepalanya. Dia tidak menjawab.

Kim Bum menunggu di dalam mobil. Dia tersenyum kecil melihat sosok Kim So Eun berlari-lari keluar. Rambutnya tergelung rapi. Disatukan dengan sebuah hiasan rambut berwarna hitam.

”Maaf, saya terlalu lama.” Kim So Eun mengangguk sedikit.

Kim So Eun mengetuk ujung kakinya tiga kali, persis ketika Choi Daniel menyalakan mesin mobil. Ketukan kakinya sedikit teredam suara deru mesin mobil, tapi tetap saja Kim Bum menyadari hal itu.

”Kita ke mana, Tn. Kim Bum?” tanya Choi Daniel.

”Ke jalan ini....” Kim Bum memperlihatkan secarik kertas kepada Choi Daniel. Itu alamat rumah Nenek Kim Ja Ok.

”Baik, Tn. Kim Bum.” Choi Daniel mengarahkan mobilnya dengan mantap.

Kim So Eun diam saja. Kim Bum juga tidak mau mengganggu hening yang, tampaknya, sangat dinikmati gadis itu.

Tanpa terasa, laju mobil melambat. Kemudian menepi di sebuah rumah tua yang masih sangat terawat. Rumah tua Nenek Kim Ja Ok, neneknya tercinta, yang masih terawat dengan baik.

”Ayo, Kim So Eun,” ajak Kim Bum.

Kim So Eun tampak ragu-ragu. Kim Bum tersenyum kecil. Pasti dia tidak menyangka kalau Kim Bum akan mengajaknya ke sebuah rumah.

“Kau ikut masuk saja, Choi Daniel.” ajak Kim Bum.

Kali ini raut wajah Kim So Eun agak lega.

”Tenang saja,” ujar Kim Bum, sambil tersenyum kecil. ”Ini rumah Nenek-ku. Aku sudah janji akan mengunjunginya begitu aku tiba di Seoul.”

Kim So Eun mengangguk. Kim Bum sempat melihat Kim So Eun mengetuk ujung kakinya tiga kali sebelum keluar dari mobil.

Kim Bum mengetuk pintu utama rumah tersebut. Di wajahnya tersungging senyum lebar.

Pintu terbuka perlahan. Nenek Kim Ja Ok keluar.

”My dear Kim Bum!!!” Dia memeluk Kim Bum dengan erat. Diciumnya kedua pipi lelaki itu.

”Nenek Kim Ja Ok,” Kim Bum juga balas memeluknya dengan erat. Nada suaranya mengandung kasih sayang.

”Siapa ini teman-temanmu?” Nenek Kim Ja Ok baru menyadari kehadiran Kim So Eun dan Choi Daniel.

”Ini Choi Daniel, sopir PT. Sungkyunkwan.” Kim Bum memperkenalkan Choi Daniel. Choi Daniel mengulurkan tangannya dengan canggung.

”Hallo, Choi Daniel,” sapa Nenek Kim Ja Ok dengan hangat.

Choi Daniel tersenyum lebar. Merasa nyaman dengan perlakuan Nenek Kim Ja Ok yang hangat dan menyenangkan.

”Dan siapa gadis cantik ini?” Nenek Kim Ja Ok berpaling ke arah Kim So Eun.

Kim So Eun merasa jengah. Dia tersenyum tipis. “Pacarmu, ya?” Kini Nenek Kim Ja Ok mengerling jail ke arah Kim Bum.

Kim Bum tersenyum lebar, “Ini personal assistant-ku selama berada di Seoul. Namanya Kim So Eun.”

Kim So Eun mengulurkan tangannya dan Nenek Kim Ja Ok membalas uluran tangan itu sambil tersenyum lebar. ”Senang sekali bertemu denganmu, So Eun.”

”Ehm... saya juga senang sekali bertemu dengan Anda,” Kim So Eun membalas dengan sopan.

Kim Bum tersenyum melihat reaksi Kim So Eun, pasti karena nama panggilan itu lagi!

”Ayo, semuanya masuk. Kita makan malam sama-sama, ya...,” ajak Nenek Kim Ja Ok, sambil membuka lebar-lebar pintunya.

Tubuh Kim So Eun tampak mengejang mendengar perkataan Nenek Kim Ja Ok.

Bersambung…

1 komentar:

  1. whoaaaaaaaaa makan bareng Lagi...AQ SaD Liad soEun...Pengen Cekik Leher Jung So MIn pake TaLi SePatu KetS-Q..(Reader Pek segitunya..??wkwkwkwkw)
    OwH, AQ makin Cintaaaaaaa ma Kim Bum..Org kaya yg gak mandang kasta..(TIpE GW BANGEEEED...PLaaaKKK!)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...