Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 05 Juli 2011

Dilema Cinta (Chapter 8)



Chapter 8
Maafkan Aku, Kim So Eun!


"Kim So Eun, ya ampun. Dari mana saja kau ini?" Jung So Min menyambutku begitu aku turun dari taksi. "Ibumu tadi panik sekali."

"Ada apa?" tanyaku cemas. "Ibu di mana sekarang?"

"Rumah sakit. Ada telepon, katanya Park Shin Hye kambuh lagi."

"Apaaa?! Apa Ibu bilang, operasi?" tanyaku gugup.

"Aku tak tahu, Kim So Eun. Kau ingin ke sana?"

"Ayo, naik taksi saja, ya? Situasi seperti ini, aku cepat kalut kalau mengemudi."

"Kim So Eun?"

"Aku takut sekali, Jung So Min. Firasatku sangat jelek!"

"Tenang, Kim So Eun. Park Shin Hye pasti baik-baik saja."
Aku selalu berharap begitu. Tapi melihat badannya menurun dengan cepat, rambut terus rontok, dia begitu lemah, membuatku selalu merasa takut, saat itu akan tiba!

* * *

"Kim So Eun?"

"Bagaimana Park Shin Hye, Bu? Di mana dia?"

Ibu memelukku erat.

"Dokter Song Seung Hun sedang berusaha, Sayang. Berdoa saja, ya? Ibu takut sekali, Kim So Eun!"

"Ibu?"

Pintu kamar Park Shin Hye terbentang lebar. Dokter Song Seung Hun membentangkan kedua tangannya, sambil meminta maaf pada Ibu. Aku menatap tak percaya.

Tidak, Tuhan....

Jangan kau ambil dia! gumamku dalam hati.

"Sekarang masih ada waktu, kira-kira tiga hari lagi."

"Dokter, Aku mohon coba lagi," pintaku.

"Kim So Eun?" Jung So Min memelukku lembut. "Beliau pasti sudah berusaha."

"Ini salahku!"

"Kim So Eun...." Kim Bum berlari keluar memanggilku. "Park Shin Hye mencarimu. Cepatlah!"

Aku berlari masuk ke ruang Gawat Darurat. Menghampiri ranjang Park Shin Hye.

"Kim So Eun...."

"Aku di sini, Park Shin Hye. Jangan cemas. Aku tak akan meninggalkanmu." Kugenggam kedua tangannya erat. Aku mendesah sedih, saat tangannya mulai terasa dingin, ketika kusentuh. Tanpa sadar butiran hangat mengalir deras membasahi kedua pipiku. Aku menggigit bibir, menahan isak agar tak terdengar oleh gadis itu.

Park Shin Hye tersenyum. Tangannya terangkat, menghapus airmata di kedua pipiku.

"Jangan menangis, Kim So Eun."

"Aku... ah, Park Shin Hye... bertahanlah!"

"Kemarin aku mimpi bertemu Ayah, Kim So Eun." Park Shin Hye tersenyum. Matanya menerawang ke atas. "Ayah bilang 'Di sini damai sekali, Sayang'. Aku sudah lelah, Kim So Eun. Ingin ikut Ayah."

"Jangan tinggalkan aku!"

"Kim So Eun, maafkan aku, ya?" Park Shin Hye menatapku dengan sedih. "Maaf, karena telah membuatmu sedih. Aku egois, ya? Menghancurkan cinta kalian," katanya dengan suara terbata-bata. "Aku sudah merebut Kim Bum darimu!"

Aku menggeleng berulang kali.

"Jangan katakan apa pun, Park Shin Hye. Aku sayang padamu."

"Suratmu sudah kubaca, Kim So Eun. Indah sekali. Terima kasih, ya?"

"Kalau sudah sembuh, kita akan melakukannya lagi, jika gerimis datang. Seperti dulu."

"Aku sudah tidak kuat, Kim So Eun. Kalau terjadi apa-apa, tolong jaga Ibu, ya?"

Aku mengangguk beruntun.

"Kim So Eun, maukah kau memenuhi permintaanku?"

"Ya."

"Kembalilah pada Kim Bum. Dia sangat mencintaimu!"

"Park Shin Hye?!"

"Kenapa kau selalu berkorban untukku?" Park Shin Hye memandangku sedih. "Kalau kau katakan sejak awal, aku tak akan menyita seluruh waktunya untukku. Maafkan aku dan Ibu ya, Kim So Eun?"

Aku mengangguk lemah.

"Katakan pada Ibu, aku sayang padanya."

"Ibu pasti tahu itu, Park Shin Hye."

"Aku sekarang ingin tidur. Besok bangunkan aku, ya?"

Aku mengangguk lagi.

"Jangan lupa ya, Kim So Eun?"

"Iya. Aku janji."

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...