Chapter 4
Kim Bum Dan Go Ah Ra
"Kim Bum!"
"Kapan kembali?"
"Kemarin. Aku meneleponmu tapi Kau keluar. Jadi hari ini aku kemari."
Go Ah Ra masih saja cantik, seperti dulu. Lebih cantik malah. Tapi membuat Kim Bum merasa sangat asing.
"Masih suka melukis, Kim Bum?"
"Seperti yang Kau lihat."
"Kudengar Kau sudah lulus. Selamat, ya? Kapan wisudanya?"
"Bulan depan."
Genggaman tangannya pun sudah terasa lain. Go Ah Ra yang kembali sekarang sudah terasa lain. Go Ah Ra yang kembali sekarang bukan seperti Go Ah Ra yang dilepasnya pergi dulu.
"Tempat ini tidak pernah dibereskan, ya?" Go Ah Ra mengalihkan pembicaraan. Mencoba mencairkan kedinginan Kim Bum.
"Kadang-kadang." Kalau Kim So Eun datang dan Kim Bum tidak sedang melukis. Kim Bum akan berselonjor di sofa panjang, mendengarkan kicauan gadis itu dan membiarkan gadis itu menata paviliunnya sesuka hati.
"Bagaimana kalau kita keluar, Kim Bum?"
"Maaf, aku capek."
"Kutemani di sini?"
"Tempat ini kotor."
"Tak apa. Aku ingin melihatmu melukis lagi seperti dulu."
Bagaimana bisa, sementara suasana di antara mereka tidak lagi sama seperti dulu?
"Kenapa cita-citamu berubah?" tanya Kim Bum dua tahun yang lalu saat Go Ah Ra memutuskan berangkat ke Amsterdam.
"Kesempatan ini jarang sekali datang, Kim Bum. Aku tidak bisa mengabaikannya begitu disodorkan padaku."
"Juga kalau itu berarti kita berpisah?"
"Cuma sementara!"
"Tapi Kau bahkan tidak bisa memastikan kapan akan kembali. Bagiamana kalau Kau tidak kembali?"
"Aku pasti kembali."
"Sampai kapan?"
"Tidak lama!"
"Setahun, dua tahun, sepuluh tahun? Atau Kau ingin aku menunggu seumur hidup?"
"Kim Bum!"
"Kuliahmu sudah setengah jalan, Go Ah Ra."
"Bisa kulanjutkan kalau aku kembali."
"Asal Kau kembali belum jadi nenek-nenek."
"Kau tidak suka aku pergi?"
"Ya! Aku tidak suka Kau membuang semua yang sudah Kau miliki hanya untuk mengejar sesuatu yang baru. Yang tidak pasti!"
"Aku tidak membuangnya, Kim Bum. Aku cuma menunda. Aku tidak akan tahu kalau tidak pernah mencoba."
"Bagaimana kalau Kau gagal?"
"Aku bisa kembali, dan meneruskan kuliahku yang di sini."
"Asal Kau tidak terlambat. Asal pintu belum tertutup rapat saat Kau kembali."
Kim Bum tidak bisa mengerti. Tidak bisa memahami. Go Ah Ra sudah punya segalanya. Keluarga. Cita-cita yang akan diraihnya dalam dua tahun mendatang. Kim Bum yang mencintainya, yang didapatnya setelah menyingkirkan tidak sedikit saingan.
Dan sekarang Go Ah Ra bermaksud meninggalkan semua demi sebuah kesempatan ke Amsterdam. Hanya karena gadis itu menerima tawaran untuk hidup dan belajar musik di Negeri Kincir Angin itu. Tawaran dari salah seorang pamannya!
Musik?! Astaga! Kim Bum tahu betul, Go Ah Ra tidak pernah berminat pada dunia yang satu itu.
"Aku tidak bisa menghalangimu. Aku cuma berharap, Kau sudah kembali sebelum semuanya terlambat."
Termasuk dalam hal memperoleh kembali hati Kim Bum.
"Siapa Kim So Eun, Kim Bum?" Go Ah Ra meraih diktat Kim So Eun yang tergeletak di atas lemari.
"Adik tingkat di kampus." Kim Bum mengambil diktat itu dan meletakkannya di atas lemari.
"Dia sering kemari? Kenapa bukunya ada di sini?"
"Bukan urusanmu."
"Tentu saja urusanku kalau semua belum terlambat." Go Ah Ra menatap Kim Bum sambil tersenyum. "Belum terlambat kan, Kim Bum?"
Bersambung…
HARUS SUDAH TERLAMBAT..!!(ngeLirik Goh Ara TaJam..)
BalasHapus