Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 05 Juli 2011

Dilema Cinta (Chapter 5)



Chapter 5
Aku Ikhlas, Jung So Min!


"Apa yang kalian bicarakan?"

"Heh?"

"Apa lagi yang Ibumu inginkan?!"

"Tak ada. Ibu hanya bingung dengan perubahan sikapku. Tak terbiasa katanya, melihatku diam sendirian."

"Kau jawab apa?"

Aku menggeleng.

"Tak ada!"

"Dan membuat Ibumu mengira kau bahagia?" Jung So Min tersenyum sinis. "Kau ini orang aneh, Kim So Eun. Mana ada orang yang rela melepaskan cintanya dengan mengorbankan kebahagiaannya."

"Ada. Orang seperti itu ada di mana-mana, Jung So Min. Tidak hanya aku."

"Kim So Eun?"

"Pengorbanan apa pun, tak akan pernah sia-sia, jika kita melakukannya untuk orang yang kita cintai."

"Walaupun harus kehilangan kebahagiaan sendiri?!"

Aku tersenyum tipis.

Hal itu, berulang-ulang kutanyakan dalam hatiku. Tapi jawabannya selalu saja sama. Tak peduli bagaimanapun caranya, kita sendiri yang harus bangkit memperjuangkannya.

Kasih sayang Ibu, pengorbanannya, dan cinta yang pernah dan masih selalu kurasakan, mampukah kubalas dengan hal yang kecil itu? Kehilangan Kim Bum, adalah hal yang sangat menyakitkanku. Tapi, akan lebih sakit lagi, jika kanker di tubuh Park Shin Hye tak dapat dihilangkan. Jika aku harus kehilangan Park Shin Hye, masih bergunakah semuanya?

* * *

"Bu?"

"Ah, sudah pulang?"

Aku mengangguk pelan. Mataku mengedari sekelilingku dengan rupa heran.

"Bu, kenapa tidur di sini?" tanyaku, begitu melihat perlengkapan tidur Ibu di sofa.

"Ibu menunggumu pulang. Tadi niat Ibu, ingin mencarimu. Tapi tak tahu kau pergi ke mana."

"Bu?"

"Sekarang Ibu bisa tidur dengan tenang. Tadi susah sekali, Kim So Eun. Ibu takut terjadi apa-apa padamu. Jung So Min mana?"

"Sudah ke atas tadi. Ingin mengucapkan salam, tapi takut mengganggu tidur Ibu."

"Ya, sudah. Ibu tidur dulu ya, Kim So Eun."

"Bu," kejarku cepat, saat Ibu sudah hampir menutup pintu. Kucium kedua pipi Ibu dan tersenyum. "Terima Kasih sudah mencemaskanku. Selamat malam, Bu."

"Selamat malam, Sayang."

Aku berjalan gontai ke arah sofa, ketika pintu kamar Ibu benar-benar tertutup. Menyenderkan tubuhku yang terasa penat, ke atas sofa.

Aku menghela napas panjang. Memejamkan mata perlahan. Membiarkan butiran bening bergulir jatuh membasahi kedua pipi.
Ibu, bagaimana caranya aku harus bertahan? keluhku getir. Harus teruskah aku mengalah? Tak bisakah kuraih kebahagiaanku?

"Kim So Eun...."

Seseorang menepuk pundakku lembut. Aku terhenyak, begitu melihat Jung So Min duduk di sampingku dengan wajah cemas.

"Ini," Jung So Min menyodorkan bebarapa lembar tisu kepadaku. Aku tersenyum tipis.

"Terima kasih, Jung So Min."

"Pantas saja, rasanya aku tak bisa tidur. Kau menangis lagi rupanya."

"Jangan cemas, Jung So Min. Tidurlah!"

"Membiarkanmu sendirian melawan kesedihanmu?" Jung So Min menggeleng pelan. "Aku benci sekali melihatmu seperti ini, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Kumohon, Kim So Eun. Jangan terus menyiksa dirimu."

"Aku tak apa-apa."

"Benarkah?" Jung So Min menatapku. "Kau berbohong, Kim So Eun."

"Jung So Min, tak bisakah kau tinggalkan aku sendirian?"

"Aku bukannya ingin cerewet, Kim So Eun. Kalau kau terus seperti ini, tanpa sanggup mengatakan pada Ibumu bagaimana tentang perasaanmu, bukan hanya gadis itu yang sakit. Tapi kau juga!"

"Aku tak ingin menyakiti Ibu."

"Menyakiti? Kau pikir apa yang dilakukan Ibumu padamu?!" teriak gadis itu marah. "Itu tak adil, Kim So Eun! Kau tak perlu mengorbankan semuanya."

"Jangan teriak-teriak, Jung So Min. Ibu bisa mendengarnya."

"Aku tak peduli!"

"Jung So Min?"

"Biarkan saja dia mendengar!"

"Aku mohon, Jung So Min. Jangan membuat Ibu sedih."

"Tak bisakah kau mengatakan padanya, kalau permintaannya yang tak wajar itu, menyakitimu terlalu dalam?!" ujar gadis itu. "Kau sudah cukup membayar semuanya, Kim So Eun."

Aku menggeleng lemah. Menatap gadis itu pilu.

Tak pernah ada kata cukup, untuk membayar semua yang telah dilakukan seorang ibu pada anak-anaknya, Jung So Min. Hanya kewajiban membahagiakannya terus, yang dapat kulakukan pada Ibu, dengan tidak membiarkannya menderita. Salahkah?

Sementara itu, di balik pintu kamar yang tertutup rapat, seseorang mendengarkan semuanya dengan hati sedih.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...