Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 05 Juli 2011

Dilema Cinta (Chapter 4)



Chapter 4
Maafkan Ibu, Kim So Eun!

"Jangan membuatnya cemas seperti tadi, Kim So Eun."

Gelas yang kupegang berhenti di sudut bibirku. Aku mendongak, menatap sosok di depanku, dan tersenyum tipis begitu tahu siapa yang datang.

"Kim So Eun?"

"Kumohon jangan mengatakan apa pun lagi, Jung So Min. Aku sudah lelah."

Gadis itu terdiam. Tangannya mendorong kursi di depanku. Duduk diam di sana sambil memandangku. Aku tersenyum jengah.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Kau masih mencintainya, kan? Jujurlah, Kim So Eun. Jangan menyangkal terus."

"Aku tak tahu, Jung So Min. Melihat mereka berdua, hatiku sakit sekali." Aku tersenyum pedih. "Sebelum pulang, sudah kuputuskan segalanya. Bahkan tak memberikan dia penjelasan apa pun. Hanya memintanya menjaga Park Shin Hye."

"Kau menyesal?"

"Masih bergunakah bila kukatakan?"

"Kim So Eun?"

"Dia masih menatapku seperti saat kutinggalkan. Jangankan menyapaku, menatapku saja, dia tak ingin lagi."

"Dia pasti tidak seperti itu, Kim So Eun."

Benarkah? Bahkan keingintahuanku apakah dia membenciku saja, aku tak berani menanyakannya.

"Andai dulu kau terima Kakakku."

Aku tersenyum kecut.

"Apa yang bisa kuberikan pada Kim Hyun Joong, Jung So Min? Cinta saja, aku tak tahu, apakah masih ada yang tersisa. Semuanya sudah lama hilang dari hidupku, tepat pada saat kuputuskan segalanya dengan Kim Bum."

"Setidaknya kau bisa menemukan cinta yang tulus lagi, kan? Bisa memupus cintamu padanya."

"Sudah pernah kulakukan. Tapi hasilnya," aku menggeleng. "Tak bisa, Jung So Min. Aku takut malah menyakiti hati Kim Hyun Joong. Aku tak ingin ada hati yang terluka lagi."

"Tak bisakah kau mencintai Kim Hyun Joong, Kim So Eun? Belajar membuka hatimu untuk orang lain?"

Aku tersenyum getir.

Andai saja bisa, apa pun juga kulakukan. Tapi cinta yang pernah kuberikan padanya, aku tak tahu, apa aku bisa memupusnya. Kenangan dari mereka berdua begitu kuat memasuki memoriku. Tak bisa dengan mudah kulepaskan, tanpa mengingatnya lagi.

"Kim So Eun?"

"Sudahlah," kataku pelan, sambil mengibaskan tanganku di udara. "Aku tak apa-apa." Aku tersenyum. "Impianku sekarang hanya ingin melihatnya sembuh, walaupun aku tahu kemungkinannya sangat kecil. Kalau itu saja terkabul, aku tak ingin minta apa-apa lagi."

"Tidak juga Kim Bum?"

Aku tersenyum menatap gadis di depanku itu. Dan kemudian mengangguk lemah. Ya, Jung So Min. Bahkan juga Kim Bum! Aku beranjak dari dudukku, membiarkan Jung So Min mengikuti dari belakang. Aku menghela napas. Sudah terlambat, Jung So Min. Aku menelan ludah pahit. Walaupun bisa kuubah, segalanya tak mungkin kembali sempurna!

* * *

"Ibu senang sekali kau kembali."

"Aku tahu, Bu."

"Apa yang kau cari?" tanya Ibu, begitu melihatku membongkar semua isi tasku.

"Foto," jawabku tanpa berpaling. "Rasanya kemarin sudah kutaruh di sini," kataku sambil mengeluarkan semua isinya.

"Ada di kamar Ibu, Kim So Eun."

"Eh?" Aku menoleh dengan rupa terkejut.

"Kemarin tak sengaja Ibu melihatnya, waktu ingin membereskan pakaianmu. Tak apa-apa, kan?"

Aku hanya menjawab dengan senyum. Membereskan semua yang sudah kubongkar, dan memasukkannya satu per satu ke dalam lemari.

"Setahun belakangan ini, Ibu tak pernah melihatmu tertawa lepas seperti dulu. Bahkan senyum pun, sepertinya kau paksakan di depan Ibu. Ada apa, Sayang?"

Aku menggeleng.

"Tidak ada apa-apa, Bu. Mungkin hanya lelah."

"Sepertinya tidak!" Ibu memandangku cemas. "Di foto-foto itu, Ibu melihatmu ceria sekali. Tertawa lepas tanpa ada luka, seperti saat kau mengatakan pertama kali pada Ibu, bahwa kau mencintai Kim Bum." Ibu tersenyum mengenang. "Juga matamu yang berbinar bahagia, saat kau mengatakan kalian sudah pacaran."

"Bu, sudahlah."

"Apa ini karena Ibu? Apa karena permintaan Ibu?"

Aku terdiam.

"Ibu kira, Ibu tak akan pernah lagi menemukan luka di matamu setelah kau kembali. Tapi nyatanya," Ibu menggeleng sedih. "Ibu mungkin terlalu banyak berharap. Maafkan Ibu ya, Sayang?"

Aku tersenyum tipis.

"Jangan merasa bersalah, Bu. Itu wajar, Bu, sebagai seorang ibu, Ibu melakukannya. Jadi tak perlu mencemaskanku lagi."

"Kim So Eun, Ibu tak bermaksud membeda-bedakan kalian. Ibu hanya...."

"Bu, Aku tak pernah menyalahkan Ibu."

"Kim So Eun?"

"Ibu melihat Jung So Min?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kim So Eun?"

"Ah, itu dia," seruku senang, saat melihat gadis itu di luar, lewat kaca jendela. "Aku pergi dulu ya, Bu?"

"Kim So Eun...," panggil Ibu lagi, begitu aku sudah hampir mencapai ambang pintu. Aku membalikkan tubuhku perlahan, menatap wanita setengah baya, yang masih tampak cantik itu, dengan bibir tersenyum.

"Ada apa, Bu?"

"Apa hari ini tidak pergi ke rumah sakit?"

Aku tertegun. Benar! Kau punya janji dengan Park Shin Hye, Kim So Eun! batinku. Tapi bagaimana jika Kim Bum ada di sana? Dengan wajah yang bagaimana aku menemuinya?

"Kim So Eun?"

"Eh... ah, aku sampai lupa!" Kupukul keningku pelan. "Bagaimana kalau Ibu saja? Sekalian foto-foto yang di kamar Ibu, ya? Kemarin Park Shin Hye ingin sekali melihatnya."

"Kau mau pergi?"

"Aku... bagaimana, ya? Kemarin aku sudah janji mau mengantar Jung So Min, Bu. Boleh, kan?"

Ibu tersenyum. "Pergilah."

"Nanti kalau sempat, Aku akan mampir, Bu." Aku mencium kedua pipi Ibu, dan kemudian menghampiri Jung So Min.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...