Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 05 Juli 2011

Dilema Cinta (Chapter 3)



Chapter 3
Oh, Kim Bum!


Bau rumah sakit menusuk hidungku, begitu kulangkahkan kakiku menapaki lantai berubin putih. Berdiri di depan sebuah kamar dengan perasaan cemas. Menghimpun kekuatan sebelum akhirnya memutar handel pintu dengan bibir tersenyum.

Seorang gadis terbaring di ranjang dengan bibir pucat dan memakai kain penutup kepala bergambar Minnie Mouse, kesukaannya. Langkahku terhenti tiba-tiba. Menatap wajah di depanku dengan hati giris. Kulirik gadis di sebelahku, yang sejak tadi hanya diam membisu.

"Diakah Park Shin Hye?"

Aku mengangguk lemah. Memejamkan mataku, menahan butiran air hangat yang siap keluar dari kedua mataku. Perlahan mata itu terbuka, seperti sadar ada yang memperhatikan, dan menatapku seketika dengan tatapan tak percaya.

"Kim So Eun?" Gadis itu mengusap kedua matanya.

Aku mengangguk.

"Benarkah itu kau?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Aku tersenyum menyambut uluran tangannya. Memeluk gadis itu, penuh kasih. Pertahananku bobol. Butiran bening yang kutahan sejak tadi keluar juga, mengucur deras membasahi kedua pipiku. Aku cepat menghapusnya, sebelum gadis itu mengetahuinya.

"Aku bermimpi kau akan datang. Ternyata kau sekarang sudah berdiri di depanku."

"Maafkan aku."

"Kenapa harus minta ma... ah, Kim Bum, kemarilah. Lihat siapa yang datang," ujar Park Shin Hye senang, begitu Kim Bum berdiri mematung di depan pintu.

"Sudah kubilang kan, jangan terlalu banyak bergerak. Nanti punggungmu sakit lagi," tegur pemuda itu marah, sambil berjalan menghampiri Park Shin Hye.

Aku meraba hatiku, tanpa sanggup menatap wajah tampan di depanku. Menelan ludah yang terasa pahit, dengan susah payah.

Ya, Tuhan... ada apa dengan hatiku? Padahal dulu sudah kuputuskan untuk melepaskan segalanya, dan membiarkan Park Shin Hye bahagia. Tapi... melihat tatapan lembut yang dulu selalu untukku dan mampu membuatku tenang, kini hanya tertuju pada Park Shin Hye, tanpa menoleh sedikit pun padaku, membuatku tak bisa menahan perasaanku.

"Kim So Eun?" Jung So Min menggenggam erat tanganku. Seperti meyakinkanku, kalau dia bisa kuandalkan. Aku tersenyum kelu. Aku masih punya kau, Jung So Min. Benar begitu, kan?

"Park Shin Hye, ini Jung So Min. Dia memaksa ikut. Katanya ingin melihatmu," kataku mengenalkan. "Dan ini...."

"Ah, pasti Kim Bum, kan?" Jung So Min memotong kalimatku. "Apa kabar? Kim So Eun sering bercerita tentang kalian."

"Terima kasih sudah menjaga Kim So Eun," ujarku Park Shin Hye pelan, tersenyum.

Jung So Min tersenyum sambil melirikku menggoda.

"Kalau tidak dijaga, dia ini bisa bahaya, Park Shin Hye. Keingintahuannya besar sekali," ujar gadis itu sambil tertawa.

Aku memukul punggung Jung So Min main-main. "Jangan bercanda, Jung So Min. Kau kan sama saja denganku."

Jung So Min tertawa.

"Kim So Eun...."

Aku terperangah. Mata itu sekarang ini lebih sering terlihat berbinar-binar. Bahagia sekali, gumamku dalam hati. Apakah itu karena kau, Kim Bum? Aku tersenyum pedih.

Andai saja dulu bisa kutepis semuanya. Mengabaikan begitu saja permintaan orang yang sudah begitu baik merawatku. Orang yang sejak kecil kupanggil dengan sebutan Ibu, yang kemudian kutahu adalah kakak kandung ibuku, mungkin sekarang ini... kita masih bersama, Kim Bum. Tapi, hati kecilku selalu melarangku melakukannya. Ah, Kim Bum, andai saja kau tahu... melepaskanmu saat itu, melepaskan cinta kita, adalah hal tersulit yang harus kulakukan.

Melihat matamu saat itu... ingin sekali rasanya mengatakan padamu kalau aku masih selalu mencintaimu. Kemarahanmu, ketidakterimaanmu dengan alasan yang kukatakan, membuat hatiku ingin menangis. Andai saja saat ini segalanya bisa kuubah, tak akan pernah kubiarkan semua lepas dari hidupku, Kim Bum. Apakah kau mengerti itu? Aku menggeleng sedih. Tapi kini, walaupun kau mengerti, semuanya itu sudah terlambat!

"Kim So Eun?"

"Eh, apa? Kau ingin sesuatu, Park Shin Hye?" tanyaku, sambil berusaha menutupi keterkejutanku.

"Tidak," gelengnya lemah. "Sudah bertemu Ibu, kan? Apa kau sudah pulang?" Aku mengangguk. Gadis itu tersenyum menatapku. "Ibu pasti senang sekali kau kembali. Seperti aku."

"Aku tahu, Park Shin Hye."

Park Shin Hye menghela napas panjang.

"Bagaimana? Apa semuanya di sana sangat indah?" Park Shin Hye bertanya dengan mata berbinar. "Aku ingin sekali bisa pergi melihat sendiri, tapi tidak apa-apa. Kau bawa foto-fotonya kan, Kim So Eun?" tanya gadis itu dengan suara terbata-bata.

"Aku tinggal di rumah, Park Shin Hye. Tadi aku cepat-cepat datang kemari. Jadi terlupa dibawa."

"Apa besok bisa kulihat?" Matanya menatapku penuh harap. Aku mengangguk pelan. "Untunglah," desahnya lega. "Aku takut tidak sempat melihatnya."

"Park Shin Hye!" seruku tak suka. "Aku tak mau lagi mendengar, kau berbicara seperti itu!" cetusku marah.

Park Shin Hye tersenyum getir.

"Ini stadium akhir, Kim So Eun."

"Apa hubungannya?!" seruku.

"Sudahlah, Kim So Eun." Jung So Min menengahi. "Jangan teriak-teriak di sini. Kalau ada suster lewat, kau nanti bisa diusir! Dianggap mengganggu orang sakit," kata Jung So Min sambil tersenyum menggodaku.

Park Shin Hye tersenyum menatapku.

"Aku tak akan bicara seperti itu lagi. Ah, aku lupa. Bagaimana Ibu tadi? Baik-baik saja, kan?"

Aku mengangguk.

"Aku tidak ingin menyusahkan Ibu terus. Kemarin Ibu sudah menungguiku seharian. Padahal ada Kim Bum di sampingku, itu sudah cukup." Park Shin Hye tersenyum, menatap sosok pemuda di samping kanannya. "Kini ada kau, Kim So Eun. Itu sudah membuatku bahagia sekali."

Aku memejamkan mataku. Perih!

"Ada apa? Kau kenapa, Kim So Eun?" Park Shin Hye menatapku cemas. "Kim Bum, tolong panggil Dokter Song Seung Hun," pintanya.

Aku buru-buru menggeleng dan tersenyum menghentikan kecemasannya. Jangan sampai dia tahu kau terluka, Kim So Eun. Aku menepuk pipi gadis itu lembut.

"Aku tidak apa-apa, Park Shin Hye. Jangan cemas seperti itu. Aku hanya letih," dustaku.

"Benar begitu?"

Aku mengangguk.

"Yang harus dicemaskan itu kau, Park Shin Hye. Bukan aku!"

"Tapi... ah, Kim So Eun, periksalah. Wajahmu pucat sekali."

"Aku tak apa-apa. Aku keluar dulu, ya?" Kucium kening Park Shin Hye. "Tiba-tiba tenggorokanku terasa kering. Aku ingin cari minum dulu," kataku menjelaskan, ketika sekilas kutangkap mata Kim Bum memandangku tak percaya. "Nanti temui aku di kantin ya, Jung So Min. Tempat kita minum tadi," kataku lagi, sambil melihat ke arah Jung So Min.

"Nanti kususul," balas Jung So Min.

"Oh ya," ujarku pelan, menatap sosok pemuda itu, "tolong jaga Park Shin Hye ya, Kim Bum," pintaku lirih, dan menghambur keluar dengan cepat.

"Kim So Eun...." Park Shin Hye memanggilku dengan lemah. Ada apa denganmu, Kim So Eun? Gadis itu berpaling, memandang Kim Bum. "Tolong kejar dia, Kim Bum."

Jung So Min bangkit dari duduknya.

"Biar aku saja," cetusnya, menahan tubuh Kim Bum, yang baru saja berdiri. "Aku tak terbiasa menjaga orang sakit," katanya lagi sambil tersenyum.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...