“Kim Bum, kumohon, kau harus mengerti.” Dia menarik tangan Kim Bum ketika mereka bertemu di acara reuni SMP mereka.
“Jadi kau ingin memaksaku untuk mencintaimu?”
“Kim Bum.. sebelum kau tahu ini, kau mencintaiku, kan? Kenapa secepat itu berubah?”
“Aku ingin istri yang baik, Kim So Eun.”
“Aku kurang baik apa di matamu, Kim Bum? Apa katamu dulu tentang cinta? Cinta yang tanpa alasan, cinta yang memang cinta?”
“Kim So Eun, kau harus logis. Seandainya aku pemakai narkoba, seandainya aku seorang pria sewaan, dan aku bahkan mengidap AIDS.., dan kmu adalah seorang wanita baik-baik yang tidak pernah mengenal semua itu, apa kau masih mau menikah denganku?”
“Jadi kau pria baik-baik dan aku bukan wanita baik-baik?”
“Kau sudah mengerti.” Kim Bum melepaskan tangannya. Pergi.
Dia mengejarnya sekuat tenaga, “Kim Bum!”
“Pergilah dari hidupku, Kim So Eun.”
“Kau picik.” Sepenuh daya upayanya dia berusaha mengatakan itu, “Aku mencintaimu. Tulus dari dalam hatiku. Dan kau menolaknya? Di mana perasaanmu?”
“Kau bilang begitu, karena kaulah penderitanya. Seandainya kau berada di posisiku, kau pasti akan mengambil keputusan yang sama denganku.”
“Dari mana kau tahu?” hatinya benar-benar hancur mendengar semua keputusan Kim Bum.
“Hatiku yang mengatakannya.” Jawabnya, “Kau tidak mungkin mencintaiku jika kau tahu aku bukan orang baik-baik. Karena mencintai seperti itu adalah hal yang sia-sia.”
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar