Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 28 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 27)



Beberapa kali berkunjung, beberapa kali berjalan bersama, sesungguhya keinginan Kim Bum untuk mengulum bibir gadis itu sudah memanggilnya. Sebab, selamanya, ke sanalah arah setiap berpacaran. Sebelum sampai pada titik itu, belum lagi bisa dikatakan berpacaran. Itu baru proses.

Maka sore itu, ketika di rumah Yoon Eun Hye sepi, Kim Bum sudah mengintai segenap penjuru. rumah yang nyaman untuk tempat penyerangan itu. Pilihannya jatuh pada halaman belakang. Tempat yang dilindungi penyekat-penyekat dan tumbuhan jalar. Lebih-lebih di sana-sini bergantungan anggrek.

Dan, ketika Yoon Eun Hye mulai menurunkan pot anggrek, Kim Bum sedang memikirkan momen yang paling tepat. Tetapi, gadis itu selamanya sesopan guru Taman Kanak-kanak.

Lalu Kim Bum berkata, "Seminggu lagi anggrek itu mekar." Yoon Eun Hye mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari daun-daun anggrek.

"Kalau aku punya modal, aku ingin membuat film. Film tentang dirimu," kata Kim Bum.

"Ah, apa yang mau difilmkan?"

"Ya, apa saja. Pokoknya bagaimana bisa membuat diri merasa nyaman di tempat ini. Kau berdiri di sela-sela bunga-bunga yang mekar ini. Bukan main! Kau seperti bagian yang tidak terpisahkan dari bunga-bunga ini.”

Yoon Eun Hye tersenyum. Maka matanya yang membintang itu redup-redup memanggil.

"Kalau ada yang minta, kau mau jadi selebritis?"

Gadis itu menggeleng.

"Kau sudah punya modal. Kau tidak kalah cantik dengan artis-artis Hollywood. Kalau kau mau main film, pasti kau bisa menyamai ketenaran mereka."

"Aku tidak pernah tertarik main film. Aku hanya senang menonton film."

"Aku pikir, enak jadi selebritis. Uang banyak, dan bergaul dengan orang-orang ternama."

"Aku lebih suka punya perkebunan bunga."

“Iya, perkebunan bunga, tapi juga main film di kebun bunga. Bukankah itu hebat?"

Yoon Eun Hye tertawa.

"Seandainya main film, kau mau melakukan adegan ciuman?" tanya Kim Bum.

"Apa?!?!"

"Hanya seandainya."

"Tidak tahu."

"Adegan ciuman, misalnya harus dilakukan berdasarkan cerita. Bagaimana?"

"Aku tidak mau main film."

"lya. Ini seandainya."

"Ah, tidak."

"Misalnya perkenalan kita di filmkan. Lalu ada adegan ciumannya. Bagaimana?"

"Ah, tidak."

"Kalau bukan dalam film?"

"Maksudmu?"

"Ya dalam realita. Seandainya aku menciummu?"

"Ah, brengsek!" Yoon Eun Hye tertawa. Dan, dia menggantungkan kembali anggreknya. Kim Bum membantunya. Setelah anggrek itu tergantung, Kim Bum telah memegang tangan gadis itu.

Tangan gadis itu gemetar. Dia menariknya, tetapi Kim Bum malah lebih mempererat genggamannya. Dia malah menarik rapat tubuh gadis itu.

"Ah, jangan, Kim Bum!"

Tubuh Yoon Eun Hye telah terhimpit dalam rangkulan Kim Bum. Dia mengelak sehingga bibir lelaki itu cuma mendarat di pipinya. Tetapi, Kim Bum mendekatkan bibirnya menjalari wajah gadis itu. Lalu berhasil menyentuh bibir gadis itu.

Yoon Eun Hye mengelak, tetapi pelukan lelaki itu semakin menghimpit, membuat napas gadis itu sesak. Dia berhenti meronta untuk mengambil napas. Himpitan itu mengendor. Lalu gadis itu sadar bahwa semakin berontak akan semakin terhimpit. Maka dia pun diam.

Bibir Kim Bum menjalar lagi meyusuri pipi Yoon Eun Hye. Ketika bibir itu menyentuh bibirnya, Yoon Eun Hye tak mengelak lagi. Matanya malu-malu menatap wajah yang rapat pada wajahnya. Sebab, dia pun mulai mengulum bibir yang ada dalam bibirnya.

Anggrek-anggrek yang bergantungan melambai-lambai. Kesenyapan tempat itu menampung aroma bunga yang bermekaran. Tetapi, segalanya terputus ketika suara langkah seseorang menyeruak ke balik bunga-bunga itu.

"Eonni, Yoon Eun Hye Eooni…… "

Yoon Eun Hye melepaskan pelukan. Kim Bum juga melepaskan. Keduanya saling menatap sejenak. Lalu, mereka memandang ke arah pintu.

Kim So Eun! Gadis itu mematung, kemudian terbata-bata berkata, "Maa… maaf… Aaa... aku... tidak... tahu " Lalu dia berbalik dan berlari.

"Kim So Eun!"

Tetapi, gadis itu masuk kembali ke pintu. Yoon Eun Hye mengejar dan memegang lengan gadis itu.

"Kenapa kau langsung pergi?"

"Maaf. Aku tidak tahu. Pintu depan tidak dikunci."

Masih terbata-bata Kim So Eun berkata. "Aku tidak tahu kalau Eonni…. Maafkan aku, Eonni. Permisi…..”

Yoon Eun Hye heran melihat gadis itu gemetaran.

"Kenapa kau, Kim So Eun? Kenapa?"

Kim So Eun menggeleng.

"Aku pulang saja, Eooni."

"Ah, jangan!"

"Aku pulang saja," kata Kim So Eun semakin gemetar ketika Kim Bum mendekatinya.

Dan, Kim Bum terpana menatap Kim So Eun. Inikah Kim So Eun, gadis yang bermata galak dulu? Ah! Betapa murung mata itu. Betapa kuyu. Telah hilang keceriaan yang pernah dimilikinya. Bibirnya yang mungil begitu pias.

Kim So Eun melepaskan diri dari pegangan Yoon Eun Hye, dan melangkah cepat.

"Kim So Eun! Ada apa?"

Kim So Eun tak menjawab. langkahnya bergegas.

Mereka bertiga melintasi ruang tengah. Langkah mereka terbenam dalam permadani yang menghampar di lantai. Yoon Eun Hye masih berusaha menahan Kim So Eun, tetapi gadis itu seperti robot melangkah. Terus keluar.

Kim Bum terbengong-bengong mengikuti langkah gadis itu dari belakang. Dia menatap bergantian kedua tubuh gadis di depannya. Sesekali ke arah gadis yang berkali-kali berkata, "Kenapa?" Lalu berpindah ke arah gadis yang melangkah tergesa tanpa suara. Rambut gadis itu terayun-ayun. Lehernya yang kecil sesekali nampak jika rambut tersibak. Leher yang putih, tetapi lebih kurus dari beberapa waktu yang lalu. Kim So Eun masuk ke mobil yang menunggunya. Tak menjawab sepatah kata pun pertanyaan dari Yoon Eun Hye. Hanya dua patah kata kepada Sopir, "Ayo, jalan Paman. "

Derum mesin dibawa mobil yang berlari. Yoon Eun Hye terpana. Kemudian bahunya terkulai. Pelan-pelan dia melangkah ke teras. Kim Bum termangu di depan teras itu. Matanya masih terpaku menatap ke jalan. Dia tetap mematung sementara Yoon Eun Hye berkali-kali bergumam, "Kenapa anak itu? Kenapa anak itu?"

Kemudian keduanya membisu.

Kemudian Kim Bum duduk. Suara keriut kursi membuat Yoon Eun Hye menatapnya.

"Dia kurus sekarang," kata gadis itu. "Sejak tunangannya di Jerman menikah."

"Ya," gumam Kim Bum, sedang matanya masih menerawang ke udara. Udara kosong yang baru saja terbelah mobil.

"Dia sakit," kata Yoon Eun Hye.

"Sakit?"

"Entahlah. Pernah aku datang ke rumahnya, dan Ibunya cerita, katanya Kim So Eun tidak mau lagi kuliah, tidak mau jalan-jalan. Hanya diam di rumah saja."

Kim Bum membisu.

"Anak itu terlalu dimanjakan. Akibatnya, ada persoalan sedikit saja merusuhkan hatinya," lanjut Yoon Eun Hye.

Di halaman, bunga-bunga bergoyangan. Perasaan Kim Bum pun bergoyangan tak keruan. Sisa-sisa tatapan mata Kim So Eun yang kuyu melecut-lecut dadanya. Dilecut-lecut bibir Kim So Eun yang pias. Dilecut-lecut suaranya yang terbata-bata mengatakan, "Aku tidak tahu kalau Eonni…. Maafkan aku, Eonni. Permisi…..”

Dan, Kim Bum mengingat-ingat lagi kata-kata Kim So Eun, "Benarkah tidak karena tersinggung makanya kau tidak mau berbicara denganku? Benarkah cuma karena sibuk?"

Kim Bum menarik napas. "Oh, ya, aku baru saja baca iklan di koran. Ada novel-novel baru. Mungkin sudah dijual di Toko buku terdekat. Kau sudah melihatnya?" Suara Kim So Eun lagi. Kim Bum merasa jarinya kejang. Dia menghapal, "Kenapa tidak mau datang? Kenapa?"

Kim Bum merasa putaran di dadanya semakin melilit.

"Lama ya kita tidak mengobrol. Lama sekali rasanya."

Yoon Eun Hye terkejut.

Kim Bum tersandar bahwa dia baru saja memukul tangan kursi kuat-kuat.

"Ada apa?" tanya gadis itu.

"Ah, tidak."

"Aku tidak habis pikir, kenapa anak itu begitu. Dia datang, tapi terus pergi seperti panik."

"Mungkin... mungkin... karena ada aku," kata Kim Bum terputus-putus.

"Ada kau?"

Kim Bum tertunduk menerima tikaman mata gadis itu.

Keduanya diam.

"Kau mencintainya?" tanya gadis itu tiba-tiba. Kim Bum merasa napasnya terperangah. "Jawablah!"

Kim Bum tak bersuara.

"Sebenarnya kau cuma mencari hiburan, dan datang padaku!" kata gadis itu.

Kim Bum meliriknya.

Gadis itu tetap menikamkan pandangan sembilu hingga Kim Bum seperti murid Taman Kanak- kanak yang dimarahi gurunya.

"Hanya selingan. Dan, aku pun tidak mencintaimu," kata Yoon Eun Hye kemudian.

Kim Bum membisu.

"Hei, kau belum menjawabnya. Kau mencintainya?”

Kim Bum menekuri lantai.

"Kalau kau mencintainya, kenapa kau tidak datang padanya?"

"Ibunya, Ibunya sudah menghinaku."

"Hmmm picik! Dia, Kim So Eun, pernah menghinamu?"

Kim Bum tergugu.

"Siapakah yang kau cintai? Ibunya, atau dia?"

“Aku…..”

"Kalau kau merasa pernah terhina, kau bisa membuktikan bahwa apa yang mereka duga itu tidak benar," kata gadis itu.

"Kenapa?" kejar gadis itu.

"Aku tidak tahu. Aku juga bingung."

"Dia sangat manja padaku," kata Yoon Eun Hye. "Baginya, aku adalah kakak perempuan-nya. Tapi, kelakuannya tadi sungguh-sungguh membingungkanku."

"Ya," desah Kim Bum.

Yoon Eun Hye mulai memperhatikan kemurungan di wajah pemuda itu. Dia semakin menangkap kekosongan dalam mata termangu pemuda itu. Mata yang masih lekat di pintu pagar.

“Bagaimana sebenarnya hubungan kalian?" kata Yoon Eun Hye.

Kim Bum tergagap. Tak bisa berkata-kata.

"Kalian pernah berteman akrab?"

"Aku... aku….. " Kim Bum tak mampu meneruskan.

Yoon Eun Hye pelan-pelan mengangguk. Lalu katanya, "Sekarang aku mengerti. Rupanya kaulah orang yang dimaksud Ibu Kim So Eun." Mata gadis itu tajam menikam.

Kim Bum tertunduk. "Ya, akulah orangnya.”

Kim Bum tertekuk bagai kehilangan kekuatan.

"Ibu Kim So Eun pernah bercerita tentangmu, tapi sayang dia tidak menyebutkan namamu. Jadi, aku tidak tahu selama ini kaulah orang yang dimaksud.”

“Apa yang dia katakan?” tanya Kim Bum lesu.

“Dia menyesal.”

Kim Bum masih termangu.

“Pergilah!” keras suara Yoon Eun Hye.

Kim Bum menatapnya.

“Lupakan saja ke-playboy-anmu. Dan kau bisa menciumku, itu betul-betul bukan main, dan kurang ajar. Tapi, kuharap kau mulai menghentikan keliaranmu itu. Kau sudah memerlukan tempat singgah yang paling damai. Kim So Eun menunggumu!”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...