Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 09 Juni 2011

Super Se7en (Chapter 9)



Chapter 9
Aksi Malam Hari

Sepanjang sore Sungmin sibuk membuat jubah putih untuk Snoppy. Yesung mengambil sehelai seprai putih, dan menemukan mantel tua berwama putih, Seprai putih itu sangat lebar, Yesung berpendapat sebaiknya seprai itu dipotong menjadi empat bagian, untuk dipakai ketiga temannya dan dirinya sendiri.

Sungmin membantunya memotong seprai, lalu membuatkan lubang-lubang untuk leher dan lengan, Ia tertawa geli ketika Yesung mencoba mengenakan salah satunya.

"Kau kelihatan aneh," katanya. "Tapi bagaimana dengan kepalamu? Bagaimana hendak kau sembunyikan rambutmu yang cokelat tua itu? Malam ini terang bulan!"

"Kau harus membuatkan topi putih atau barang sejenis itu untuk kami berempat," kata Yesung. "Sedangkan wajah kami akan dicat putih!"

"Di gudang ada kapur sedikit," kata Sungmin. ­Ia cekikikan lagi, "Ya ampun, kau pasti akan kelihatan aneh! Boleh kan, aku datang ke gudang pukul sembilan nanti? Aku ingin melihat penampilan kalian sebelum berangkat."

"Baiklah, jika kau bisa menyelinap keluar tanpa dilihat siapa-siapa," kata Yesung, "Kalau tidak salah, Ibu akan keluar malam ini, Jadi harusnya bisa! Tetapi kalau Ibu tidak jadi keluar, jangan pergi. Karena jika kau membuat keributan, nanti semuanya gagal!"

Ternyata ibu mereka malam itu pergi, Sungmin bersyukur. Sekarang ia bisa menyelinap ke gudang dengan mudah, Yesung mengatakan padanya agar jangan lupa membungkus badan dengan pakaian hangat. Dan kalau sampai tertidur, jangan bangun lagi!

"Aku pasti takkan tertidur!" kata Sungmin kesal. "Kau tahu hal itu takkan terjadi. Kau sendiri yang seharusnya berjaga-jaga, jangan sampai tertidur!"

"Jangan mengejek," tukas Yesung, "Mana mungkin ketua Club sampai tertidur dalam menghadapi rencana sepenting ini! Sungmin, kali ini Super Se7en benar-benar menghadapi petualangan hebat!"

Pukul setengah sembilan malam lampu dalam kamar kedua remaja itu dipadamkan. Dari luar, kedua kamar kelihatan gelap. Tapi di dalam dinyalakan lampu senter, Sungmin sibuk ­sekali memasangkan jubah putih ke badan Snoppy, Tapi anjing itu sama sekali tidak menyukainya. Jubah yang membungkus badannya digigit-gigitnya.

"Oh, Snoppy, jangan nakal! Kau tak boleh ikut kalau tidak kelihatan seperti anjing salju," kata Sungmin hampir putus asa, Entahlah, apakah Snoppy memahami kata-katanya atau tidak – tapi pokoknya sejak saat itu Snoppy membiarkan Sungmin memasangkan jubah. Setelah selesai terpasang, anjing itu kelihatan aneh dan sangat sedih.

"Ayo, jika kau masih ingin ikut. Sudah hampir pukul sembilan sekarang," terdengar suara berbisik. Ternyata Yesung sudah menunggu di luar. Mereka berdua menuruni tangga dengan diam-diam, diikuti oleh Snoppy. Badan mereka bertiga terbungkus hangat. Tetapi begitu mereka sampai di luar, ternyata udara tidak sedingin yang diperkirakan.

"Salju mencair! Malam ini suhu rupanya tidak turun," bisik Sungmin.

"Mudah-mudahan boneka salju kita belum mencair," kata Yesung khawatir.

"Pasti belum," ujar Sungmin. "Cepat, aku bisa melihat salah satu dari teman-teman kita."

Kata sandi dibisikkan pelan-pelan di pintu gudang, Tak lama kemudian lima dari ketujuh Super Se7en telah hadir. Yesung menyalakan lilin. ­Mereka berpandangan dengan perasaan gembira.

"Kita harus mengecat wajah kita dengan kapur, serta mengenakan jubah putih," kata Yesung, "Setelah itu kita siap untuk pergi."

Eunhyuk tertawa cekikikan. "Coba lihat si Snoppy! Ia juga berpakaian putih! Snoppy, wajahmu aneh."

Snoppy menggonggong dengan suara lesu. Ia memang merasa aneh, Snoppy yang malang, Sambil tertawa-tawa, keempat remaja itu (Yesung, Eunhyuk, Donghae, Siwon) itu mengecat wajah mereka dengan kapur. Sebelumnya mereka memakai jubah putih agar ­mantel mereka tidak kotor. Sungmin memasangkan topi-topi putih yang telah dibuatnya ke kepala Yesung, Eunhyuk, Donghae, Siwon.

"Aduh! Aku tak mau bertemu kalian di jalan malam ini!" ujar Sungmin. "Kalian kelihatan menakutkan!"

"Sudah waktunya kita pergi," kata Yesung, "Sungmin, sekarang kau tidur saja. Besok pagi akan kuceritakan pengalaman kami. Nanti aku akan masuk dengan hati-hati, supaya kau tidak terbangun."

"Aku takkan tidur sebelum kau pulang!" kata Sungmin. Ia melihat Yesung pergi bersama ketiga temannya. Mereka bergerak di jalan yang diterangi sinar bulan. Empat sosok tubuh berjubah putih, dengan wajah dilaburi kapur. Mereka memang kelihatan seperti boneka salju yang sedang berbaris.

Dengan hati-hati mereka bergerak di jalan yang menuju ke rumah tua. Mata mereka bergerak kian kemari, kalau-kalau ada orang lewat.

Tapi mereka tidak berpapasan dengan siapa pun juga. Hanya ada seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di pojok jalan. Karena tempat itu bersalju, keempat anggota Super Se7en tak sempat mendengar langkahnya. Mereka tertegun ketika pemuda itu muncul.

Pemuda itu berhenti. Matanya melotot, memandang keempat boneka salju hidup dengan penuh ketakutan.

"Iiiih!" erangnya, "Hii… siapa kalian?"

Yesung mengeluarkan suara erangan. Suaranya menyeramkan sekali, sehingga pemuda itu gemetar karena takut, "Toloong! Ada boneka salju hidup! Tolooong!"

Ia lari kocar-kacir sambil berteriak-teriak. Keempat anggota Super Se7en yang sedang menyamar tak mampu menahan rasa geli. Mereka tertawa cekikikan, sambil menyandarkan diri di pagar.

"Aduh, ya ampun!" kata Eunhyuk di sela-sela tawanya, "Hampir meledak tawaku tadi, ketika kau mengerang seseram itu. Hahaha, kau hebat, Yesung!"

"Ayo! Kita pergi saja dari sini sebelum pemuda itu datang lagi bersama orang lain," kata Yesung, Mereka meneruskan perjalanan sambil tertawa-tawa. Mereka membelok ke jalan yang menuju ke rumah tua. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai. Rumah itu kelihatan sepi dan gelap. Hanya atapnya yang putih ditimpa sinar bulan.

"Rupanya belum ada orang," kata Yesung. "Di mana-mana belum kelihatan lampu menyala. Juga tak terdengar suara sama sekali."

"Kalau begitu, kita masuk saja dan menggabungkan diri dengan barisan boneka salju," ujar Eunhyuk. "Yesung! Coba kaularang Snoppy, jangan terus-terusan menyelinap di antara kakiku. Aku nanti tersandung!"

Mereka berempat memanjat pintu pagar, lalu masuk ke lapangan. Keempat boneka salju masih tegak di sana. Tapi sayang, keempat-empatnya sudah mulai mencair, dan sudah tak sebesar tadi pagi lagi. Snoppy maju dan mengendus boneka-boneka itu. Yesung memanggilnya.

"Snoppy, kemari! Kau harus diam seperti kami! Dan awas, kau tidak boleh menggonggong. Mendengking pelan-pelan juga tidak boleh!"

Snoppy mengerti. Anjing itu berdiri seperti patung di sebelah Yesung. Empat remaja dan seekor anjing berdiri di lapangan. Kelihatannya seperti boneka-boneka salju di atas lapangan bersalju.

Mereka menunggu di situ. Mereka terus menunggu. Tapi tak seorang pun yang datang. Mereka menunggu selama setengah jam. Lambat laun mereka mulai kedinginan.

"Salju di bawah kakiku mulai mencair," keluh Eunhyuk. "Yesung, menurutmu, masih berapa lama lagi kita harus berdiri di sini?"

Kedua temannya juga sudah mulai bosan. Padahal tadinya mereka sudah bertekad, kalau perlu akan menunggu hingga tengah malam di situ, bersama keempat boneka salju. Tapi ternyata setengah jam saja sudah terasa terlampau lama.

"Tidak bisakah kita berjalan-jalan sebentar?" usul Donghae. Rupanya ia sudah tak sabar lagi.

"Pokoknya, asal badan kita menjadi hangat kembali. "

Yesung baru saja hendak menjawab usul itu, tapi tak jadi. Tiba-tiba ia memasang telinga, Yesung mendengar sesuatu. "Apa itu?"

Donghae hendak berkata, tapi dilarang oleh Yesung. Dengan segera Donghae menutup mulut. Mereka berempat menajamkan telinga. Terdengar sesuatu di kejauhan.

"Itu suara orang menjerit," ujar Eunhyuk. "Itu dia yang kudengar kemarin. Tapi kali ini hanya samar-samar, dan jauh sekali. Kedengarannya datang dari arah rumah. Terbukti memang ada seseorang di situ!"

Tengkuk mereka merinding. Mereka memasang telinga lagi, Dan sekali lagi terdengar suara aneh di kejauhan, memecah kesunyian malam.

"Wah, pasti ada yang tidak beres," ujar Yesung. "Aku akan pergi ke rumah itu. Aku ingin tahu, apakah di situ juga masih terdengar suara pekikan tadi. Sebenarnya kita harus memberi tahu orang lain."

"Ayo kita pergi bersama-sama," ujar Donghae. Tapi Yesung bersikap tegas.

"Tidak! Dua dari kita masuk, Yang dua lagi tinggal di sini untuk berjaga-jaga. Itu kan sudah kita tentukan tadi. Eunhyuk, kau ikut aku. Donghae dan Siwon, kalian menunggu di sini. Jaga kalau ada orang datang."

Yesung dan Eunhyuk menuju ke pintu gerbang lapangan, Dua sosok tubuh putih dengan wajah putih memanjat pintu gerbang, menyeberangi jalan, dan berjalan menuju pintu pagar pekarangan rumah tua. Mereka membuka pintu, dan menutupnya kembali sesudah mereka masuk. Kini tidak terdengar apa-apa lagi.

Mereka berdua berjalan dengan hati-hati menuju ke rumah tua, menjaga agar bayangan mereka tak terlihat, bersiap-siap jika Penjaga rumah tua itu kebetulan melihat ke luar. Sesampainya di pintu depan, Yesung mengintip ke dalam lewat celah kotak surat. Tapi tak kelihatan apa-apa. Tak ada lampu yang menyala di dalam.

Lalu mereka berjalan menuju pintu samping, mencoba untuk membukanya. Tentu saja pintu itu terkunci, Kemudian mencoba pintu belakang, Juga terkunci! Tapi tiba-tiba mereka mendengar bunyi aneh. Bunyi mengetuk-ngetuk terdengar nyaring dari dalam rumah. Kedua remaja itu berpegangan tangan. Ada apa di dalam rumah tua yang kosong ini?

"Hei! Penjaga itu lupa menutup jendela tempat dia bicara dengan kita tadi pagi," bisik Eunhyuk tiba-tiba. "Itu – jendelanya terbuka sedikit!"

"Eh, betul! Selanjutnya bagaimana? Kita masuk saja dan berusaha menemukan orang yang ditawan itu," ujar Yesung penuh semangat.

Dalam sekejap mata, kedua remaja itu sudah berada di dalam rumah. Mereka berdiri di dapur yang gelap dengan hati berdebar keras, Yesung dan Eunhyuk menajamkan telinga. Tapi sekarang tak terdengar apa-apa lagi. Di mana tawanan itu dikurung?

"Kita berani atau tidak memeriksa seluruh rumah ini?" tanya Yesung, Ia masih ragu, "Aku membawa senter."

"Tentu saja berani, karena kita harus melakukannya," jawab Eunhyuk. Mereka pun berjingkat-jingkat, mula-mula ke ruangan kecil tempat menyimpan makanan. Sesudah itu ke ruangan berikutnya! Tapi tak ada siapa-siapa di situ.

"Sekarang kita masuk ke ruang depan. Dari situ kita mengintip ke kamar-kamar," ujar Yesung,

Kamar-kamar depan terang bermandikan sinar bulan. Tapi kamar-kamar sebelah belakang gelap. Kedua remaja itu mendorong pintu tiap-tiap kamar, lalu menyorotkan senter ke dalam. Tapi semua kamar itu kosong dan sunyi.

Akhirnya mereka sampai di depan pintu yang tertutup. Dari baliknya terdengar suara sesuatu. Yesung memegang lengan Eunhyuk.

"Ada orang di dalam. Pintu ini mungkin terkunci. Tapi kucoba saja. Bersiaplah untuk lari, jika kita dikejar!"

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...