Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 09 Juni 2011

Super Se7en (Chapter 6)



Chapter 6
Penyelidikan Dimulai

Ketujuh anggota Super Se7en berangkat serempak. Semua merasa penting. Snoppy ikut dengan Yesung, Donghae, dan Eunhyuk. Ekor anjing itu diluruskan ke atas, seperti tiang bendera, Snoppy juga merasa sangat penting. Ia diajak ikut menyelidiki rahasia bersama Super Se7en. Tidak mengherankan kalau anjing itu tak mau lagi memperdulikan anjing-anjing lain yang berpapasan dengannya. Snoppy sudah menjadi sombong!

Sesampainya di pojok jalan, Ryeowook dan Siwon berpisah dari kelima temannya. Kedua remaja itu berpandang-pandangan dengan agak bingung.

"Bagaimana caranya mengetahui pemilik rumah tua itu?" tanya Ryeowook.

"Kita tanyakan ke kantor pos!" kata Siwon. Ia merasa mendapat ide. "Jika rumah itu dimiliki seseorang yang menempatkan penjaga di sana, pasti ada surat-surat yang datang."

"Idemu bagus juga!" kata Ryeowook. Mereka berdua pergi ke kantor pos. Mereka beruntung! Seorang pegawai pos sedang mengambil surat-surat dari kotak pos yang ada di luar. Siwon menyenggol Ryeowook.

"Ayo! Kita harus mulai. Kita tanyakan saja padanya!"

Mereka berdua mendatangi petugas itu. "Permisi, Tuan." kata Siwon dengan sopan, "Bolehkah kami bertanya, siapa yang tinggal di rumah tua yang terletak di tepi sungai? Maksud saya, di rumah yang kosong!"

"Bagaimana mungkin ada orang yang tinggal di rumah kosong?" tukas Tukang Pos. "Jangan tanya yang bukan-bukan, menghabiskan waktuku saja! Kalian ini mau mengerjai saya ya?"

"Kami bukan hendak mengerjai atau berbuat kurang ajar," kata Ryeowook terburu-buru. "Maksud Siwon, siapa pemilik rumah itu? Kami tahu di sana ada penjaga. Kami cuma ingin tahu siapa pemiliknya."

"Kenapa? Kalian mau membeli rumah itu?" kata Tukang Pos. Ia tertawa sendiri mendengar leluconnya. Ryeowook dan Siwon ikut tertawa, Padahal dalam hati, mereka ingin petugas pos itu cepat-cepat menjawab pertanyaannya.

"Bagaimana aku bisa tahu siapa pemiliknya?" katanya sambil memasukkan surat-surat terakhir ke dalam kantong surat. "Aku tak pernah membawa surat-surat ke sana, kecuali untuk Lee Jung Gil. Dia itu penjaga di sana. Dia pun hanya menerima surat sebulan sekali. Barangkali isinya gaji bulanannya, Sebaiknya kalian tanyakan saja ke kantor makelar di sana itu. Mereka juga menjual-belikan rumah. Mungkin mereka mengetahui siapa pemilik rumah itu."

"Terima kasih, Tuan." kata Ryeowook dengan gembira, Kedua remaja itu bergegas mendatangi kantor makelar. "Kenapa tak sampai ke situ pikiran kita tadi?" kata Ryeowook, "Tapi, apa yang harus kita katakan di sana nanti, jika mereka menanyakan kenapa kita ingin tahu? Makelar rumah hanya dihubungi jika kita hendak menjual atau membeli rumah."

Setibanya di kantor itu, mereka mengintip ke dalam. Seorang pemuda berumur dua puluhan tampak sedang duduk menghadap meja sambil menulis alamat pada beberapa amplop surat. Ah, penampilannya sama sekali tidak menakutkan. Barangkali saja dia mengetahuinya dan tidak akan menanyakan kenapa mereka ingin tahu nama si pemilik rumah. Mereka memberanikan diri masuk. Pemuda itu menengadah.

"Mau apa kalian?" tanyanya.

"Kami disuruh menanyakan, siapa pemilik rumah yang di pinggir sungai," kata Siwon. Ia mengharapkan pemuda itu mengira orang dewasalah yang menyuruh menanyakan, Padahal yang menyuruh cuma Yesung. Tapi itu kan tak perlu dijelaskan.

"Rasanya rumah itu tidak ditawarkan untuk dijual," kata pemuda itu sambil membolak-balik halaman buku besar. "Barangkali orang tua kalian yang ingin membelinya?"

Kedua remaja itu tidak memberikan jawaban, karena memang tak tahu apa yang harus dikatakan. Sementara itu si pemuda masih sibuk membolak-balik halaman buku.

"Ini dia!" katanya. "Benar kataku tadi, rumah itu tidak ditawarkan, Sudah terjual berapa waktu yang lalu pada seseorang bernama Cha Seung Won, Aku tak mengerti kenapa rumah itu tidak dihuni sendiri olehnya,"

"Apakah Mr. Cha Seung Won itu tinggal di sini juga?" tanya Ryeowook.

"Tidak. Alamatnya di Heycom Street No.64 di Covelty Avenue," kata pemuda itu sambil membacakan alamat di buku keras-keras, "Tentu saja, aku tak tahu apakah dia masih tinggal di sana atau tidak. Apakah orang tuamu ingin menghubunginya? Jika kalian mau, aku bisa memeriksa apakah alamatnya masih sama. Dia juga meninggalkan nomor telepon di sini."

"Oh, tidak, jangan," kata Siwon terburu-buru, "Cukup itu saja, karena rumahnya... eh... tidak dijual. Terima kasih banyak."

Mereka keluar dari kantor itu dengan perasaan puas.

"Cha Seung Won," kata Ryeowook pada Siwon. ''Kau masih ingat alamatnya?"

"Ya," kata Siwon. Ia mengeluarkan buku catatannya lalu menulis: Cha Seung Won. Heycom Street No.64, Covelty Avenue. Sambil menulis ia berkata, ''Nah, tugas kita sudah beres! Aku ingin tahu bagaimana hasil teman-teman yang lain. "

Usaha kelima teman mereka juga berjalan lancar, Sungmin dan Heechul sibuk memeriksa jejak di jalan yang menuju ke sungai. Mereka merasa seperti detektif sungguhan.

"Lihat itu, mobil dengan gandengan di belakangnya masuk ke jalan ini dari arah Joseon. Jadi bukan dari desa," kata Sungmin. "Ini, terlihat jelas jejaknya membelok. Rodanya hampir terjeblos ke parit."

"Ya, betul," kata Heechul sambil ikut memperhatikan. "Jejak roda gandengan lebih sempit daripada jejak roda mobilnya. Dan itu lihat! Di salju sana itu kelihatan jelas jejak roda gandengan. Tapi jejak roda mobil tidak jelas."

"Bagaimana, apakah tidak sebaiknya kita buat gambar jejak roda ini?" tanya Sungmin.

"Barangkali saja ada gunanya, Dan kita juga bisa mengukur lebar rodanya."

"Kurasa tak ada gunanya," ujar Heechul. Ia sudah tak sabar lagi ingin bergabung dengan teman-teman lain, Terutama yang bertugas menanyai Penjaga.

"Pokoknya, jejak roda ini akan kugambar," kata Sungmin tegas. "Aku ingin membawa sesuatu yang dapat kutunjukkan kepada teman-teman."

Dengan hati-hati Sungmin menggambar jejak roda. Jejak itu aneh, dengan garis-garis, lingkaran-lingkaran, serta tanda-tanda yang berbentuk huruf V. Tapi ketika ia selesai menggambar, hasilnya tidak begitu bagus, Kemudian ia berusaha mengukur lebar jejak roda dengan ukuran sebenarnya. Ia merasa puas, tetapi ia juga ingin hasil gambarnya lebih baik. Heechul tertawa ketika melihat gambarnya.

"Ya ampun! Gambar apa itu?? katanya. Sungmin agak marah. Dengan cepat ditutupnya buku catatannya. "Sekarang sebaiknya kita ikuti jejak di sepanjang jalan ini," katanya. "Kita ikuti sampai ke mana tujuannya. Tidak banyak mobil gandeng yang datang kemari. Jadi kita akan mudah mengikuti jejaknya."

Ternyata Sungmin benar. Mereka mengikuti jejak dengan mudah. Arahnya menyusuri jalan, dan berhenti di depan rumah tua. Di situ banyak sekali jejak yang bermacam-macam. Ada jejak kaki, roda mobil, juga jejak lain di salju yang sudah morat-marit. Jadi sukar sekali menentukan jejak apa saja yang tampak. Tapi jelas di situlah kedua orang yang diceritakan Eunhyuk keluar dari mobil, dan di situ pula tempat kemungkinan terjadi pergulatan tadi malam.

"Lihat! Jejak roda mobil meninggalkan tempat ini, dan menyusuri jalan kembali," kata Sungmin. Ia berdiri di pintu pagar, sambil memandang ke dalam pekarangan rumah. Apakah ketiga temannya itu sudah ada di dalam rumah bersama Penjaga?

"Kita ke dalam saja, Barangkali Yesung ada di situ bersama Donghae dan Eunhyuk," kata Heechul,

"Jangan. Tugas kita belum selesai," kata Sungmin. "Kita harus menyelidiki, sampai di mana jejak roda ini. Ayo kita lihat, barangkali menuju ke sungai, Di jalan ini kelihatan dua jejak roda, Jadi jelas mobil dengan gandengannya pulang pergi. Kita lihat di mana mereka membelok."

Tugas itu tidak sulit. Jejak yang pergi berasal dari rumah tua menuju ke pintu pagar sebuah lapangan di pinggir sungai. Seseorang membuka pintu pagar, dan mobil masuk bersama gandengannya. Di tengah lapangan roda kendaraan meninggalkan jejak melingkar, sesudah itu keluar lagi lewat pintu pagar. Semuanya kelihatan jelas dari jejak di salju.

"Jadi, itulah yang terjadi kemarin malam," kata Sungmin dengan puas. "Mobil dengan benda beroda yang ditariknya datang dari arah Joseon, Kemudian masuk ke jalan ini, berhenti di depan rumah tua. Di situ penumpangnya turun dan berbuat sesuatu yang menyebabkan salju berserakan. Kemudian mobil bergerak menuju lapangan di tepi sungai. Di sana ada yang membuka pagar, mobil dan gandengannya masuk dan berputar, kemudian keluar lagi, masuk ke jalan kembali, lalu menghilang. Tapi siapa mereka dan apa yang dibawa dalam gandengan? Entahlah!"

"Aneh, hal seperti itu dilakukan malam-malam," kata Heechul.

"Memang aneh," kata Sungmin menyetujui, "Sekarang, sebaiknya kita kembali ke rumah tua. Kita menunggu teman-teman di sana,"

"Sekarang sudah hampir pukul satu," kata Heechul. "Menurut pendapatmu, mereka bertiga masih di sana?"

Heechul dan Sungmin bersandar di pintu pagar pekarangan, Mereka memperhatikan sambil memandang ke arah rumah. Mereka sangat terkejut ketika melihat Penjaga bergegas keluar sambil mengacung-acungkan tongkat.

"Ada lagi yang datang kemari!" teriaknya. "Awas, kalau sampai berhasil kupegang. Kalian akan merasakan pukulan tongkatku ini. Anak-anak nakal! Tunggu saja!”

Tapi Heechul dan Sungmin tidak mau menunggu! Mereka lari pontang-panting ketakutan,

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...