Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Rabu, 01 Juni 2011

Magic Girl (Chapter 2)



Pagi yang cerah. Kim So Eun melompat turun dari sepedanya. Ia ingin lebih lama menikmati perjalanan menuju sekolah. Jalan masuk dari gerbang menuju kompleks sekolah mereka sangat panjang dan indah.

Di kanan-kiri begitu banyak yang bisa dinikmati lantaran alam yang masih asri. Pohon-pohon besar di tengah hamparan rumput. Kadang di musim seperti ini, daun-daun yang berguguran menciptakan permadani kuning tebal yang mengundang siapa pun untuk menghempaskan diri di kelembutan alami itu.

Kim So Eun menghirup udara pagi yang sejuk itu dalam-dalam... sebanyak paru-parunya dapat menampung. Seandainya saja cukup waktu, betapa ingjn Kim So Eun sesaat berhenti di hutan kecil itu sambil membaca buku dan memakan bekal rotinya. Pasti nikmat sekali, khayalnya.
Digiringnya sepedanya perlahan. Kring... kring...

Kim So Eun terkejut dan segera minggir, mendengar klakson sepeda lain dari arah belakang. "Hai... melamun, ya?" seru Kim Bum sambil melompat turun dari sepeda sport hitamnya yang berkilat ditimpa sinar matahari pagi. Kim So Eun ternganga, tak percaya pada apa yang dialaminya.

"Pagi yang cerah seperti ini memang kadang memaksa kita melamun, berkhayal, dan menghasilkan suatu inspirasi. Benar tidak?" tanya Kim Bum Jenaka.

"Ah..." Kim So Eun menahan tawanya. Hatinya berdegup kencang.

Kim Bum, pemuda paling tampan di sekolah ini, kini berjalan mendampinginya. Bersama-sama mereka menenteng sepeda masing-masing, sepanjang jalan menuju sekolah. Sungguh sukar dipercaya! Membayangkannya saja Kim So Eun tak pernah berani.

"Kau selalu berangkat sepagi ini, Kim So Eun?" tanya Kim Bum sambil menatapnya.

"Ya." Kim So Eun mengangguk.

"Ck... ck... ck..." Kim Bum geleng-geleng kepala dan berdecak kagum.

"Kenapa?"

"Sayang..."

"Sayang?" Kim So Eun tak menangkap maksud Kim Bum.

"Ya... sayang sekali aku baru mengetahuinya sekarang.... Kalau aku tahu, sejak lama akan kubiasakan diri bangun pagi supaya bisa berangkat ke sekolah denganmu setiap pagi."

"Ah, kau jangan mengejekku seperti itu," tutur Kim So Eun jengah.

"Tidak aku serius." Kim So Eun mencibir. Padahal dalam hatinya jantungnya nyaris berhenti berdetak. Setiap pagi berjalan bersama Kim Bum? Olala...

"Besok... kau tunggu aku di gerbang ya... dan ki..."

"Kim Bum!" seseorang meneriakkan nama Kim Bum.

Serempak Kim Bum dan Kim So Eun menoleh ke belakang dan terlihat Jung So min mengayuh sepedanya dengan susah-payah untuk mengejar mereka.

"Asthagha..." Jung So Min terengah ketika akhirnya Kim Bum dan Kim So Eun tersusul juga.

"Eh... aku duluan..." Kim So Eun naik ke sadel sepeda dan melambaikan tangan pada Jung So Min dan Kim Bum.

"Hei, mau ke mana?" panggil Kim Bum seperti kecewa.

"Aku harus buru-buru... harus mengurus sesuatu ke tata usaha. Bye." Kim So Eun tersenyum sumbang.

"Bagaimana janji kita besok?" teriak Kim Bum lagi sambil berlari kecil dan akhirnya ikut melompat ke atas sepedanya dan mulai mengayuh. Sementara Jung So Min mengikuti dari belakang. Kim So Eun mengangkat bahunya. Ia betul-betul tak tahu harus menjawab apa. Sementara hatinya memaksa kepalanya mengangguk dan bibirnya berseru, Ya!!! Matanya yang melihat kehadiran Jung So Min malah membungkam segala hasrat itu. Tidak, Kim Bum hanya berbasa-basi dengan ajakan dan obrolan tadi. Pasti tadi Kim Bum sebetulnya menunggu Jung So Min, dan karena Jung So Min tak kunjung datang Kim Bum terpaksa berjalan bersamaku, Kim So Eun berusaha memadamkan kegembiraan di hatinya dan mengubur harapan yang bersemi lantaran ucapan Kim Bum tadi.

Jung So Min dan Kim Bum adalah pasangan yang serasi, batin Kim So Eun lagi. Seorang pemuda sepopuler dan setampan Kim Bum tak pantas berpasangan dengan gadis kurang pergaulan dan aneh sepertiku, pikir Kim So Eun sedih. Harapan tak perlu tumbuh karena hanya akan mendatangkan kekecewaan. Gadis kecil sepertiku menurut Ibu belum waktunya untuk menyukai seorang pria. Yang utama adalah belajar! Kim So Eun mencoba menegarkan hatinya dengan mengingat kata-kata Ibu.

Tapi... Kim Bum memang tampan... dan semua gadis berlomba menarik perhatiannya. Kim So Eun tertunduk dan memarkir sepedanya di antara puluhan sepeda lain di sayap kiri kompleks sekolah.

Kim Bum. Seorang aktifis sekolah, jagoan basket, dan berwajah imut-imut. Penampilannya sederhana, tapi jantan. Dadanya bidang, kakinya panjang, dan tubuhnya tinggi, berimbang dengan berat badannya. Rahangnya keras, menandakan keteguhan hati. Namun matanya lembut mengisyaratkan persahabatan dan kasih sayang.

Sungguh Tuhan telah menciptakan seorang manusia, pemuda yang mendekati sempurna, pikiran Kim So Eun masih pada Kim Bum. Kim Bum yang tadi pagi berjalan di sebelahnya dan mengajaknya berangkat bersama setiap pagi. Ah... Kim Bum lebih menarik daripada pelajaran biologi yang tengah diterangkan Mrs. Kim Eugene di depan kelas.

Sejak lama Kim So Eun tertarik pada Kim Bum. Rasanya inilah satu-satunya persamaan Kim So Eun dengan gadis-gadis lain. Dalam hal selera memilih pria, ternyata Kim So Eun masih normal. Tapi perasaan rendah dirinya membuatnya selalu menghindari Kim Bum.

Setiap kali yang muncul hanya keinginan dan impian belaka. Tapi tatkala kenyataan telah hadir di depan mata dan kesempatan terbuka seperti pagi tadi... yang muncul hanyalah kebodohan-kebodohan yang merugikan diri sendiri.

Kim So Eun mencoret-coret kertas di hadapannya dengan hati galau. Belum pernah ada hal-hal yang membuatnya tak memusatkan diri pada pelajaran. Biasanya bagi Kim So Eun pelajaran adalah segala-galanya. Tapi hari ini, gara-gara seorang Kim Bum, catatan biologinya kosong-melompong....

Teng... teng... teng..

“...anak-anak, saya pikir be..." Dan, seperti biasanya sebelum ucapan Mrs. Kim Eugene usai, murid-murid sudah menghilang ke luar kelas. Dan seperti biasanya pula, Kim So Eun dapat giliran paling belakang. Kacamatanya merosot lagi.

"Heh!" Langkah Kim So Eun terhenti. Ia dihadang oleh Moon Geun Young, gadis sombong, terkenal nakal, dan berkali-kali tinggal kelas. Moon Geun Young selalu ditemani sahabat-sahabat setianya. Mereka terkenal suka membuat onar dan bertindak seenaknya karena merasa jagoan. Karena tak ada seorang gadis lain pun yang berani melawan mereka.

"Mana catatan biologimu? Pinjam!" Moon Geun Young mengulurkan tangannya, meminta dengan kasar.

"Eh... aku tak mencatat hari ini...," sahut Kim So Eun gemetar.

"Ah... bohong! Dasar pelit!! Cepat berikan padaku!" Moon Geun Young menyodok perut Kim So Eun dengan tangannya.

"Aduh... a..aku betul-betul..."

"Betul, Moon Geun Young, hari ini dia tidak mencatat, aku melihatnya. Sejak pelajaran dimulai ia cuma melamun sambil sesekali senyum-senyum sendiri seperti orang gila." Park Shin Hye menimpali.

"Melamun? Orang sepertimu bisa melamun?" Moon Geun Young tersenyum sinis. Membuat Kim So Eun semakin gemetar, ciut ketakutan.

"Pasti sesuatu yang istimewa telah terjadi," pancing Park Shin Hye lagi.

"Ah, aku tahu!" Moon Geun Young menjentikkan jarinya, melirik penuh arti. "Tadi pagi aku melihat pangeran berjalan dengan itik buruk rupa.,.."

Kim So Eun tercekat. Jadi mereka melihatnya bersama-sama Kim Bum tadi pagi?

"Kalian pacaran, ya?" desak Park Shin Hye setengah berteriak.

"Ti..tidak...."

"Bohong!"

"Sungguh... ta..tadi cuma kebetulan," kilah Kim So Eun hampir menangis. Kacamatanya melorot berkali-kali, tapi ia tak berani bergerak membetulkannya.

"Awas ya, Kim Bum adalah calon pacarku! Kalau kau berani-berani... uh...." Moon Geun Young menatap gemas pada Kim So Eun, seolah ingin menelannya. Kim So Eun meringkuk bagai tikus yang akan dimangsa kucing. Semua orang tahu bahwa Moon Geun Young juga mati-matian hendak mendapatkan Kim Bum. Di hadapan Kim Bum, Moon Geun Young selalu bersikap manis dan lembut karena ia tahu Kim Bum tak suka gadis kasar dan nakal.

“Tampar saja sekali. Moon Geun Young, biar kapok," Park Shin Hye memanas-manasi.

"Ja..jangan..." Kim So Eun meronta.

"Kim So Eun!"

Kejadian yang mengerikan itu terhenti sesaat koridor yang tadinya hanya berisi Kim So Eun, Moon Geun Young, dan Park Shin Hye kini bertambah satu penghuninya.

"Kim Bum..." Moon Geun Young spontan melepaskan cekalannya pada lengan Kim So Eun dan merapikan rambutnya dengan jari-jarinya.

Kim So Eun menghela napasnya lega.

Dibetulkannya letak kacamatanya yang melorot di hidung.

"Kau baik-baik saja, Kim So Eun?" Kim Bum menghampiri Kim So Eun dan hendak menyentuh bahunya, tapi Kim So Eun menghindar.

"Ya... Aku tidak apa-apa...eh... aku pulang dulu.... bye." Kim So Eun melambai dan segera berlalu dari hadapan Kim Bum dan Moon Geun Young.

Kim Bum menatap kepergian Kim So Eun dengan rasa heran. Aneh, gadis-gadis lain berlomba-lomba menarik perhatiannya. Tapi Kim So Eun... kutu buku langganan juara kelas itu malah menghindari Kim Bum. Setiap kali. Tak sekali pun Kim Bum berhasil menciptakan percakapan yang hangat, obrolan yang akrab bersama Kim So Eun.

"Eh, Kim Bum... Kau mau mengajakku pulang bersama?" tanya Moon Geun Young genit sambil mengedip-ngedipkan matanya. Kim Bum meringis mual.

"Lain kali saja, ya? Dan lain kali itu tak akan pernah ada bila kulihat sekali lagi kau mempermainkan Kim So Eun! Oke?" tukas Kim Bum tegas tapi santai.

Moon Geun Young hanya melongo. Bukk...! Ditinjunya tembok dengan kepalannya.

"Aduuh!" Moon Geun Young memegangi tangannya, kesakitan sendiri. Senjata makan tuan! Hah! Rasakan!

"Aku tidak mengerti, Kim So Eun," bisik Jung So Min sambil pura-pura mengerjakan soal kimia yang diberikan Prof. Kang Ji Hwan siang itu.

"Sebentar..." Kim So Eun asyik mengerjakannya. Sesekali Jung So Min melirik ke arah Kim So Eun, mencoba mengintip tulisan Kim So Eun. Tapi toh percuma saja... jawaban boleh sama, nilai bisa sama, tapi kalau tidak mengerti, apa gunanya?

"Pulang sekolah nanti ajari aku ya, Kim So Eun? Mau, kan?" pinta Jung So Min.

Kim So Eun mengangguk. Ia senang karena ternyata masih ada yang dapat dilakukannya untuk orang lain. Ya... dengan segala keanehan yang membuat orang menjauhinya, ternyata ia masih punya satu kelebihan.

"Kurasa, Prof. Kang Ji Hwan tidak cocok mengajar di SMA," komentar Jung So Min lagi.

"Kenapa?"

"Dia terlalu genius, coba perhatikan cara dia mengajar... sepertinya kita ini sama geniusnya dengan dia," gerutu Jung So Min.

"Aku tak keberatan dengan cara Profesor mengajar," ujar Kim So Eun jujur. Jung So Min menatapnya sesaat.

"Ya... itu karena kau sama geniusnya seperti Prof. Kang Ji Hwan."

"Ah, tidak mungkin," Kim So Eun merendah. Disodorkannya pekerjaannya pada Jung So Min agar dapat segera disalin. Waktu tinggal lima menit lagi dan Jung So Min dengan cekatan menyalin pekerjaan Kim So Eun ke atas kertasnya.

"Tapi nanti aku diajari sampai mengerti, ya?"

Kim So Eun mengangguk menjanjikan.

"Ya... waktu habis. Kumpulkan!" seru Prof. Kang Ji Hwan. Sementara seorang anak mengumpulkan kertas, sang profesor mulai membaca daftar absen, mencari-cari mangsa. Anak-anak diam, suasana kelas hening, menanti siapa gerangan yang bernasib sial hari ini. Siapa gerangan yang diminta maju mengerjakan soal ke papan tulis. Siapa gerangan yang hari ini jadi korban bentakan sang profesor genius itu?

"Kim So Eun!"

Terdengar helaan napas mereka yang merasa bukan namanya.

Kim So Eun bangkit dengan tenang dari kursinya dan melangkah ke papan tulis. Sesaat kemudian Kim So Eun malah asyik sendiri di papan tulis, mengerjakan soal-soal yang seluruhnya berjumlah tiga nomor itu. Padahal seharusnya setiap anak hanya mengerjakan satu saja.

“Hei! Kenapa kau kerjakan semuanya?" tanya Profesor terkejut waktu memeriksa hasil pekerjaan Kim So Eun di papan tulis.

"Oh., maaf... maaf, Profesor, saya keasyikan...."

"Keasyikan?" pekik Profesor makin heran.

"Eh.. ma..maaf, Profesor, bu..bukan maksud saya... keterusan... eh..."

Profesor memicingkan matanya meneliti jawaban Kim So Eun dan ia terkejut waktu menyadari bahwa tak satu pun yang salah. Sementara kelas mulai gaduh. Dialog Kim So Eun dan Profesor barusan rupanya cukup lucu dan mengundang tawa.

"Beginilah kalau dua orang aneh bertemu," bisik Moon Geun Young, agak keras. Serempak seisi kelas tertawa. Kelas terasa gaduh dan ribut.

Brak...!!!

"Diaaaammm!" Profesor menjerit sambil memukulkan penghapus ke papan tulis. Debu berhamburan di mana-mana dan kelas kembali hening.

"Hari ini cukup sekian. Dan eh... siapa namamu?" tanya Profesor pada Kim So Eun.

"Kim So Eun, Profesor...."

"Ya... pulang sekolah nanti temui saya di ruang guru."

Tanpa basa-basi Prof. Kang Ji Hwan meninggalkan kelas. Padahal jam pelajarannya sebenarnya belum usai. Tapi itulah... bukan profesor namanya kalau tidak linglung.

Kim So Eun kembali ke bangkunya.

"Wah... tahukah kau, Kim So Eun, kau sangat luar biasa!" seru Jung So Min memuji.

Kim So Eun hanya tersenyum. Ia memang pandai, tapi apa gunanya? Bukan itu yang diinginkannya. Sekilas ia melirik ke arah Jung So Min. Penampilan modis, wajah manis, dan pribadi mempesona. Tahukah Jung So Min bahwa sesungguhnya aku iri padanya? bisik Kim So Eun dalam hati.

Setumpuk tugas dari Prof. Kang Ji Hwan. Hah. Kim So Eun mengayuh sepedanya dengan cepat, ingin segera tiba di rumah dan menghempaskan diri sejenak di tempat tidurnya yang lunak dan lembut.

"Anneyong Haseyo...," teriaknya begitu memasuki rumah.

Tak ada sahutan. Artinya, Ibu masih di kantor. Kim So Eun melangkah ke dapur, membuka lemari es dan mengambil sekarton susu. Sambil lalu diraihnya juga toples kue dan dibawanya semua itu ke kamarnya.

Masih mengenakan kaus kaki, Kim So Eun melompat ke atas tempat tidurnya. Sudah pukul setengah lima sore... hah... sungguh hari yang sangat panjang dan melelahkan. Dan sekarang tiba waktunya untuk bersantai, melakukan sesuatu yang membuatmu gembira tanpa diganggu Ibu! seru Kim So Eun sambil meraih radio mininya.

Gelombang yang tak pernah diubah-ubah itu segera mengantarkan acara lewat frekuensi FM stereo.

"Mister DJ kembali menemanimu mulai petang hari hingga lepas pukul sembilan malam nanti. Satu nomor dari Bruno Mars ft B.o.B - Nothing On You untuk sahabat saya Angel. Apa kabar? Salam manis..."

Bruno Mars – Nothing On You


Kim So Eun terhanyut dalam alunan suara merdu penyanyi kesayangannya itu. Kim So Eun tak pernah punya koleksi lagu-lagu populer. Ia hanya mendengarnya lewat radio. Ibu tak pernah mengizinkan Kim So Eun membelanjakan uangnya untuk benda-benda seperti itu. Hanya untuk buku dan alat tulis. Selebihnya ditabung.

Ah... entah apa jadinya hidupku kalau tak ada kau, Mister DJ, keluh Kim So Eun terharu. Betapa merdu kedengarannya waktu Mister DJ mengucapkan namanya barusan. Meski nama samaran, tapi Kim So Eun merasa itulah namanya.

Mister DJ adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya, yang selalu menghibur dan tak pernah mengecewakannya. Tiap kartuposnya selalu dibacakan, dan tiap lagu yang dimintanya selalu diputarkan. Selalu, dua kali seminggu mereka bertemu lewat gelombang radio.

Seandainya... Kim So Eun memejamkan matanya mulai mengkhayal.

"Kim So Eun! Astaga!" pekik Ibu melihat posisi Kim So Eun di tempat tidur. Entah kapan datangnya, tahu-tahu Ibu telah muncul di kamar tidur Kim So Eun.

"Ibu... kapan pulang, Bu?" tanya Kim So Eun polos.

"Kue... susu... di tempat tidur? Apa-apaan ini? Siapa yang mengajarimu budaya jorok seperti ini, hmh?" Ibu marah-marah.

Kim So Eun segera beringsut dari tempat tidur dan membenahi toples kue dan susu yang ada di meja samping tempat tidurnya.

"Kalau Ibu sampai sekali lagi melihatmu seperti ini..."

"Maaf, Bu... tidak akan kuulangi lagi," sela Kim So Eun takut.

"Cepat kembalikan benda-benda itu ke tempatnya... di mana?" Ibu mendikte persis seperti menghadapi anak taman kanak-kanak.

"Di dapur...."

"Nah., ayo kembalikan ke sana! Kamar tidur harus selalu bersih, untuk tidur! Bukan untuk makan!"

"Ya, Bu...."

"Dan pulang sekolah seharusnya kau segera mandi sebelum masuk kamar!"

"Ya, Bu..."

"Lihat... ck... ck... ck... apa pantas ini disebut kamar anak gadis? Baju bertebaran di mana-mana... seperti kapal pecah."

"Ya, Bu...."

Bla... bla... bla... Ibu terus mengomel dan Kim So Eun terkantuk-kantuk menjawab tanpa mendengar apa yang dikatakan Ibu lagi.

Bersambung...

1 komentar:

  1. bagus si.. tapi pemilhan karakternya ga pas..
    kim so eun ama kim bum oke,
    Moon geun young ama park shin hye nya engga pas, mereka terlalu imut buat itu, apalagi jadi gadis yg tinggal kelas berkali2.
    makasih, saran aja.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...