Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 25 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 10)



Kerumunan mahasiswa kian bertambah. Di rerumputan yang dinaungi tujuh pohon cemara, di Shinhwa University itu duduk para mahasiswa. Mereka membuat lingkaran besar. Ada acara Poetry Reading, pembacaan puisi-puisi.

Kim Bum melongok di sela-sela mahasiswa, mencari tempat luang di depan. Dia lihat para penyair sudah siap dengan lembar-lembar puisinya. Kim Bum mendesak ke depan. Lumayan acara kali ini, pikir Kim Bum. Tetapi, untuk bisa mencapai depan sana harus melewati beberapa lapis lagi. Padahal minat mahasiswa membuat jejalan itu makin sulit ditembus.

Kim Bum menatap berkeliling. Tidak usah ke depan! Sebab, Kim So Eun berdiri di bawah pohon cemara, di pinggir. Pelan-pelan Kim Bum mundur dan mengambil jalan memutar, mendekati Kim So Eun.

"Hai," katanya kepada Lee Hong Ki yang berdiri di samping Kim So Eun. "Apa kabar, Kim So Eun?" lanjutnya menoleh kepada Kim So Eun.

"Sudah kenal rupanya?" kata Lee Hong Ki.

"Tentu saja. Kau pikir cuma kau saja yang boleh mengenal gadis-gadis cantik?"

Kim So Eun cuma tersenyum.

Penyair-penyair itu mulai membacakan puisi-puisi mereka. Suasana menjadi sepi. Matahari sangat cerah di lengkungan langit biru. Tetapi, di bawah cemara yang berjejer tujuh batang itu, udara tetap sejuk. Apalagi angin bertiup sepoi dari arah selatan, dan sesekali meluruhkan daun-daun cemara kering.

Kim So Eun memuntir-muntir daun cemara yang runcing melidi. Kim Bum mengawasi tengah arena. Pembacaan puisi tetap berlanjut. Sekelebatan Kim Bum mengedarkan pandang. Kim Bum bersyukur tidak menemukan Park Ji Yeon. Gadis itu memang tak pernah tertarik pada kesenian. Baik puisi maupun drama. Kecillah kemungkinan bertemu dalam acara semacam ini.

Kim Bum mengalihkan tatapannya kepada Kim So Eun. Kebetulan gadis itu sedang menatapnya. Lee Hong Ki sedang mengomentari pembacaan puisi, dan pacarnya mendengarkan komentar itu.

"Ada film bagus," kata Kim Bum.

"Oh, ya?" Cuma itu jawab Kim So Eun. Kim Bum tak bisa menangkap kesan dingin atau antusias.

"Robert Pattinson yang main," kata Kim Bum.

Mata Kim So Eun bersinar.

"Biasanya film-filmnya bagus," lanjut Kim Bum.

"Ya," jawab Kim So Eun.

"Kita nonton, nanti?"

"Lee Hong Ki, ada film Robert Pattinson," kata Kim So Eun. Lee Hong Ki menghentikan pembicaraannya dengan Baek Suzy.

"Kalau begitu kita nonton," kata Baek Suzy. Lee Hong Ki melirik Kim Bum.

"Kita berempat," kata Kim Bum.

Lee Hong Ki tidak menjawab. Serangan kilat. Belum tiga hari. Tapi, biarkan saja. Pokoknya aku tidak terlibat, pikirnya

Lee Hong Ki melirik pacarnya. Baek Suzy sedang mengawasi Kim So Eun. Gadis ini pun agaknya melihat kegembiraan di mata Kim So Eun. Dia tersenyum kepada Lee Hong Ki.

Kim Bum tersenyum tak acuh. Kim So Eun kembali mengikuti puisi-puisi yang sedang dibacakan. Lee Hong Ki mendekati Kim Bum dan memberi isyarat agar Kim Bum menjauhi tempat itu. Ketika Baek Suzy melihat dengan pandang bertanya, Lee Hong Ki berkata, "Kami beli rokok sebentar."

Semakin jauh dari lingkaran manusia itu, suara puisi yang dibacakan melayang dibawa angin.

"Kau sudah berhasil," kata Lee Hong Ki.

"Belum," jawab Kim Bum.

"Iya, tapi sudah terlihat tanda-tandanya. Tipuan apa yang kau mainkan ?"

"Apa tampangku seperti penipu?"

"Alaaa, aku tahu isi perutmu. Otak di bawah rambutmu yang kusut itu banyak akalnya."

"Aku tidak menipu. Cuma, ya sedikit berbohong. Aku bilang, aku disuruh wartawan yang menanyakan kesediaannya diwawancarai."

"Begitu saja?"

"Ya, tidak lebih."

“Lalu?”

"Dia tidak mau diwawancarai. Aku bujuk-bujuk, tetapi dia tetap tidak suka publikasi. Akhirnya aku bilang, sebenarnya aku bukan disuruh wartawan. Aku datang dengan inisiatif sendiri karena melihat pribadinya. Aku ingin mengeksposenya buat mengejek kecenderungan masyarakat sekarang. Aku bilang, masyarakat sekarang sedang sakit. Terlalu tercekam pada aktivitas komersil. Pemilihan ratu ini-itu semuanya dinilai dengan selera seks. Nah, apa pula yang kutipu?"

"Ya, baiklah," kata Lee Hong Ki lunak.

"Dan, kau. Kenapa sibuk mengurusnya?"

"Kalau kau pakai cara-cara yang tidak baik, aku tidak bisa mentolerir!"

"Ya, tapi kenapa? Kau mencintainya?"

"Uf, apa kau sudah gila?!" Lee Hong Ki menatap kelompok Baek Suzy.

"Jadi, kenapa kau begitu memperhatikannya? Dia bukan adikmu kan."

"Ya bukan adikku. Tapi, masih ada hubungan famili alakadarnya. Yang penting, dia sangat baik dan dimanjakan orang tuanya. Kasihan kalau terjadi sesuatu yang tidak baik terhadapnya. Lalu, walau tidak penting untuk disebut, Jang Geun Suk, tunangannya itu anak pamanku."

Kim Bum terlongong. Rokok yang terselip di bibirnya, yang hampir dinyalakannya, hampir jatuh. Akhirnya Lee Hong Ki mengambil korek api dari tangan Kim Bum dan menyalakan rokok mereka.

"Jadi, kalian masih punya hubungan keluarga?" kata Kim Bum. Dan, dia ingat wajah ibu Kim So Eun yang beku.

Lee Hong Ki cuma mangangkat bahu. Lalu katanya, "Sudahlah, tidak usah kita persoalkan lagi."

Kim Bum melontarkan pandang ke tengah kelompok mahasiswa yang mengelilingi pembacaan puisi itu. Dan, ah, di tengah-tengah mahasiswi-mahasiswi yang cantik-cantik itu, Kim So Eun tetap menampilkan pesonanya.

Bersambung…

1 komentar:

  1. Nambaaaaaaaah ThoR,,,ehehehe DIKATE BAKSO!!!..Update soon yea..Lup Bumsso akudd nie..Gomawoooo..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...