Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Rabu, 22 Juni 2011
Crazy Love (Chapter 5)
Ketika Kim Bum mendengar apa yang telah dilakukan ayahnya pada ibu Kim So Eun, dia begitu marahnya sampai tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Seharusnya dia lega karena Kim So Eun bukan adiknya. Tetapi keputusan Kim So Eun untuk mengakhiri hubungan mereka, membuat Kim Bum tambah frustrasi.
"Kenapa aku yang harus dihukum untuk kesalahan yang dibuat ayahku?" geramnya setelah mulutnya dapat dibuka kembali.
Kim So Eun memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan air matanya. Sekaligus supaya pemuda itu tidak melihat betapa hancur hatinya.
Tetapi Kim Bum malah meraih dagunya. Dan memaksanya bertatap muka.
"Lihat aku, Kim So Eun!" sergahnya gemetar menahan perasaannya. "Coba katakan, kau tidak mencintaiku lagi!"
Sekarang Kim So Eun terpaksa membalas tatapan Kim Bum. Dan di balik tirai air mata yang mengaburkan pandangannya, dia menemukan sebongkah cinta yang begitu besar di mata pemuda itu. Sanggupkah dia menyingkirkan cinta yang demikian tulus?
"Aku sangat mencintaimu," bisik Kim So Eun getir.
Kim Bum meraih gadis itu ke dalam pelukannya. Didekapnya Kim So Eun erat-erat seolah-olah tidak ingin melepaskannya lagi.
"Kalau begitu, jangan pergi, Kim So Eun," pintanya lirih.
Diletakkannya dagunya di puncak kepala gadis itu. Rambutnya yang lembut dan memancarkan aroma yang menyejukkan, membelai hati Kim Bum. Membenamkan keyakinan yang lebih besar untuk memiliki gadis ini, apa pun tantangannya.
"Aku tidak bisa menyalahkan Ibu, Kim Bum," desah Kim So Eun dalam pelukan pemuda itu. "Berat baginya untuk bertemu lagi dengan ayahmu. Apalagi menerimanya sebagai keluarga."
"Aku akan menemui ayahku. Minta dia datang minta maaf pada ibumu dan menyelesaikan persoalan mereka."
Tetapi masalahnya tidak semudah itu. Ayah Kim Bum tidak sudi menemui ibu Kim So Eun. Apalagi untuk meminta maaf.
"Ayah tidak kenal," bantahnya sengit. "Untuk apa minta maaf? Memang Ayah salah apa?"
"Ayah masih mungkir?" geram Kim Bum kesal. "Ayah pernah menyimpan dia selama dua tahun! Yang Ayah berikan selama itu cuma selembar surat nikah palsu!"
"Omong kosong! Percaya saja kau dengan segala cerita murahan seperti itu!"
"Kim Tae Hee bukan perempuan murahan, Ayah! Dia tidak akan merendahkan dirinya dengan mengarang cerita palsu hidup bersama seorang lelaki selama dua tahun!"
"Ah, perempuan di mana-mana sama saja! Yang ada di kepala mereka cuma uang dan shopping!"
"Ayah begitu merendahkan perempuan!"
"Mereka memang dilahirkan untuk berada di bawah kita, Kim Bum. Kau jangan bodoh, Mereka tidak pernah bisa menyejajarkan diri dengan laki-laki. Karena kodrat mereka memang di bawah kita!"
"Ayah kelewatan!"
"Karena itu ayahmu ini tetap kuat dan dihormati, Kim Bum. Karena prinsip yang Ayah pegang dari dulu sampai sekarang. Karena Ayah selalu ingin di atas, maka Ayah selalu berada di atas. Jelas? Kau harus banyak belajar dari ayahmu ini kalau ingin jadi laki-laki sejati!"
"Kalau maksud Ayah jadi laki-laki sejati itu berarti menipu wanita dengan surat nikah palsu, aku tidak mau, Ayah. Menurut pendapatku, membohongi perempuan itu perbuatan banci, bukan jantan!"
"Perempuan memang dilahirkan untuk dibohongi, Kim Bum!" Ayahnya tertawa sinis. "Karena mereka diciptakan untuk menggoda dan merayu laki-laki!"
"Ayah! Apa Ayah lupa, Ayah punya dua anak perempuan? Ayah rela mereka mendapat karma, dihina dan ditipu lelaki karena dosa Ayah?"
"Sudah zaman nuklir seperti ini masih percaya karma!" ejek ayahnya pedas. "Percuma disekolahkan sampai ke universitas! Pikiranmu masih seperti orang kampung!"
Ayah benar-benar jahat. Benar-benar busuk! Dia kejam bukan hanya terhadap saingan bisnisnya. Tapi juga terhadap perempuan! Karena itu Kim Bum nekat meninggalkan ayahnya. Padahal saat itu kuliahnya belum selesai.
"Bukan hanya karena kau, Kim So Eun," cetus Kim Bum pahit. "Tapi juga karena aku tidak bisa lagi menghargai ayahku sendiri."
"Bodoh," komentar ayahnya ketika Kim Bum nekat meninggalkan rumah. "Rela melepas warisan miliaran untuk seorang wanita!"
"Berikan saja pada Im Yoona dan Park Shin Hye. Mereka juga anak Ayah."
"Tapi kau anak sulung! Anak lelaki satu-satunya. Seharusnya perusahaan tekstil Ayah jadi milikmu! Kalau kau tidak sebodoh ini. Memilih perempuan daripada harta!"
* * *
Bahkan sesudah Kim Bum meninggalkan rumah ayahnya, ibu Kim So Eun masih belum dapat menerimanya.
"Tidak menjamin dia tidak berubah kalau sudah menjadi suamimu nanti," katanya tawar.
"Lalu dia harus bagaimana lagi, Bu?" keluh Kim So Eun lirih. "Dia sudah memutuskan hubungan dengan ayahnya demi aku. Sudah meninggalkan rumah. Mengorbankan semua miliknya. Kehilangan harta warisannya. Apa lagi yang harus dikorbankannya supaya Ibu percaya dia sungguh-sungguh mencintaiku?"
Akhirnya ibu Kim So Eun memang melunak. Melihat kekerasan hati dan kesungguhan pemuda itu, dia mengalah. Membiarkan hubungan mereka berlanjut. Tetapi dia tetap belum dapat bersikap manis pada Kim Bum. Hatinya masih diliputi kecurigaan.
Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, kan? Like father, like son.
Tetapi Kim Bum tidak peduli. Begitu lulus, dia langsung melamar Kim So Eun.
Dan lamarannya langsung ditolak. Ibu Kim So Eun belum yakin akan keseriusannya. Dan yang lebih penting lagi, belum percaya pada kejujurannya.
Kim So Eun harus memohon agar diizinkan menjadi istri Kim Bum. Kalau tidak, dia akan tetap menikah, dengan atau tanpa restu ibunya. Kali ini, anak yang tidak pernah membangkang itu rupanya sudah berubah. Tekadnya sekeras baja. Tidak dapat dilumerkan lagi. Biarpun dengan air mata ibunya.
"Jika dia seperti kata Ibu, menipu dan mengkhianatiku, mungkin aku akan hancur seperti Ibu dulu," kata Kim So Eun. “Tapi kalau Ibu melarangku menikah dengannya, sama saja Ibu seperti membunuhku."
Akhirnya dengan berat hati ibu Kim So Eun merestui pernikahan putrinya.
"Ibu tidak mau melihat ayahnya," tukasnya dingin. "Jika dia datang, Ibu yang pergi."
"Kim Bum tidak mengundang ayahnya," sahut Kim So Eun pahit. "Tapi kedua adiknya akan datang. Ibu tidak benci pada mereka, kan? Mereka tidak tahu apa-apa, Bu."
"Asal bukan lelaki bejat itu," desis ibunya datar.
Ayah Kim Bum memang tidak hadir. Tetapi melalui adik Kim Bum, dia menitipkan selembar cek. Kim Bum merobek cek itu dan mengembalikannya kepada ayahnya.
Ketika Kim So Eun ingin mengembalikan juga hadiah perkawinan dari ibunya berupa dua lembar tiket perjalanan ke Hongkong, Kim Bum mencegahnya.
"Ibumu tidak bersalah," katanya lirih. "Kalau kita kembalikan hadiahnya, dia pasti tersinggung. Dan dia tidak bisa memaafkanku lagi."
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar