Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 25 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 5)



Kim Bum menuruni tangga dengan hanya mengandalkan perasaan pada pegangan di pinggir. Sepanjang tangga tiga tingkat itu, tak lagi menarik untuk memperhatikan wajah-wajah sumringah gadis-gadis yang berjalan berlawanan arah. Tak lagi menarik untuk mengawasi pinggul gadis yang bergoyang-goyang di depannya. Semuanya kelabu. Sebab, ludahnya terasa pahit.

Matahari yang membakar Shinhwa University terasa lebih panas dari hari-hari biasanya. Jauh lebih panas dibanding matahari ketika dia tak lulus ujian. Tak lulus ujian, walau badan terasa loyo, masih terhibur oleh optimisme. Persoalan sekarang ini, bertengkar dengan dosen, dengan penguasa ilmu, betul-betul membuatnya patah semangat!

Kicau gadis-gadis terdengar bising di telinga. Menjengkelkan! Lebih-Iebih karena ada seorang gadis yang wajahnya mengkilat karena berlebihan ber-make-up. Semakin tebal make-up-nya, semakin bising suaranya.

Kim Bum ingin membayangkan Mrs. Son Ye Jin sebagai salah seorang gadis yang ber-make-up tebal di warung itu. Ya, agar dia bisa membencinya sepenuh hati. Tetapi, bagaimana bisa? Wajah Mrs. Son Ye Jin hampir tak ber-make-up. Kulitnya yang kuning tak membutuhkan polesan bedak. Jadi, sulit memindahkan wajah itu ke wajah gadis cerewet itu.

Kim Bum menghembuskan napas panas. Andai wajah Mrs. Son Ye Jin agak mirip dengan wajah gadis itu, tentu mengundang kesenangan untuk membentuknya. Ya, sekadar pelampiasan kedongkolan yang tersekap. Ah, proses apa pula ini! Identifikasi atau proyeksi? Pusing rasanya menyelidiki pesoalan ini. Pelampiasan hasrat-hasrat tersembunyi lewat sasaran-sasaran pengganti. Ah, barangkali Mrs. Son Ye Jin motifnya juga seperti ini. Barangkali dia membenci seseorang yang mirip denganku. Barangkali aku jadi sasaran pengganti untuk melampiaskan kebencian itu. Ya, ya, ya, mungkin sekali. Barangkali dulu dia punya pacar yang mengecewakannya. Dan, pacar itulah yang membuatnya tak kawin-kawin sampai sekarang. Kim Bum termangu-mangu.

Dari kafetaria itu, Kim Bum melihat mahasiswa-mahasiswa bergerombolan turun dari lantai atas menuju penitipan sepeda. Sebentar lagi jalan yang membelah kampus itu akan dipenuhi sepeda-sepeda, juga motor, beriring-iring. Suara motor yang menderum-derum di tengah teriknya matahari itu mengingatkan semuanya pada polusi yang mungkin akan dialami kampus hijau ini. Jika motor terlampau banyak maka pohon-pohon flamboyan yang menaungi pinggir jalan tidak akan bisa bertahan dari kekotoran udara yang menyesakkan napas itu. Kim Bum keluar dari kafetaria. Dia berjalan membelah halaman dalam Gedung Induk Shinhwa University. Dia berselisihan dengan dekan fakultasnya. Dekan itu memberi isyarat dengan jarinya.

Kim Bum mendekat. "Datang ke rumah nanti sore. Ada yang mau saya bicarakan," kata dekan itu sebelum masuk ke mobilnya.

"Baik. Ke rumahnya nanti sore. Tapi, soal apa?" kata hati Kim Bum.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...