Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 27 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 14)



Riset rombongan mahasiswa di Namchoseon masih berlanjut seminggu lagi. Mereka telah melakukan serangkaian wawancara dengan masyarakat setempat. Seharian mereka berjalan dari desa yang satu ke desa yang lain untuk mengumpulkan data. Desa-desa itu bertebaran di pelosok gunung.

Kim Bum mengiringi langkah Mrs. Son Ye Jin berjalan di bawah matahari. Panas matahari yang bersinar penuh itu tak terasa oleh mereka sebab dinginnya hawa di daerah itu. Tetapi, kulit Mrs. Son Ye Jin telah berwarna kemerahan. Wajahnya sumringah, rambutnya melambai-lambai diterpa angin. Kulitnya seperti tomat segar, merah dan licin.

Mereka berjalan tanpa suara. Kim Bum tahu bahwa Mrs. Son Ye Jin pastilah sudah letih. Jika dihitung-hitung, mereka berjalan hampir dua puluh kilometer. Di jalan yang berbatu dan menanjak-turun pula.

"Siapa yang memimpin kelompok riset ke desa sana?" Tiba-tiba Mrs. Son Ye Jin menunjuk kumpulan rumah di seberang lembah, di kejauhan.

"Mr. Han Jung Soo," kata Kim Bum. "Kelihatannya jalan ke sana agak sulit."

"Ya, cuma jalan setapak. Untung musim kering. Kalau hujan, jalan itu licin."

"Siapa yang ikut kelompok itu?"

"Lee Ki Kwang, Eunhyuk, Siwon, Heechul, Park Ji Yeon..."

"Park Ji Yeon?" tanya Mrs. Son Ye Jin seraya melirik.

Kim Bum tak menjawab. Dia menahan napas.

"Kenapa dia diikutkan kelompok itu, padahal tahu daerah itu sulit dicapai." Ada nada tidak senang dalam suara Mrs. Son Ye Jin.

"Sejak semula dia memang anggota kelompok itu. Kebetulan saja kelompok itu kebagian daerah yang sulit. Bukan disengaja," kata Kim Bum cepat-cepat.

"Seharusnya yang ke desa itu laki-laki saja."

"Tapi, dia bersemangat pergi."

"Ya, tapi kalau dia sakit akan merepotkan rombongan.”

Kim Bum diam. Langkah mereka terseret-seret di antara bongkah batu dan tanah liat kering.

"Besok kita istirahat," kata Kim Bum. "Anda mau melihat tempat-tempat indah di daerah ini?"

"Saya ingin menikmati waktu istirahat saya dengan baik. Tidak mau ke mana-mana.”

"Sayang kalau kesempatan ini dilewatkan. Di daerah ini banyak danau indah. Danau Rainbow misalnya. Airnya kelihatan berwarna-warni. Atau Danau Transparent. Permukaannya jernih sekali sampai kita bisa becermin. Dan, masih banyak lagi danau lain bertebaran di daerah ini. Coba anda bayangkan. Tidak jarang di pinggir danau itu bermain burung belibis. Seperti dalam dongeng saja. Pokoknya, pemandangan di sini hanya bisa ditandingi oleh mimpi."

"Ah, kau memang pintar bicara!"

"Saya tidak asal bicara. Waktu survey pendahuluan dulu, saya sudah mengunjungi tempat-tempat indah itu. Saya juga melihat pegunungan-pegunungan yang indah. Ditambah lagi dengan benda-benda peninggalan purbakala. Membuat daerah ini layak ditempati dewa-dewi. Saking terpesonanya, saya ingin tinggal di sini. Saya ingin bertapa. Di sini ada gua yang biasa dikunjungi orang-orang yang mencari ketenangan batin."

"Promosimu lumayan juga. Tapi, sayang badan saya terlalu letih. Malah agak meriang rasanya. Sepertinya mau demam," kata Mrs. Son Ye Jin.

"Kalau begitu, Anda harus berobat nanti. Anda lebih suka obat modern atau tradisional? Nanti di penginapan akan saya usahakan."

Mereka tiba di penginapan. Mrs. Son Ye Jin terduduk lemas. Dia mengusap peluh di dahinya. Sepatunya terlepas dan menggeletak di lantai.

"Mrs. Son Ye Jin, apa anda mau dipijat? Akan saya panggil tukang pijat. Di desa ini ada seorang wanita yang pintar memijat." Kim Bum bersemangat.

"Boleh juga," kata Mrs. Son Ye Jin lemah.

Sebentar kemudian Kim Bum menghilang. Baik juga hati anak muda ini, pikir Mrs. Son Ye Jin. Telaten dan penuh perhatian. Mrs. Son Ye Jin masih ingat bagaimana Kim Bum penuh perhatian dalam mengatur keperluan-keperluannya. Selama bergaul di daerah pegunungan itu, kekakuan Mrs. Son Ye Jin sedikit demi sedikit mulai pudar.

Kim Bum muncul diiringi seorang wanita. "Nyonya ini biasa memijat di desa ini," kata Kim Bum memperkenalkan.

"Apa yang kaubawa itu?" tanya Mrs. Son Ye Jin. "Akar-akaran. Nanti direbus, dan air rebusannya yang suam-suam kuku untuk merendam kaki anda sebelum tidur. Besok pagi, saya jamin anda sesegar bayi yang sehat."

Mrs. Son Ye Jin tersenyum. kemudian dia masuk ke kamar diiringi wanita yang akan memijatnya. Di pintu, dia menoleh dan tersenyum lagi.

Senyum yang kesembilan, pikir Kim Bum. Bukan main! Senyumnya bukan main bagusnya. Kenapa tidak sejak dulu dia memperlihatkan senyum itu? Alangkah sayangnya, senyuman semanis itu tersembunyi sekian lama.

Berkali-kali Kim Bum menarik napas panjang ketika meninggalkan tempat itu. Setelah berbaring di kamarnya, baru dia merasakan betapa lunglai badannya. Sendi-sendi serasa mau copot. Tetapi, dalam keletihan itu, dia tetap tersenyum. Jalan kian terbuka, pikirnya. Sejak belakangan ini, Mrs. Son Ye Jin terlihat lebih ramah dari bisanya. Ini sebuah kemajuan, pikirnya.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...