Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 14 Juni 2011

Crazy Love (Chapter 1)



Senja mulai turun di Macau. Panas yang menyengat di ambang empat puluh dua derajat Celcius mulai mereda. Lampu-lampu yang menjadikan kota yang tak pernah tidur itu tampil semarak setiap saat, mulai berkilauan menghiasi setiap sudut jalan.

Tiba-tiba saja seluruh kota menjadi benderang oleh kelap-kelip lampu warna-warni. Iklan pertunjukan yang fantastis bertebaran di depan deretan hotel-hotel dari yang standar sampai yang eksklusif. Lobi-lobi hotel di sepanjang jalan dipenuhi penjudi profesional dan amatir yang berlomba mengadu untung. Turis mancanegara lalu-lalang di sepanjang kaki lima. Kamera mereka tidak henti-hentinya menjepret objek-objek yang memikat.

Sementara di sudut-sudut jalan, beberapa orang anak muda menawarkan foto gadis-gadis ranum menawan yang dapat dipesan untuk menyejukkan malam. Pose mereka begitu memikat. Membuat yang ditawari jadi sulit menolak.

Macau memang kota yang menarik. Unik. Tidak membosankan.

Hampir setiap tahun kota itu menyajikan sesuatu yang baru. Entah pertunjukan yang fantastis atau hotel baru yang eksklusif.

Tetapi Kim Bum tidak tertarik untuk keluar! menelusuri jalan yang panas terik seperti di gurun pasir itu. Dia memilih tinggal di lobi hotelnya yang luas dan sejuk. Setelah bosan menyusuri setiap sudut hotelnya yang sangat luas itu, dia minum segelas ice coffee sambil menikmati serombongan pemain musik yang sedang mengalunkan sebuah lagu klasik.

Dan ketika lagu yang syahdu itu membelai lembut relung-relung hatinya, tiba-tiba saja Kim Bum merasa rindu pada istrinya. Kerinduan yang begitu saja menitis. Seperti rasa haus yang sekonyong-konyong menyentak.

Lambat-lambat Kim Bum melangkah menuju ke kamarnya. Membiarkan matanya menikmati apa saja yang dapat dinikmati di sekelilingnya. Mesin-mesin judi yang gemerincing memuntahkan uang logam di lobi hotel yang sangat luas. Para penjudi yang memelototi tarian dadu di meja roulet. Kartu-kartu yang dihamparkan di meja bakarat. Dan gadis-gadis cantik berpakaian seronok yang lalu-lalang memamerkan diri.

Tetapi Kim Bum tidak tergugah untuk berhenti. Keinginannya saat itu hanya satu. Pulang ke kamar untuk menemui istrinya. Meskipun dia tidak yakin Kim So Eun ada di kamar.

Di hotel yang memiliki deretan toko eksklusif yang menawarkan demikian banyak barang bermerek yang menggoda mata dan dompet, rasanya mustahil menemukan seorang wanita menganggur di kamar. Kim So Eun pasti masih memanjakan matanya di luar. Percuma mengajaknya pulang ke kamar kalau dia masih meninggalkan hatinya di toko.

Jadi sambil menyimpan senyumnya, Kim Bum menuju ke lift yang akan membawanya ke kamar. Menunjukkan kunci kamar berbentuk sehelai kartu kepada penjaga yang selalu siaga di sana. Dan masuk ke dalam lift.

Kim Bum membuka pintu kamarnya tanpa mengharapkan sambutan. Dia mengira akan mengendus udara kamarnya yang sejuk tapi kosong.

Tetapi begitu pintu terbuka, yang membelai hidungnya justru aroma parfum yang sudah sangat dikenalnya. Aroma yang selalu membuatnya mabuk kepayang. Campuran harum melati yang lembut dan aroma sitrus yang menggoda.

Dan Kim Bum belum sempat menutup pintu, ketika makhluk yang sangat mempesona itu muncul begitu saja entah dari mana.

"Hai," sapanya lembut mendayu bagai angin berhembus.

Kim So Eun tegak di hadapannya bagai bidadari yang turun dari kahyangan. Rambutnya yang hitam lurus tergerai bebas sedikit melewati bahunya yang terbuka. Gaunnya yang berwarna hijau melon dengan keyhole front dan halter neck memamerkan bahunya yang putih mulus mengundang belaian. Sementara sabuk hitam yang meliliti pinggangnya yang ramping semakin membius Kim Bum, Membuatnya sampai lupa menutup pintu.

Kim So Eun menyunggingkan seuntai senyum manis yang memabukkan. Dia memutar tubuhnya di depan suaminya. Membuat gairah Kim Bum semakin menggelegak tak tertahankan.

"Bagaimana?" Senyum Kim So Eun begitu menggoda. "Bagus tidak bajunya?"

"Bukan bajunya," sahut Kim Bum sambil melepaskan pegangannya pada daun pintu. Membiarkan pintu itu menutup dengan sendirinya.

Diraihnya istrinya dengan penuh kerinduan ke dalam pelukannya. Dikecupnya bahunya yang terbuka dengan mesra. Ketika bibirnya mulai merambah ke leher dan tangannya mulai melepaskan gaun istrinya, Kim So Eun menggeliat manja sambil tertawa lembut.

"Percuma beli gaun hampir tiga ratus dolar! Dilihat saja tidak!"

"Siapa bilang percuma?" desah Kim Bum terengah-engah meredam gairahnya. "Gaun ini membuat malam kita datang lebih cepat!"

"Benarkah?" Kim So Eun membelai wajah suaminya sambil menyuguhkan seuntai senyum manis yang menggoda. Senyum yang membuat Kim Bum tak mampu lagi menahan birahinya, "Boleh permisi ke kamar mandi sebentar?"

"Tidak," sahut Kim Bum sambil tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. "Sudah terlambat!"

Kim Bum membawa istrinya ke tempat tidur. Membaringkannya dengan lembut. Mencumbunya dengan penuh kerinduan seolah-olah mereka baru saja berpisah selama berbulan-bulan.

"Aku mencintaimu, Kim So Eun," bisiknya sambil mengecup telinga istrinya dengan mesra. Menghirup aroma parfum yang membuat birahinya meledak-ledak tak tertahankan.

Kecupan itu membuat Kim So Eun menggeliat geli sambil menahan gairah yang meronta di dada. Embusan napas suaminya menggelitik telinganya, merangsang bulu romanya yang langsung meremang.

Kim So Eun tidak ingin semuanya berlangsung terlalu cepat. Dia ingin menahannya. Supaya kenikmatan ini tidak segera berakhir. Supaya kemesraan ini tidak segera berlalu.

Tetapi ketika tangan suaminya yang membelai rambutnya, pipinya, lehernya, kemudian mulai turun ke bawah, dia tidak tahan lagi. Lebih-lebih ketika bukan hanya jari-jemari Kim Bum yang melimpahkan kemesraan itu. Mulutnya juga.

Kim So Eun tidak mampu bertahan. Dia menyerah. Dan mendesah penuh permohonan sambil membiarkan gairahnya meluncur lepas dari kungkungannya.

"Aku mohon," pintanya sementara tangannya meremas rambut Kim Bum dengan penuh kerinduan.

Dan Kim Bum tidak menunggu sampai gairah mereka yang sudah sampai ke puncaknya itu mengendur kembali. Dia memberikan apa yang diminta istrinya dengan segera.

Disatukannya tubuhnya dengan tubuh wanita yang sangat dicintainya. Dan, tatkala tubuh mereka berayun dalam alunan simfoni cinta yang sangat indah, Kim Bum merasakan kepuasan yang tak terperi.

Sementara Kim So Eun yang masih, melekat rapat ke tubuh suaminya juga merasakan kenikmatan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kenikmatan yang hanya dapat diberikan oleh suaminya. Kenikmatan yang begitu sempurna karena dianyam bukan hanya oleh tali-temali gairah dan nafsu. Tetapi karena diikat oleh simpul cinta yang amat kuat.

Lama ketika kemesraan itu telah berlalu, ketika mereka sudah sama-sama terkulai dalam keletihan dan kepuasan, Kim Bum belum terlelap juga. Dia masih mengawasi istrinya yang tergolek di sampingnya dengan penuh kasih sayang.

Wajah yang cantik itu terkulai didadanya yang terbuka. Sementara matanya yang indah, mata yang selalu dikaguminya, terpejam rapat dalam buaian kantuk.

Rambutnya yang hitam lurus, rambut yang selalu dikaguminya, rambut yang selalu memancing keinginan Kim Bum untuk membelainya, tergerai di dada Kim Bum seraya menebarkan keharuman yang merangsang.

Kim Bum begitu mengasihi istrinya. Dia begitu memuja Kim So Eun. Mengagumi semua yang ada di dalam dirinya. Kadang-kadang kalau sedang memandangi istrinya tidur seperti ini, Kim Bum sering bertanya sendiri, apa jadinya kalau dia kehilangan Kim So Eun. Kalau dia harus hidup tanpa wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati.

Semoga hari itu tidak pernah datang dalam hidupku, pinta Kim Bum pahit. Semoga kami tidak pernah berpisah. Semoga aku tidak akan pernah kehilangan dia!

Bersambung…

1 komentar:

  1. Whoaaaaaaa...Ai Luph BUmsso..Ai Luph yu too thoR..wakakaka..AQ bkal always Koment @ bumsso FanfiC

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...