Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 06 Juni 2011

Soulmate (Chapter 6)



Kim So Eun berdiri memandangnya, bingung. “Ya?”

“Bisa saya bicara sebentar?”

“Tidak,” Kim So Eun memutuskan dengan cepat. Otaknya terus mengingat kapan dan di mana dia bertemu dengan pria ini. Tapi, rasanya memang seperti kenal.

“Maaf, Nona. Saya....”

“Maaf. Saya harus pergi.”

Kim So Eun masuk ke toilet. Kim So Eun melihat pria itu masih berdiri memandangnya, saat dia dan Jung So Min keluar toilet, bahkan sampai masuk ke dalam restoran.

“Kau kenapa?”

“Kupikir, ada yang mengikutiku.” Kim So Eun menarik buku menu.

“Wajar. Kau simpanan orang hebat di negeri ini.”

“Otakmu itu selalu ngeres. Aku sudah bilang, setelah Kim Bum menikah, aku tidak pernah bertemu dia lagi.”

“Ya. Tapi, kau terus mengurung hatimu untuk Kim Bum, ‘kan? Seperti katak dalam tempurung saja.”

“Menyebalkan sekali bicara denganmu.”

Kim So Eun menuliskan menunya.

“Ini, tentang Kim Bum lagi.”

Jung So Min mengeluarkan sebuah tabloid bisnis. Kim So Eun menariknya dan membacanya sekilas seperti biasa. Gambar Kim Bum memeluk Yoon Eun Hye dan menggandeng anaknya, terlihat layaknya sebuah keluarga yang bahagia. ‘Profil keluarga Sukses.’ Kim So Eun membaca dalam hati, sambil tersenyum kecil.

“Kim Bum tidak bahagia.” kata Jung So Min. “Nanti kujilid lagi.”

“Dari mana kau tahu?” Kim So Eun terperanjat mendengarnya.

“Matanya. Pria tidak bisa menyimpan matanya. Sikapnya juga kaku.”

“Sok tahu. Kim Bum memang selalu bersikap kaku. Sebaiknya kita makan saja.”

“Itu pria yang membuntutimu?”

Jung So Min melirik ke arah pojok. Kim So Eun meliriknya dan hampir tersedak. “Ya.”

“Kau lihat ini?” Jung So Min membuka korannya, menunjuk orang di belakang gambar Kim Bum. “Mirip, ‘kan? Pasti salah satu pengawalnya.”

“Astaga....”

“Berarti, ada dua kemungkinan. Kim Bum masih mencarimu, atau Yoon Eun Hye yang mencarimu.”

“Semoga tidak dua-duanya,” Kim So Eun berkata sungguh-sungguh.

“Masa pengawalnya yang jatuh cinta padamu?” Jung So Min tertawa. “Lagi pula, untuk apa dia membuntutimu, kalau bukan karena suruhan majikannya.”

“Cepat makan dan kita pulang. Kepalaku sakit.”

“Kepalamu atau hatimu?” Jung So Min ikut berdiri.

“Dua-duanya.” Kim So Eun menertawakan dirinya sendiri.

Kim So Eun membuka apartemen kecilnya dan menyalakan AC ruangan. Telepon rumahnya terus berdering, tapi dia memang malas mengangkatnya. Bahkan, saat beralih ke ponsel, Kim So Eun juga tidak mengangkatnya. Penelepon tanpa identitas.

Kim So Eun membuka map hitamnya, memeriksa semua potongan berita tentang Kim Bum lima tahun terakhir, kesuksesan sebagai kontraktor nomor sekian di Seoul. Minimal setiap minggu, wajahnya muncul di majalah, koran, tabloid, atau bahkan di televisi. Yoon Eun Hye telah menjadikannya sangat sukses, dan aku telah menjadikan dirinya hanya sebagai orang yang mencintai diriku....

Kim So Eun menyalakan televisi. Seperti biasa, kilasan berita kecelakaan dan kematian mewarnai televisi. Lama-kelamaan, Kim So Eun terlelap juga.

“Kau harus baca ini,” bisik Jung So Min, sambil menaruh koran pagi di meja kerjanya, lalu keluar ruangan Kim So Eun.

Kim So Eun tidak perlu membuka halaman bisnis. Judul di halaman pertama membuat jantungnya hampir berhenti. Mertua Kim Bum ditangkap polisi terkait dugaan kasus....

“Kau seperti habis dipaksa minum obat.”

Baek Suzy, yang sedang membahas pekerjaan dengannya, tertawa sambil menarik korannya. “Pria tua ini pantas dihukum mati.”

“Kau dendam sekali?”

“Kau tidak nonton TV, ya?” Baek Suzy memandangnya dengan wajah kesal. “Kontraktor ini yang membuat gedung parkiran itu runtuh dan menewaskan seratus orang lebih. Kau tahu, menantu kesayangannya yang membangun gedung itu.”

“Tidak mungkin.”

“Baca saja beritanya,” Baek Suzy menunjuk isi koran. “Biar tahu rasa menantunya itu. Aku sudah merasa bahwa menantunya itu, yang selalu disanjung-sanjung pemerintah, ternyata tukang korupsi juga.”

“Kenapa, kau yang marah?” Kim So Eun tertawa kecil. “Kita kembali ke pekerjaan....”

“Baiklah.” Baek Suzy membuka laptopnya. “Minggu ini kau punya jadwal ke Pulau Jeju, Seongnam, dan Huang Dong.”

“Huang Dong?” Kim So Eun tertawa. “Apa mereka juga suka mendengarkan musik?”

“Aku atau kau, bosnya?” Baek Suzy menghentikan tawa Kim So Eun.

“Baiklah.” Kim So Eun melipat korannya. “Lalu?”

“Di Seongnam ada penyelenggara lokal. Kau hanya perlu memastikan semuanya sudah beres. Yang terpenting adalah izin kepolisian dan penginapan untuk crew pemusik.”

“Sponsor?”

“Ya, termasuk ini.” Baek Suzy memberikan daftar sponsor. “Jangan lupa kau temui pejabat setempat. Selebihnya, dari dua hari kau di sana, biaya ditanggung sendiri.”

“Big boss mulai bangkrut, ya?”

“Bagaimana tidak bangkrut? Dia kan menanggung hidup dua wanita pemboros, istrinya dan Jung So Min simpanannya itu.” Baek Suzy memukulkan map di kepala Kim So Eun. “Kau pura-pura tidak tahu! Kau kan teman baiknya.”

“Kau cemburu?” kata Kim So Eun, sebelum Baek Suzy menutup pintu kaca ruangannya dengan keras.

Kim So Eun menyalakan televisi yang tidak henti-hentinya menyiarkan kecelakaan gedung dan penangkapan Ahn Suk Hwan, terkait kasus itu. Nama Kim Bum juga disebut-sebut sebagai rekanan, yang membuat gedung itu lemah bangunan.

“Taruhan, tidak sampai dua minggu, dia akan lolos dari tahanan dan kasus ditutup. Lihat saja.”

Lee Min Ho sudah duduk di depannya mengomentari berita.

Kim So Eun tidak menanggapi dan memberikan file untuk ditandatangani. “Kata Baek Suzy, kau ke London bulan depan?”

“Kau ikut, ya?” Lee Min Ho menatapnya dengan harapan.

“Aku mau saja, tapi....”

“Aku akan bilang pada Kim Hyun Joong untuk menugaskanmu juga. Atau, aku belikan tiket.”

“Menyenangkan.” Kim So Eun tersenyum. “Tapi, tidak. Terima kasih.”

“Bagaimana aku bisa mencapai pintu hatimu?” Lee Min Ho berdiri dan membawa mapnya pergi.

Kim So Eun menatapnya.

“Kim So Eun,” kepala Lee Min Ho menyembul lagi di pintu, “mau makan siang bersamaku?”

“Ya. Aku mau.” Kim So Eun tersenyum dan kepala Lee Min Ho menghilang.

Kim So Eun menghembuskan napasnya keras-keras dan mulai menelepon.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...