Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Selasa, 07 Juni 2011
Magic Girl (Chapter 10)
"Kim So Eun, kau dipanggil Prof. Kang Ji Hwan," Jung Yunho, sang ketua kelas, memberi tahu sambil melemparkan surat panggilan resmi yang ditandatangani Profesor.
Hati Kim So Eun berdegup kencang waktu membaca surat panggilan itu. Bahkan ketika melangkahkan kaki menuju laboratorium tempat kamar kerja Profesor pun jantungnya berdegup kian cepat. Ada apa gerangan? Apakah Profesor telah menyadari bahwa formula cairan kuningnya tempo hari lenyap? Apakah ia telah menguji formulanya dan tahu bahwa itu cuma campuran sirup biasa yang kubeli di kantin? Apakah ia tahu bahwa kekuatan formula itu kini ada dalam diriku? Kalau jawabannya "ya", tentu luapan marahlah yang akan kuterima. Bahkan mungkin juga sanksi-sanksi atau lebih buruk lagi... Oh... Kim So Eun menghentikan pikiran-pikiran yang membuat langkahnya kian perlahan surut, dan ragu saat jarak semakin dekat ke laboratorium.
Tok... tok.. tok...
"Masuk!" terdengar suara menyilakan yang tegas seperti mencerminkan suasana hati si empunya suara yang sedang marah
Pintu berderit, kepala Kim So Eun menyembul dengan mata takut-takut.
"Selamat siang. Prof," sapanya gemetar.
"Duduk!"
"Ya, Prof." Kim So Eun duduk di kursi tepat di depan meja Profesor.
Di meja besar berwarna coklat itu ada tabung berisi cairan kuning. Kim So Eun yakin, itu adalah cairan sirup yang dipakainya untuk mengelabui Profesor. Untuk mengganti formula rahasia yang tumpah lantaran lemparan bola basket tak terduga tempo hari.
"Kau masih ingat bahwa tiga minggu yang lalu kau kuberi tugas untuk menjaga lab ini?" Profesor mulai menginterogasi.
"Ya, Prof."
"Dan membantu mengadakan percobaan untuk menyempurnakan formula saya?"
"Ya, Prof."
"Lalu, apa artinya ini?" suara Profesor terdengar agak bergetar waktu mengucapkan kalimat terakhir itu seraya mengacungkan tabung berisi cairan sirup kuning itu ke dekat Kim So Eun. Kim So Eun tertunduk, tak punya nyali untuk menatap wajah sang Profesor yang sedang marah.
"Kau telah mempermalukan saya, Kim So Eun di depan para cendekiawan ulung. Saya membawa formula istimewa yang ternyata cuma... sirup?" desis Profesor.
"Ma... maaf, Prof...." Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Kim So Eun.
"Maaf? Itu yang akan kaujadikan pertanggungjawabanmu atas hilangnya formula saya?" nada suara Profesor meninggi. "Bertahun-tahun saya habiskan waktu untuk membuat formula itu, dan kini setelah kauhilangkan kau cuma bilang 'maaf’?"
Kim So Eun menggigit bibirnya.
"Prof... apakah tidak ada catatan rumusnya?" tanyanya takut-takut.
"Saya tidak buruh nasihatmu! Seorang ilmuwan punya daya ingat yang cukup baik, kau tahu itu, bukan? Jadi catatan itu adalah hal yang tak perlu dan membuang-buang waktu saja!" ujar Profesor seperti bergumam
"Jadi... formula itu bisa Anda buat lagi, kan, Prof?" usul Kim So Eun penuh harapan. Profesor diam.
"Sebetulnya apa yang terjadi, Kim So Eun?" suara Profesor kali ini agak melunak. Seolah sadar bahwa tidak mencatat rumus adalah keteledorannya sendiri dan oleh karena itu kesalahan tak dapat sepenuhnya ditumpahkan pada Kim So Eun.
"Sore itu... kaca jendela terlempar bola basket. Prof, dan saya sedang memegang tabung itu tepat di balik jendela," cerita Kim So Eun tanpa merinci siapa yang melempar bola nyasar tersebut.
"Lalu?"
"Saya takut Profesor marah... waktu itu kita sedang bersiap menghadapi Ujian tengah semester. Saya takut diskors, takut. Prof... karena itu saya masukkan sirup kuning dalam tabung yang sama...."
Profesor geleng-geleng kepala, mengurut dadanya, dan mencoba bersabar. Tidak mencatat rumus... yah, itu memang kesalahannya. Tapi kalau formula itu benar sukses, tentu ada pengaruhnya atas diri Kim So Eun sekarang. Sebab cairan formula akan menguap bila keluar dari tabung dan berada pada suhu tertentu. Orang yang menghirupnya pasti terkena pengaruhnya.
" Kim So Eun, apakah kau merasa ada perubahan dalam dirimu setelah kejadian itu?" tanya Profesor penuh harap.
Kim So Eun terdiam. Otaknya bekerja. Kalau ia menjawab "ya", tentu Profesor akan berusaha membuat formula itu lagi. Padahal... formula seperti itu cukup membahayakan seseorang. Tidak secara langsung, tapi perlahan-lahan bisa membuat seseorang merasa berkuasa lalu bertindak sewenang-wenang. Apalagi kalau sampai ke tangan penjahat. Wah... bisa kacau dunia, pikir Kim So Eun.
Lagi pula, kalau Profesor mengetahui bahwa formulanya tak berguna alias gagal, tentu ia tak begitu menyesal dan tak begitu marah padaku, pikir Kim So Eun lagi. Perlahan kepalanya bergerak menggeleng dua kali.
"Tidak? Kau yakin? Tidak mengalami hal-hal aneh?" desak Profesor tak percaya.
"Tidak, Prof, saya sehat-sehat saja."
"Aneh," gumam Profesor. "Pasti ada yang salah. Saya sudah mencobakannya pada tikus, ternyata hasilnya tak sama dengan manusia, berarti formula saya belum sempurna....
Teng... teng... teng...
Bel berbunyi memanggil siswa-siswa untuk kembali ke kelas masing-masing.
"Maaf, Prof, saya harus kembali ke kelas," pamit Kim So Eun sambil segera berlalu dari ruangan Prof. Kang Ji Hwan.
Sementara sang Profesor sudah tak mengacuhkannya lagi malah asyik mengaduk-aduk laci mejanya. Mungkin mencari beberapa data yang bisa mengembalikan ingatannya akan rumus formula ajaib itu.
Aku tak akan menggunakan formula itu lagi... janji Kim So Eun dalam hati sambil melangkah ke kelas. Untung Profesor tidak mengenakan sanksi atas kelalaianku menjaga formulanya. Dasar Profesor, makhluk genius yang sulit diterka.
"Hei! Hati-hati kalau jalan!" teriak Moon Geun Young marah waktu Kim So Eun tak sengaja menyenggol lengannya. Kim So Eun menatap Moon Geun Young dengan kesal. Anak satu ini, mau macam-macam lagi? Alangkah lucunya jika tiba-tiba Moon Geun Young terpeleset lantaran kulit pisang itu, pikirnya waktu melihat sehelai kulit pisang di tong sampah.
Kim So Eun berusaha berkonsentrasi, membayangkan kejadian lucu itu. Tapi kulit pisang tetap pada tempatnya dan Moon Geun Young juga tak terpeleset, bahkan masih menatapnya dengan mata melotot. Sekali lagi Kim So Eun mencoba...
"Apa? Mau menantangku lagi, ya?!" seru Moon Geun Young dengan hati kebat-kebit, sebab sebetulnya ia masih takut berhadapan dengan Kim So Eun. Kejadian-kejadian beberapa hari lalu masih membekas di ingatannya dan malunya belum lagi usai.
"Eh... tidak. Maaf," ujar Kim So Eun sambil segera melanjutkan langkahnya.
Aneh, formula itu tidak lagi bekerja. Sudah habiskah kekuatannya dalam tiga minggu ini? Kim So Eun mencobanya lagi waktu melintasi kelas anak-anak baru. Ada pot-pot bunga berjejer menghias serambi kelas. Dicobanya untuk menggeser pot-pot tersebut dengan mengandalkan daya konsentrasi dan kekuatan formula itu. Gagal!
Kim So Eun menghela napas. Jadi hanya tiga minggu saja. Tak apalah... toh aku telah berjanji untuk tak menggunakannya lagi. Tapi mungkin kini aku benar-benar tak punya kebanggaan lagi. Setelah Kim Bum meninggalkanku, kini kekuatan formula yang menimbulkan kepercayaan diriku pun ikut-ikutan mengucapkan selamat tinggal padaku, bisik hati Kim So Eun agak resah.
Sepasang mata mengawasi sejak tadi dari belakang.
"Kim So Eun..." Kim So Eun menoleh, dilihatnya senyum mengembang di bibir Kim Bum.
"Hai...," sahut Kim So Eun jengah dan cepat membalikkan wajahnya dan memasuki kelasnya. Hari-hari panjang dan menjemukan akan berulang lagi kini, pikir Kim So Eun. Aku kembali menjadi Kim So Eun yang pemalu, rendah diri, dan lamban. Dan julukan "itik dungu" pun kembali akan kusandang...
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar