Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 28 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 23)



Sebagaimana biasanya, Kim Bum separuh berlari menaiki tangga menuju fakultasnya. Tangga yang berbelok melengkung itu telah dikenalinya seperti telapak tangannya sendiri. Maka setelah undakan yang kesekian, dia tahu sudah sampaikah dia.

Baru sebagian undakan yang diinjaknya, Park Ji Yeon menghadang.

"Hai."

Park Ji Yeon membalas dengan senyum.

"Semakin cantik saja kau," kata Kim Bum. Wajah Park Ji Yeon berseri.

"Lama tidak bertemu, apa kabar Park Ji Eon?" lanjut Kim Bum.

"Seperti yang kau lihat," jawab Park Ji Yeon.

"Seperti yang kulihat, kecuali cantik tidak ada yang berubah." Kim Bum tidak jadi naik. Dia mengiringi langkah Park Ji Yeon begitu gadis itu menarik tangannya.

"Aku barusan dapat surat dari Gwangju," kata Park Ji Yeon.

"Bagaimana kata orang tuamu?"

"Semua lancar."

"Baguslah."

"Terima kasih untuk surat yang kau kirim pada abangku di Incheon," kata Park Ji Yeon.

"Ah, aku tidak pantas menerima ucapan terima kasih ity. Kebetulan aku mengenalnya. Itu saja."

"Berkat bantuanmu maka orang tuaku menyetujui pernikahan ini."

"Apa keluargamu masih setia dengan adat menjodohkan anak-anaknya?"

"Maklumlah, Lee Ki Kwang tidak mereka kenal. Tapi, karena kau menulis yang baik-baik tentang Lee Ki Kwang pada abangku di Incheon, dia jadi pendukung pernikahan kami."

“Hmmm, lumayan juga.”

"Lee Ki Kwang sangat berterima kasih. Sayang dia belum bias bertemu denganmu. Dia sedang pulang ke rumah orang tuanya.”

"Kapan dilangsungkan?" tanya Kim Bum.

"Secepatnya. Menunggu orang tuaku. Kau harus datang, Kim Bum. Harus!"

"Aku pasti datang. Tapi, ada syaratnya."

"Apa?"

"Kalau anakmu lahir, dia harus memanggilku ‘Paman’."

Park Ji Yeon mengikik.

"Bagaimana bayi bisa bicara?" katanya.

"Kalau sudah besar tentunya. Dia harus memanggilku Paman. Paman Kim Bum. Kedengarannya bagus."

“Beres.”

"Eh, begitu yakinnya? Apa sudah dititipi Lee Ki Kwang?"

"Kurang ajar!" Park Ji Yeon memukul punggung Kim Bum. Tetapi, sebelum terkena pukulan, Kim Bum sudah mengelak dan berlari. Dia cuma meninggalkan tawanya yang keras.

Park Ji Yeon menghela napas sebelum kemudian tersenyum. Kim Bum masuk ke ruang kerja Mrs. Son Ye Jin. Dosen itu masih menyelesaikan hasil-hasil riset yang mereka laksanakan tempo hari.

"Lama tidak muncul. Ke mana saja kau?" sambut Mrs. Son Ye Jin.

"Baru empat hari bolos, sudah dibilang lama."

"Iya, tapi kerjaan menumpuk."

Kim Bum membuka map-map dan mulai bekerja. Mrs. Son Ye Jin mengangkat berkas-berkas kertasnya dan pindah duduk di samping Kim Bum.

"Kim Bum," katanya berbisik, "Saya sudah memutuskan," lanjutnya.

Kim Bum menoleh cepat. Mrs. Son Ye Jin memainkan pulpennya yang tertutup di pipi Kim Bum. Menggores-gores.

"Saya akan menikah dengan Mr. Jang Hyuk," kata Mrs. Son Ye Jin.

Kim Bum termangu. Mrs. Son Ye Jin melihat kekosongan di mata pemuda itu.

"Bagaimana pendapatmu?"

"Pendapat saya?" kata Kim Bum terpatah-patah. "Apa yang harus saya katakan?"

"Kau banyak membaca buku-buku. Pengetahuanmu luas, otakmu cerdas. Sekarang, bagaimana pendapatmu untuk keputusan saya ini?"

Kim Bum terdiam. Lama. Cuma suara helaan napas mereka yang terdengar di ruangan itu. Mrs. Son Ye Jin memperhatikan mata pemuda itu. Mata yang termangu. Hidungnya, dagunya, bibirnya menunjukkan kekukuhan. Maka Mrs. Son Ye Jin menarik napas.

Pelan-pelan Kim Bum mengalihkan ketermanguannya, dan memandang lurus ke mata Mrs. Son Ye Jin.

"Saya kira itu memang keputusan yang tepat untuk anda, Mrs. Son Ye Jin. Walaupun mungkin tidak tepat untuk saya. Tetapi, yang harus memilih kan anda Mrs. Son Ye Jin, bukan saya."



Mrs. Son Ye Jin merekam suara yang murung itu diam-diam.

"Ya, lebih baik keluar dari mimpi untuk hidup dalam relita. Seindah-indahnya mimpi, akan lebih baik realita bagaimanapun buruknya."

"Ya," desah Mrs. Son Ye Jin.

"Dan, realita yang anda pilih bukanlah buruk. Itu juga bisa indah nantinya. Tergantung bagaimana anda menikmatinya."

"Ya." Berdesah lagi bibir perempuan itu.

"Apa yang kurang pada Mr. Jang Hyuk? Tidak ada. Kecuali masa lalunya yang tidak berkenan dihati anda. Padahal pernikahan itu untuk sekarang dan nanti, bukan untuk masa lalu."

Mrs. Son Ye Jin tak bersuara. Cuma matanya lekat ke bibir yang telah dikenalnya itu. Bibir yang berani menyeruak menerkam bibirnya.

"Tapi," pelan sekali suara Mrs. Son Ye Jin, "apakan kami tidak terlalu tua?"

"Ah, Mrs. Son Ye Jin! Untuk memulai, 'kan tidak ada perkataan terlalu tua?"

Kerut-merut di kening Mrs. Son Ye Jin semakin samar. Kemudian wajahnya kembali cerah.

"Terima kasih, Kim Bum. Terima kasih." Tangannya menekap tangan Kim Bum.

Untuk beberapa saat mereka diam. Kemudian Mrs. Son Ye Jin memecah kebisuan dengan tawa halus.

"Lucu sekali. Saya cuma berani mencari kepastian darimu, Kim Bum. Cuma kau. Saya tidak punya tempat bertukar pikiran. Seluruh persoalan saya selama ini saya pikirkan dan saya pecahkan sendiri. Tapi, untuk masalah ini saya memang sungguh-sungguh merasakan arti pentingnya dirimu.

"Kapan pun saya selalu siap membantu anda, Mrs. Son Ye Jin.”

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...