Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Kamis, 09 Juni 2011

Super Se7en (Chapter 7)



Chapter 7
Pembicaraan Dengan Penjaga

Yesung, Donghae, Eunhyuk, dan Snoppy juga mengalami hal-hal seru. Mereka menyusuri jalan, sambil memperhatikan jejak roda mobil di situ. Sesampainya di rumah tua, mereka melihat pintu pagar pekarangan ditutup. Mereka menyandarkan diri ke pintu itu dan melihat jejak roda yang menuju ke rumah.

"Itu jejak kakiku kemarin," kata Yesung sambil menunjuk. "Dan itu kelihatan jejak kaki-kaki Snoppy. Tapi perhatikanlah, jejak kita terlihat samar karena ada jejak lain di atasnya, Jejak kaki yang lebih besar, dan jejak-jejak lain. Kelihatannya aneh."

"Tampaknya seperti jejak seseorang yang memakai sandal berbentuk bundar," kata Eunhyuk heran. "Siapa yang memakai sandal seperti itu? Lihatlah! Jejak-jejak aneh kelihatan di mana-mana. Seakan-akan orang yang meninggalkan jejak itu sedang berontak! Mungkin karena diseret masuk."

Mereka bertiga bersandar di pintu pagar, sambil memperhatikan jejak-jejak di salju dengan saksama. Mereka mengikuti jejak-jejak itu sampai tidak kelihatan lagi.

"Bisakah kalian melihat, apakah jejak-jejak itu menuju ke pintu depan?" kata Donghae, "Dari sini aku bisa melihatnya. Tapi kalau tak salah lihat, salju di depan pintu itu masih halus. Jadi belum diinjak orang."

"Aku dapat melihatnya dengan jelas dari sini," kata Yesung, "Ayo kita masuk. Lagi pula kita masih harus menanyakan pada penjaga, apakah dia mendengar sesuatu tadi malam, Jadi kita memang harus masuk."

"Apa yang kita katakan nanti, jika dia menanyakan kenapa kita ingin tahu?" kata Donghae.

"Maksudku, jika dia terlibat dalam rahasia ini, dia pasti akan marah jika mengira kita mengetahuinya. "

"Ya, mungkin dia akan marah," kata Yesung. "Kita harus pintar bertanya. Lebih baik kita pikirkan dulu masak-masak."

Mereka berpikir.

"Aku tak tahu cara lain. Bagaimana kalau kita memancingnya saja? Kita tanyakan padanya apakah dia tidak takut kalau ada pencuri," kata Yesung pada akhirnya. "Kita coba saja, barangkali dia mau bicara."

"Baiklah," kata Donghae, "Tapi rasanya, cara begitu kurang meyakinkan. Lebih baik kita masuk saja,"

Snoppy lari mendahului, lalu menghilang di pojok rumah. Mereka mengikuti jejak dengan hati-hati, Mereka melihat jejak sandal bundar tampak di mana-mana, Seakan-akan pembuat jejak itu memberontak, dan meloncat ke sana kemari!

"Jejaknya tidak menuju ke pintu depan," kata Donghae. "Sudah kukira sejak tadi! Jejak-jejak ini mengitari rumah lewat samping. Lihatlah, arahnya melewati pintu samping, tempat si penjaga keluar kemarin. Jejak itu melewati jalan ini, dan menuju pintu dapur!"
"Eh, aneh sekali!" ujar Yesung heran. "Kenapa ada orang yang berjalan melompat-lompat ke pintu dapur, padahal ada pintu depan dan pintu samping? Ya, di sini ada tiga bentuk jejak. Dua jejak sepatu biasa, dan satu yang seperti memakai sandal bundar. Aku tidak mengerti!"

Mereka mencoba untuk membuka pintu dapur. Tapi tak berhasil karena terkunci. Mereka mengintip lewat jendela. Di dapur tak kelihatan ada orang, Yang ada cuma kompor gas, bak cuci piring yang penuh dengan perabotan kotor, serta sebuah ember di dekatnya,

"Rupanya Penjaga itu hanya memakai dapur dan kamar depan," kata Eunhyuk.

Tiba-tiba Yesung berseru, "Awas, itu dia datang.”

Penjaga itu berjalan terseok-seok masuk ke dalam dapur. Ia melihat Yesung, Eunhyuk dan Donghae yang sedang mengintip. Dengan marah, jendela dibukanya.

"Jika kalian mencari anjing, dia ada di pekarangan depan!" teriaknya. "Sekarang pergi dari sini! Aku tidak senang ada anak-anak muda seperti kalian yang bermain di sini. Nanti tahu-tahu kalian sudah memecahkan jendela!"

"Tidak, kami bukan mau bermain-main di sini!" Eunhyuk berteriak agar kata-katanya terdengar oleh bapak tua yang tuli itu. "Kami hanya mau mengambil anjing kami lalu pergi kembali. Maaf, karena dia berani-berani masuk kemari."

"Anda tidak kesepian sendirian di sini?" teriak Donghae. "Tidak takut pencuri?"

"Tidak. Aku tidak takut," seru bapak tua itu agak meremehkan. "Aku punya senjata, tongkat besarku ini, Lagi pula, di sini tak ada barang berharga untuk dicuri."

"Tapi kenyataannya, ada orang yang berjalan menuju pintu belakang!" jerit Yesung, Ia melihat kesempatan untuk membicarakan persoalan jejak rahasia dengan penjaga tua itu, sambil menyelidiki kalau-kalau ia mengetahui sesuatu. Yesung menunjukkan jari ke arah jejak yang menuju ke pintu belakang. Penjaga itu menjulurkan badan ke luar jendela dan memperhatikan jari telunjuk Yesung.

"Itu kan jejak kalian sendiri. Menginjak-injak pekarangan orang tanpa izin!" bentaknya.

"Bukan, itu bukan jejak kami. Saya berani taruhan, pasti ada pencuri atau orang lain datang kemari semalam!" seru Yesung. Mereka bertiga memperhatikan wajah sang Penjaga. Mereka ingin melihat, apakah air mukanya berubah.

"Eh!" teriaknya. "Kalian rupanya ingin menakut-nakuti saya ya!"

"Tidak, saya bukan mau menakut-nakuti!" ­balas Yesung dengan suara nyaring. "Apakah Anda mendengar sesuatu tadi malam? Jika ada pencuri mencoba masuk, apakah anda mendengarnya?"

"Saya ini tuli!" seru Penjaga itu. "Aku tak bisa mendengar apa-apa... eh, nanti dulu. Ya, rasanya aku mendengar sesuatu tadi malam, Tapi aku lupa. Eh, benar juga. Aneh!"

Ketiga remaja yang berdiri di depan jendela hampir-hampir tak bernapas karena terlalu berminat.

"Apa yang anda dengar?" tanya Eunhyuk. Tapi ia lupa berteriak. Karena itu si Penjaga tidak mempedulikannya. Orang tua itu mengerutkan dahi. Wajahnya yang sudah keriput kelihatan semakin keriput.

"Rasanya saya mendengar suara memekik atau bunyi lain seperti itu," katanya perlahan.

"Saya kira telinga saya yang mendengung, Telinga saya memang sering mendengung, Karena itu saya tidak bangun untuk memeriksa, Tetapi tidak ada barang yang dicuri, Juga tidak terjadi kerusakan sama sekali. Jadi untuk apa saya repot-repot? Kalau ada orang mau menjerit, biarlah dia menjerit!"

"Apakah pekikan itu terjadi di dalam rumah?" pekik Yesung.

"Kalau pekikannya terjadi di luar, saya tak mungkin mendengarnya," kata orang tua itu.

"Saya ini sudah benar-benar tuli." Tiba-tiba Penjaga itu mulai curiga. "Ah, kalian ini cuma mau mempermainkan saya. Mau menakut-nakuti orang tua. Kurang ajar!"

"Bolehkah kami masuk dan memeriksa ke dalam?" seru Donghae. Kedua temannya memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Mereka mengharapkan orang tua itu akan mengizinkan, Tapi tentu saja hal itu tidak terjadi.

"Berani sekali kalian ini, meminta masuk!" teriak Penjaga itu. "Saya tahu anak muda seperti kalian ini. Kegemarannya mengganggu orang lain, membuang-buang waktu saya, Sekarang keluar semuanya! Jangan berani datang kemari dengan dongeng tentang pencuri dan sebagainya. Ayo pergi!"

Tepat pada saat itu Snoppy datang berlari-lari. Ia melihat penjaga tua yang sedang marah di jendela, Snoppy meloncat ke arahnya, maksudnya hendak memberi salam, Penjaga itu meloncat mundur ketakutan. Dikiranya Snoppy hendak menggigit. Pak tua itu menjulurkan badan ke luar, dan mengayunkan tongkat hendak memukul. Snoppy mengelak lalu menggonggong.

"Saya ajar nanti anjing kalian!" seru pak tua itu. "Ya, dan kalian juga sekaligus, Berani-beraninya menggoda orang tua. Tunggu saja! Tahu rasa nanti!"

Penjaga tua pemarah itu menghilang, keluar dari dapur.

"Dia pasti akan muncul dari pintu samping," kata Yesung. "Ayo, kita pergi saja. Kita sudah mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui, Lagi pula, suaraku sudah serak karena berteriak-teriak!"

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...