Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 06 Juni 2011

Soulmate (Chapter 10-Tamat)



Kim So Eun mengendarai mobilnya dan keluar apartemen, setelah diantar pulang oleh teman Song Seung Hun. Dia melihat spion beberapa kali untuk memastikan ada mobil yang mengikutinya secara bergantian dangan tanda khusus.

Ia memasuki parkiran mal dengan was-was, lalu mencari tempat parkir yang sudah ditentukan. Kim So Eun keluar mal dan mulai berbelanja. Uangku tidak akan habis kalau hanya untuk membuat mobilku penuh belanjaan....

Pukul dua puluh satu lebih empat puluh lima menit, Kim So Eun mencari tempat parkir yang diinformasikan kepadanya oleh Song Seung Hun. Mobil Kim So Eun sudah ditukar dengan mobil lain yang sama dengan mobilnya. Kim So Eun membuka bagasinya dan memasukkan belanjaan.

Di seberangnya tampak seorang wanita cantik memasuki mobil yang mirip miliknya sambil tersenyum manis. Kim So Eun merasa sedang membunuhnya.

Tidak akan ada korban, semua sudah disiapkan secara baik....

Kim So Eun masuk mobil dan merasa aneh. Ini bukan mobilnya. Semua pintu terkunci otomatis dan tidak bisa dibuka. Kim So Eun panik. Panik adalah penyebab pertama kematian. Sebuah benda berkelip-kelip di bawah setir membuatnya berteriak keras, sambil menggedor kaca. Kim So Eun mengambil sepatunya dan sekuat tenaga memecahkan kaca, tanpa hasil. Kelap-kelip itu semakin cepat dan... blaaar!

Yang dia ingat hanya sosok Song Seung Hun yang berteriak di depan mobil. Semua cepat sekali terjadi dan Kim So Eun merasa melayang, lalu gelap dan sepi sekali....

“Selamat pagi, Kim So Eun.”

Kim So Eun mendengar suara samar-samar. Semua terlihat buram. Kim So Eun berusaha menggerakkan jarinya, sakit luar biasa. Song Seung Hun terlihat samar-samar tersenyum di antara perban-perban di wajahnya.

Kim So Eun memejamkan matanya, sambil terus berusaha untuk mengingat kejadian terakhir. Semua masih gelap samar-samar. Barangkali aku sudah mati....

“Kau lihat aku, Kim So Eun?” suara Song Seung Hun terdengar jauh sekali.

“Sedikit gelap,” Kim So Eun mengerjapkan matanya. “Aku sudah mati?”

“Kau masih hidup.” Song Seung Hun mendekatkan wajahnya, dekat sekali. “Kau koma selama dua hari.”

“Di mana aku?”

“Markas.” Song Seung Hun meneliti telinga Kim So Eun, menyentuhkan jarinya di belakang daun telinga. ”Sakit?”

“Tidak. Tapi, semua badanku sakit.”

“Syukurlah tidak ada cedera kepala. Beberapa tulangmu retak karena terbentur tembok. Kita terhindar dari ledakan. Aku minta maaf, semua jadi kacau. Ada kebocoran rencana, semua jadi tidak terkendali.”

“Di mana Kim Bum?”

Song Seung Hun menghela napas panjang. “Kami mau minta maaf. Tn. Kim Bum....”

“Song Seung Hun....” Kim So Eun merasakan sakit yang luar biasa, saat menggerakkan tangannya untuk menekan tangan Song Seung Hun. Karena, lama sekali Song Seung Hun menggantung kalimatnya.

“Kami minta maaf. Tn. Kim Bum memilih untuk....”

“Dia menyusul Yoon Eun Hye?” Kim So Eun melayangkan pandangan ke arah jendela. Hamparan laut lepas membuat dirinya merasa melayang. “Song Seung Hun?”

“Kami kecolongan. Tn. Kim Bum menjatuhkan dirinya dari atas gedung ini.”

Kim So Eun merasa semua menjadi sepi. Sangat hening....

“Kau janji padaku untuk melindunginya,” Kim So Eun berbisik serak. Dadanya sesak sekali, dan dia hanya ingin menangis.

“Maafkan saya.”

Song Seung Hun menyentuhkan tangannya pada tangan Kim So Eun yang penuh perban. Kim So Eun merasakan pipinya perih sekali. Ada air mata yang terus mengaliri lukanya. Tapi, luka di hatinya jauh lebih sakit. Kim Bum sudah meninggalkannya.

“Tolong, tinggalkan saya....”

Kim So Eun memalingkan wajahnya ke arah jendela. Hamparan laut lepas sekarang membuatnya sangat ketakutan. Dia melihat dirinya sendiri berkejaran dengan Kim Bum di pantai. Kim Bum tertawa terbahak-bahak, saat Kim So Eun jatuh dan basah kuyup, lalu Kim Bum menariknya untuk berenang ke tengah, ke tengah, dan ke tengah lagi. Dingin... dingin sekali....

Kim So Eun seperti mendengar jeritannya sendiri. Di mana aku? Siapa aku? Mengapa aku? Kim So Eun merasa sudah ikut mati.

“Ahn Suk Hwan sengaja menciptakan gedung dengan kualitas rendah untuk menurunkan Kim Bum dan menggantikannya dengan Jung Il Woo, menantunya yang lain. Tindakan itu diambil, saat Ahn Suk Hwan tahu bahwa Kim Bum dan Yoon Eun Hye sepakat untuk bercerai. Sudah lama Kim Bum ingin menceraikan Yoon Eun Hye dan mencarimu untuk dinikahi. Kim Bum dianggap menantu durhaka tentu saja, orang yang tidak tahu berterima kasih, dan terus menyakiti hati anak kesayangannya, Yoon Eun Hye. Semua kejadian direncanakan oleh Ahn Suk Hwan sendiri. Sekarang semua sudah selesai, Ahn Suk Hwan sudah ditangkap kembali atas banyak tuduhan pembunuhan.”

Kim So Eun terkulai lemah.

Akulah penyebab semua ini. Aku membuat banyak orang terbunuh, dan aku yang menciptakan seorang Ahn Suk Hwan menjadi monster pembunuh.... Seharusnya aku meninggalkan Kim Bum, ketika Kim Bum menikah. Seharusnya aku membuka hatiku untuk Lee Min Ho. Seharusnya aku tidak perlu menjadi katak dalam tempurung cintaku.

Semua sudah selesai, kisah ini sudah selesai, karena Kim Bum sudah menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Kim Bum mati untuk membuatku bernyawa. Karena dia tahu, Ahn Suk Hwan tidak akan mau melepaskanku....

Kim So Eun duduk di mobil dengan kaca gelap, melihat dirinya ikut terkubur dalam peti mati Kim Bum. Tidak ada Yoon Eun Hye dan anaknya di sana, hanya beberapa kerabat Kim Bum dan para petugas kepolisian. Song Seung Hun menyentuh pundak sopir dan mobil berjalan ke luar pemakaman menuju bandara.

“Paspormu dan identitas baru. Kau punya rumah, pekerjaan, dan saudara baru di sana.”

Song Seung Hun memeluknya dan mengantar sampai pintu keberangkatan.

“Terima kasih.”

Kim So Eun memeluk Song Seung Hun erat dan menangis. Alangkah leganya bisa menangis....

“Jaga dirimu, Angel.”

Song Seung Hun menyapanya dengan nama barunya.

Kim So Eun tersenyum kecil. “Aku suka nama Angel.”

“Aku memikirkan nama barumu selama seminggu. Syukurlah kau suka. Pesawatmu akan berangkat.” Song Seung Hun memeluk pundaknya.

“Bagaimana aku menghubungimu?”

“Aku yang akan menghubungimu. Kim Bum beruntung mencintai orang sepertimu.”

Kim So Eun tersenyum kecil, memeluk Song Seung Hun, lalu melangkah masuk pesawat, duduk di samping jendela dan menge¬ratkan sabuk pengaman. Akan lebih dari sepuluh jam perjalanan menuju negara barunya.

Akhirnya aku punya waktu panjang untuk tidur.

Hari baru telah menungguku....


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

2 komentar:

  1. yaaaaaaaaaaHHH kim bum diE....dhal awalnya so swiit..hehehew

    BalasHapus
  2. ceritanya seru!!! awalnya so swiit banget tapi akhirannya sedih !?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...