Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Selasa, 14 Juni 2011
Cinta Yang Terpilih (Chapter 1)
Awal
Kim So Eun membuka mata. Temaram bias malam menyambutnya. Dia menghela napas panjang. Berapa lama aku tertidur? Lalu didengarnya dengkur halus di sisinya. Sesosok tubuh masih tertidur pulas. Dadanya yang terbuka tampak bergerak naik-turun, seirama alunan napasnya.
Kim So Eun menelusuri raut wajah itu. Wajah memikat. Dan, mata yang terpejam itu, betapa menyimpan tatapan sempurna! Menabur sejuta pesona, sekaligus jerat yang tak terelakkan! Kim So Eun terpaku dalam diam. Perlahan, jemarinya membelai dahi pria di sampingnya dengan lembut.
Detik berikutnya, kelopak mata di bawah alis itu terjaga. Kim So Eun bergerak mencari tombol lampu, tapi sebuah rengkuhan menghentikan gerakan tangannya. Dalam sekejap, Kim So Eun sudah berada dalam sebuah dekapan yang kokoh.
“Jangan dinyalakan, aku masih ingin memelukmu dalam gelap.” bisik Lee Min Ho, merangkulnya erat.
“Malam semakin larut, sudah waktunya kau untuk pulang,” bisik Kim So Eun pelan, melonggarkan pelukan.
“Jam berapa sekarang?” suara Lee Min Ho terdengar malas.
“Hampir tengah malam.”
Pelukan Lee Min Ho terlepas dalam satu gerakan, lalu terdengar lenguhan dalam nada penuh keluhan. “Selarut itukah?”
“Ya,” jawab Kim So Eun, sambil menekan tombol lampu. Kali ini Lee Min Ho tak menahan gerakan tangannya. Dan, cahaya membias terang.
“Mengapa waktu berlalu begitu cepat ketika bersamamu? Membuatku selalu kekurangan waktu, bagai orang yang dahaga.”
“Kalau begitu, pergilah ke kamar mandi. Hilangkan dahagamu dan mandilah yang bersih!”
“Mandi katamu? Tengah malam begini? Oh, terima kasih banyak,” tolak Lee Min Ho mentah-mentah, sembari meraih kemeja di sandaran kursi.
“Aroma tubuhku melekat di tubuhmu, itu bisa memancing kecurigaan Park Min Young,” Kim So Eun memperingatkan.
Gerakan Lee Min Ho yang tengah mengenakan kemeja terhenti. Ia berpikir sesaat, lalu dilepasnya kemeja itu. “Apakah semua wanita hamil seperti itu?” keluhnya.
“Hidung dan telinganya mendadak berubah sedemikian peka sehingga bagaikan mengetahui semua yang kulakukan….” Lanjutnya.
Naluri wanita. Kim So Eun berkata dalam hati. Atau naluri janin?
“Mungkin pembawaan bayi dalam kandungannya,” kata Kim So Eun, tanpa nada.
“Ngidam maksudmu? Bisa jadi! Park Min Young jadi serba aneh akhir-akhir ini. Apa pun yang diinginkannya harus tersedia saat itu juga. Apa yang dia minta sekarang harus ada tanpa bisa ditunda lagi,” keluh Lee Min Ho, menumpahkan emosi.
“Kau tahu gaya ngidam-nya yang terbaru?”
Kim So Eun menggeleng pelan. Sebetulnya hatinya nyeri setiap kali mendengar cerita tentang Park Min Young. “Dia ingin naik kapal pesiar ke Eclipse, melihat indahnya pulau Twilight!”
“Oh, apa susahnya? Bukankah ada banyak kapal wisata ke sana?”
“Tapi sayang, lihat apa yang akan terjadi padaku! Tiga malam empat hari aku harus mendampingi Park Min Young di kapal! Kau kan tahu, semenjak hamil, dia rewel luar biasa ….”
“Itu kewajibanmu, bukan? Kehamilannya adalah ‘hasil karyamu’. Jadi, kenapa tidak kau coba menikmatinya sebagai bulan madu kedua?”
“Kalau boleh memilih, aku lebih suka berlayar bersamamu,” bisik Lee Min Ho, sembari merengkuh Kim So Eun yang segera berkelit dan menepis rengkuhan pria itu.
“Sudahlah, cepat mandi, Lee Min Ho. Park Min Young sudah menunggumu di rumah….”
“Tunggu! Ini ide yang bagus! Aku sedang berpikir untuk membawamu serta dalam pelayaran itu,” kata Lee Min Ho, tertawa.
“Apa?” Kim So Eun terlonjak.
“Kau ingin menjadikan aku dayang-dayang Park Min Young? Oh, please, Lee Min Ho, no way!”
“Dengarkan rencanaku,” kata Lee Min Ho, tampak berpikir keras. Sejurus kemudian ia berkata lagi, serius.
“Keikutsertaanmu harus dikemas rapi. Kau bisa tampil tanpa berpotensi dicemburui istriku,” Lee Min Ho menjelaskan penuh semangat.
“Caranya, harus ada seseorang yang mendampingimu, entah sebagai tunangan, pacar, atau apalah! Pokoknya, seseorang yang berperan sebagai pasanganmu!”
“Ide gila! “Jawab Kim So Eun.
“Sama sekali tidak, Kim So Eun. Ini justru ide cemerlang. Suatu permainan yang menggairahkan. Bayangkan, kita berlayar bersama, menikmati cahaya bulan purnama di laut lepas, wow!”
“Maaf, aku tidak tertarik. Lagi pula, pasti tidak akan ada temanku yang sudi ikut berperan sebagai pelengkap penderita dalam permainan sandiwara yang kau buat!” Kim So Eun menolak kesal.
“Tidak masalah. Aku sudah memiliki tokoh utama untuk kamuflase itu.”
Kim So Eun tertegun. “Apa maksudmu?”
Lee Min Ho tersenyum lebar. “Tempo hari, ada seseorang yang kalah bertaruh. Dia berutang padaku dan aku tahu dia sedang tidak memiliki apa pun untuk membayarnya. Jadi, pasti dia mau melakukan apa saja untuk melunasi hutangnya. Apalagi mendampingi gadis secantik dirimu, meskipun hanya sandiwara.”
“Lee Min Ho!”
“Jangan cemas, Kim So Eun. Kau pasti tidak akan kecewa pada penampilannya. Dia tinggi dan tampan. Kalau tidak demi rencana ini terlaksana, aku juga tidak akan rela melihatmu berdampingan dengannya. Apalagi memikirkan kalian harus tidur sekamar!” Lee Min Ho menggelengkan kepalanya.
“Cukup, Lee Min Ho! Hentikan khayalan gilamu itu!” bentak Kim So Eun, habis kesabaran.
“Kau pikir aku ini apa? Menyuruhku berpasangan dengan pria yang tidak kukenal demi mendampingimu pesiar dengan istrimu?”
“Tapi Kim So Eun, aku benar-benar ingin berlayar dan bercinta denganmu di bawah cahaya bulan. Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan seperti ini?” Lee Min Ho merengek manja, seperti anak kecil.
“Kita bisa melakukannya kapan-kapan, Lee Min Ho. Hanya kita berdua,” ucap Kim So Eun, tak tega mendengar keluhan Lee Min Ho.
“Tidak mungkin, Kim So Eun. Kau kan tahu, semenjak hamil, Park Min Young tidak mengizinkanku pergi, ke luar kota sekalipun.”
“Tapi….”
“Sudahlah, kau tidak usah takut. Aktor kita ini bukan seorang pria yang berwatak nakal, apalagi terhadap wanita. Lagi pula, aku akan memberinya persyaratan yang sangat ketat, sehingga kujamin kau aman bersamanya. Dia pasti tidak berani melanggar persyaratanku. Selain itu, bukankah aku berada di kapal yang sama? Aku bisa segera berada di sisimu secepat yang kau inginkan. I will be there for you Kim So Eun!”
“Aku…,” Kim So Eun ragu-ragu.
“Tenang saja. Besok akan kupesan tiket dan kita akan menikmati pelayaran ini seperti bulan madu pengantin baru. Ya?” bujuk Lee Min Ho, dengan tatapan manjanya.
Kim So Eun mengerjapkan mata. Tatapan itu, mengapa ia selalu terjebak di dalamnya? Bagai mangsa yang terjaring laba-laba!
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar