Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Senin, 06 Juni 2011

Love In Vain (Chapter 15-Tamat)



Malam itu dia kembali duduk di bale yang sama. Pernikahannya dibatalkan sepihak. Ayahnya marah. Ibunya juga. Adik-adiknya menggerutu. Keluarga besarnya dibuat terheran-heran. Tapi Jang Geun Suk tidak memberikan alasan pembatalan itu kepada kedua orangtuanya. Bagaimanapun, Jang Geun Suk masih mencintai Kim So Eun, walau kini dengan cara yang berbeda.

“Kupikir, setelah aku bilang begitu, kita tidak bisa duduk berdua seperti ini lagi.”

Jang Geun Suk menggali dan lalu menggenggam penuh bebutiran pasir pantai di tangannya, “Aku hanya butuh waktu. Kupikir aku masih mencintaimu.”

“Tapi kau tidak mungkin bisa melamarku lagi,” Ujar Kim So Eun, “setelah apa yang barusan kau lakukan.”

“Tapi aku bisa mengajakmu kawin lari,” lalu Jang Geun Suk tertawa dan menambahkan, “Bercanda.”

“Kau tidak akan percaya bahwa hari ini aku begitu bahagia.” Setelah berkata begitu, dia lalu menemani Jang Geun Suk duduk di pasir pantai, kemudian dia memejamkan matanya. Angin laut menyapu poninya. Wajahnya berbinar bahagia.

“Karena batal menikah denganku?” Jang Geun Suk terdiam sejenak, “Sejujurnya, aku tidak menyangka harus kehilangan seseorang sesempurna dirimu.”

“Aku pernah kehilangan seseorang yang sempurna. Bahkan hingga kini, dia masih begitu sempurna.”

Jang Geun Suk menatap mantan kekasihnya itu lekat. Dia tidak tahu kekecewaan apa saja yang pernah menghiasi mata Kim So Eun sebelum masa delapan tahun perkenalan mereka.

“Aku pernah memiliki kekasih. Begitu mirip denganmu. Kalian seperti pinang dibelah dua.” Kim So Eun lalu mengambil sebuah foto dari dompetnya, “Namanya Kim Bum.”

“Kami saling mencintai dan kami telah bertunangan. Beberapa saat sebelum pernikahan kami, aku mencoba jujur padanya,” Kim So Eun terdiam sejenak, “seperti apa yang kukatakan padamu tadi, bedanya, saat itu aku belum menderita HIV ataupun AIDS.”

“Lalu?”

“Dia bilang, karena itu, dia tidak bisa mencintaiku.”

Kim So Eun terdiam. Jang Geun Suk merasakan perasaan itu. Sesungguhnya berat baginya untuk memutuskan hubungannya dengan Kim So Eun karena dia tahu dia masih mencintai Kim So Eun. Mungkin hal yang sama dirasakan entah oleh Kim Bum atau Kim So Eun. Atau mereka berdua. Hingga saat ini pada dimensi berbeda. Dimensi jiwa dan dimensi raga.

“Padahal bukan itu alasan sebenarnya,” Kim So Eun mengambil jeda, “Tadi adiknya datang dan menceritakan hal ini padaku. Tentang perpisahan kami dan kecupan Kim Bum di bandara. Kim Bum masih menyimpan cintanya untukku.”

“Lalu apa masalahnya? Bukannya waktu itu kau belum menderita AIDS?”

“Di saat yang sama, sebenarnya dia ingin jujur tentang sesuatu. Waktu yang tidak tepat.”

“Tentang apa?”

“Kim Bum steril. Sindrom klinefelter *). Dia mengecek itu sebelum memastikan untuk menikah denganku. Itu satu-satunya alasannya.”

*) Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada kromosom gonosom. Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak berkembang (testicular disgenesis) sehingga tidak bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul (gynaecomastis) serta payudaranya tumbuh.

Jang Geun Suk menggelengkan kepalanya tidak percaya.

“Seharusnya kami sudah menikah dan hidup bahagia.” Kim So Eun berangan-angan, “Kita tidak mungkin mencintai seseorang jika dia ternyata bukan orang yang tepat untuk kita. Karena mencintai seperti itu adalah hal yang sia-sia. Dia pernah bilang begitu padaku. Ternyata itu ditujukannya untuk dirinya sendiri. Bisa kau bayangkan perasaanku sekarang?” Air mata Kim So Eun membasahi pipinya.

Jang Geun Suk memejamkan matanya. Membaui wangi lautan. Membaui kisah cinta Kim Bum dan Kim So Eun, “Menurutmu apa kita akan selalu memeroleh apa yang kita inginkan di dalam hidup kita?”

Kim So Eun menggeleng, “Justru itu. Aku merasa tidak pernah memperoleh apa yang sesungguhnya aku inginkan.”

“Kau salah, Kim So Eun.” Jang Geun Suk menggumam, “Kau menginginkannya maka sesuatu itu terjadi. Semua berjalan sesuai keinginanmu. Keinginan tiap sel dalam tubuhmu.

Mungkin konyol. Tapi aku selalu mempelajari setiap kegagalan dalam hidupku. Ketakutan-ketakutanku. Hal-hal yang aku sia-siakan. Dan aku menemukan pola. Itulah polanya. Bermimpilah dan gapailah sekuat tenagamu.” Jang Geun Suk lalu menengadahkan kepalanya ke arah langit. Memandangi gugusan bintang yang entah bermuara di sebelah mana.

“Apa semua otak manusia menemukan pola rahasia? Tanpa mereka sadari, pemikiran mereka sebenarnya sama?”

“Kau merasa begitu?” Jang Geun Suk terkesiap. Pemikiran mereka memang hampir selalu mirip.

“Apa jika besok aku mati, akulah yang menginginkan kematian esok hari itu?”

Jang Geun Suk mengangguk, “Kau yang menginginkannya.”

“Jadi aku tidak perlu takut mati?”

“Kau bahkan tidak perlu takut terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi.”

Mereka terdiam dan lalu menuliskan sesuatu di pasir pantai.

Di pagi yang buta.
Menunggu seseorang membawa cinta.
Sadarkah kau,
Pada kenyataannya,
Aku menjelaskan semua ini
Karena setiap rincian kisah ini
Berhubungan dengan kesulitanku.


Tamat
Copyright Sweety Qliquers

1 komentar:

  1. Percakapan di chapter 15 dalem banget. Aku nangis terus dari tadi. Kim so eun cinta bgt ya kayaknya sama kim bum. Bagus thor. Kalo bisa bikin lanjutannya. Aku mau tau kim bum akhirnya gimana. Gomawo

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...