Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Selasa, 28 Juni 2011

Love Story In Beautiful World (Chapter 21)



Kampus selama ini adalah tempat yang menyenangkan. Di sini, kegelisahan-kegelisahan bisa teredakan. Di sini, frustrasi-frustrasi diendapkan. Tetepi, keteduhan di bawah pohon-pohon cemara kini tak mampu menampung keresahan-keresahan yang timbul. Tak mampu meredakan kemurungan Kim Bum. Kim Bum merasa semakin tersingkir, kian merasakan kesendiriannya.

Hanya Mrs. Son Ye Jin yang layak diingat sekarang. Dan, sore itu mereka hanya berdua di rumah Mrs. Son Ye Jin. Mereka menyusun hasil-hasil angket mahasiswa dalam sistematika metode riset.

"Mrs. Son Ye Jin," kata Kim Bum.

"Hmmm." Mrs. Son Ye Jin tetap asyik membuat grafik.

"Anda mengira Park Ji Yeon pacar saya?"

"Sudah lama saya tahu."

"Dia bukan pacar saya. Sungguh!"

Mrs. Son Ye Jin mengangkat kepalanya dari kertas-kertas yang sedang ditekuninya.

"Kenapa memangnya kalau pacarmu?" katanya.

"Kalau bukan, kenapa saya harus mengakuinya?"

"Setiap kau ganti pacar, saya selalu tahu."

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Saya selalu memperhatikanmu."

"Ha?"

Mrs. Son Ye Jin sadar telah kelepasan bicara. Pipinya memerah. Dia kembali meneliti kertas-kertas di hadapannya.

"Kenapa anda selalu memperhatikan saya?"

"Karena kau brengsek," kata Mrs. Son Ye Jin.

Kim Bum berdecak.

"Kalau begitu, kenapa sekarang anda tidak tahu Park Ji Yeon bukan lagi pacar saya?"

"Putus lagi?"

"Bukan putus. Memang di antara kami tidak ada apa-apa."

"Ah, kau memang playboy."

"Dia akan menikah. Dengan Lee Ki Kwang." Mrs. Son Ye Jin melirik.

"Kau patah hati?"

"Saya tidak tahu."

Ruangan itu sepi kembali. Kim Bum membuat klasifikasi data riset. Tetapi, pikirannya tidak bulat ke pekerjaannya. Wajah Mrs. Son Ye Jin sebentar menarik matanya. Maka akhirnya Kim Bum menghentikan penyusunan data itu.

"Jadi," katanya, "selama ini anda memperhatikan saya?" Mrs. Son Ye Jin menatapnya.

"Karena saya membencimu!" katanya sembari memukul penggaris plastik.

Kim Bum menangkap penggaris itu. Mrs. Son Ye Jin menariknya. Dengan tangan yang satu lagi, Kim Bum menangkap tangan perempuan itu.

"Ah, lepaskan!"

"Saya malah mencintai anda."

"Ah, apa kau sudah gila!"

"Iya, tergila-gila."

Cekalan Kim Bum bertambah kuat. "Lepaskan, Kim Bum!"

Kim Bum malah menariknya lebih kuat sehingga Mrs. Son Ye Jin terangkat dan jatuh di dada Kim Bum.

"Jangan, Kim Bum. Lepaskan!"

"Saya tidak bohong! Saya mencintai anda, Mrs. Son Ye Jin." Ciuman Kim Bum singgah di pipi Mrs. Son Ye Jin. Perempuan itu meronta.

"Jangan bicara soal cinta," kata Mrs. Son Ye Jin terengah.

"Kenapa jangan? Ini kenyataan. Anda mau mengingkari ini?"

Mrs. Son Ye Jin tetap memberontak dan ingin lepas dari pelukan Kim Bum.

"Sudahlah, Kim Bum. Lepaskan tanganmu ini. Kerja kita tidak selesai nanti."

"Biarkan saja! Saya tidak peduli dengan pekerjaan ini!" Rambut Mrs. Son Ye Jin bergesekan dengan wajah Kim Bum. Kim Bum membenamkan wajahnya ke dalam rambut yang legam itu.

"Ah!" keluh perempuan itu.

"Saya mencintai anda. Kenapa kita harus mengingkari ini?" gumam Kim Bum.

Mrs. Son Ye Jin tak meronta lagi. Dia mengusap kepala Kim Bum.

"Kau odipus kompleks*)," katanya.

*) Kompleks Oedipus (Oedipus complex) dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual di masa anak-anak saat anak dari kedua jenis kelamin menganggap ayah mereka sebagai musuh dan saingan dalam meraih cinta secara eksklusif dari ibunya. Nama ini diambil dari mitos Yunani tentang Oedipus, yang tanpa diketahui membunuh ayahnya, Laius, dan menikahi ibunya, Jocasta.

Pada masa selanjutnya, Freud sedikit mengubah pandangannya dengan mengatakan bahwa untuk anak laki-laki sudah ada sejarah identifikasi dengan ayahnya, yang tidak menyertakan persaingan dengannya. Lebih jauh, untuk anak perempuan Freud beranggapan bahwa hubungan dengan ibunya sebagai sangat penting untuk memahami perkembangan psikoseksualnya, yang mempengaruhinya dalam memasuki kompleks oedipus.

Menurut A. Kasandra, psikolog, kecenderungan pria yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua darinya, terobsesi karakter ibunya. Kemungkinan sejak kecil si pria tersebut memiliki kedekatan secara emosional terhadap figur seorang ibu. Sehingga, secara tak langsung, alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan sang bunda.

Kim Bum mengangkat kepala cepat-cepat. "Kenapa odipus? Saya mencintai Anda, apa salahnya?"

"Karena itulah. Kau mencintai perempuan yang jauh lebih tua darimu.”

"Siapa bilang anda tua?"

Mrs. Son Ye Jin mendorong kepala Kim Bum, dan pelan-pelan berkata, "Kelihatannya aku tidak berbeda dengan teman-teman mahasiswimu. Tapi, kau tahu berapa usiaku?"

Kim Bum diam.

"Dan kau, berapa usiamu, Kim Bum?" Kim Bum tak menjawab.

Mrs. Son Ye Jin memegang wajahnya dan bertanya lagi, "Berapa, Kim Bum?"

"Dua puluh lima," kata Kim Bum kemudian.

"Nah, aku sudah tiga puluh dua."

"Kenapa itu harus dipersoalkan? Ketika Demi Moore menikah dengan Asthon Kutcher….. "

"Kita bukan selebritis, Kim Bum." Mrs. Son Ye Jin memutus.

"Tapi kalau saling mencinta?"

"Kau sudah belajar psikologi. Seharusnya kau tahu bahwa cinta di antara orang-orang yang usianya jauh berbeda, merupakan kelainan jiwa."

Kim Bum terdiam. Tetapi, tetap dirasakannya tangan Mrs. Son Ye Jin mengelus-elus rambutnya.

"Mungkin saya memang mencintaimu, Kim Bum," kata Mrs. Son Ye Jin pelahan. "Bagi saya, kau seperti orang yang muncul dari masa lalu yang tidak sempat kurasakan. Tapi, saya tidak mungkin mengembangkan perasaan ini. Sekalipun saya tetap akan berterima kasih padamu sebab kau telah menghidupkan gairah-gairah untuk hidup. Kau telah mencairkan kebekuan yang membalut saya selama ini." Mrs. Son Ye Jin mendekatkan wajah Kim Bum sehingga pipi mereka bersentuhan. "Baiklah, saya beri tahu kenapa diam-diam saya selalu memperhatikanmu. Kau saya lihat sebagai mahasiswa ideal yang saya impikan sejak saya kuliah. Kau brilian dalam studi, tapi tetap hangat sebagai lelaki. Kau tidak dingin karena buku-buku di perpustakaan. SAya membenci keliaranmu bercinta, tetapi dalam hati saya mengagumimu. Kehidupanmu hangat dan otakmu cemerlang. Itulah nilai lelaki yang saya rindukan untuk datang dalam hidup saya. Tetapi, saya ternyata tidak memperolehnya. Buku, cinta, dan pesta adalah kehangatan masa muda di kampus yang saya impikan. Dan, saya tidak bisa menemukan ketiganya dalam diri lelaki yang saya kenal di masa muda saya. Ada yang memeluk bukunya, tetapi lupa pada dua lainnya. Ada yang rajin bercinta, tetapi berotak keledai. Ada yang suka pesta, tetapi mengantuk pada waktu kuliah."

Kim Bum merasakan debur-debur jantung Mrs. Son Ye Jin yang rapat ke dadanya.

"Saya temukan kau setelah masa lalu saya berlalu. Saya mencintaimu, tetapi dalam bentuk cinta yang platonis*). Cinta yang muluk yang tidak mungkin dicapai dalam kenyataan. Sebab, untuk mencintaimu, saya harus memindahkan diri saya ke masa lalu. Padahal itu tidak mungkin bertahan." Mrs. Son Ye Jin merenungi mata Kim Bum.

*) Cinta Platonis,
Sebuah keadaan ketika kau mencintai seseorang…saat perasaan tersebut begitu sulit untuk dibahasakan lewat kata…bahkan terlalu rumit untuk dibayangkan…

Saat kau tidak merasa perlu dirinya tahu bahwa kau mencintainya karena kau tidak ingin dia merasa terganggu dengan keberadaan dirimu,

Saat kau tidak berharap dia membalas cintamu karena kau sudah cukup bahagia dengan bisa mencintainya saja,

Saat kau tidak merasa perlu memiliki dirinya karena kau begitu mencintainya hingga kau ingin melihatnya mendapatkan kebebasan untuk memilih siapapun untuk dicintainya,

Saat kau tidak merasa takut akan kehilangannya karena kau tahu bahwa kau tidak pernah memilikinya dan kau tetap bisa mencintainya,

Saat kau merasa rela untuk melakukan apa saja demi kebahagiaannya karena kau akan sangat bahagia berkali-kali lipat ketika melihatnya bahagia,

Saat kau merasa sangat sedih ketika melihatnya bersedih karena kau merasa sebagian jiwamu ikut hancur dalam genangan air matanya,

Saat kau merasa sakit yang teramat sangat ketika seekor lebah yang
menyengat jari tangannya karena jari tangannya adalah jari tanganmu,

Saat kau merasa mengantuk ketika kelopak matanya tertutup saat dirinya
terlelap karena kau merasa bahwa kau adalah bagian dari dirinya,

Saat kau merasa tidak mampu lagi untuk memikirkan dirimu sendiri karena
kau terlalu sibuk untuk memikirkan segala sesuatu tentangnya karena
hidupnya adalah hidupmu,

Cinta yang menjadi sebuah ironi… begitu tulus namun sangat menyedihkan

Lama mereka cuma bertatapan. Lalu, "Ciumlah saya, Kim Bum," desah perempuan itu.

Kim Bum merangkulnya.

"Ciumlah untuk masa lalu," kata Mrs. Son Ye Jin. Matanya mengaca. "Dan, kita hidup di masa sekarang. Bukan begitu, Kim Bum?" Suaranya lunak.

Tanpa sadar Kim Bum mengangguk.

"Saya menyesal karena telah menghambat studimu. Kau mau memaafkan saya, Kim Bum?"

Jawaban Kim Bum adalah ciuman.

"Sudahlah, Kim Bum, kau sudah tahu seluruhnya. Kau sudah tahu saya mencintaimu, tapi tidak mungkin saya teruskan. Kita harus berhenti, dan saya harus mulai berpikir… dunia hari ini adalah hari ini."

"Bagaimanapun saya mencintai anda, Mrs. Son Ye Jin. Anda tidak sama dengan gadis-gadis yang pernah saya kenal. Saya takut pada anda, tetapi ingin mencumbu anda. Saya takut pada kemarahan anda, tetapi saya ingin membujuk anda kalau merajuk. Saya merasa tidak berharga kalau berhadapan dengan anda, tetapi saya merasa sanggup menaklukkan anda. Sebab, ada cinta.”

"Sudah cukup, Kim Bum. Jangan kau teruskan."

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...