Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Senin, 27 Juni 2011
Love Story In Beautiful World (Chapter 11)
Pagi itu dari jendela rumah kontrakannya, Kim Bum sedang asyik memperhatikan burung-burung kecil bertengger di halaman rumah dan menikmati udara pagi yang segar sambil bersiul. Tetapi, keasyikannya di pagi yang cerah itu diganggu oleh derum motor yang memasuki pekarangan.
Kim Bum bangkit. Lee Ki Kwang tergesa men-standard motornya.
"Gawat, gawat, gawat," katanya.
"Cintamu ditolak lagi?"
"Bukan Itu! Ini tentang fakultas kita. Berapa hari kau tidak ke kampus?"
"Ya, berapa hari? Mungkin lima hari atau seminggu."
"Nah, itulah masalahnya."
"Fakultas kita bubar lantaran aku tidak datang?" kata Kim Bum disertai tawa mengakak.
"Ini serius! Di fakultas ada corat-coret dan plakat-plakat."
"Good. Soal apa?"
"Nah, di sini gawatnya. Mungkin kau akan disidangkan."
"Eh, apa-apaan ini?" Senyum Kim Bum menghilang.
"Aku dapat keterangan dari Mr. Jang Hyuk," kata Lee Ki Kwang.
Kim Bum ingat Mr. Jang Hyuk. Lee Ki Kwang asistennya.
"Kau dituduh jadi dalang aksi corat-coret itu," lanjut Lee Ki Kwang.
"Ini gila! Siapa yang bilang?"
"Killer kita."
"Mrs. Son Ye Jin? Kenapa aku yang dituduh?"
"Nah, itulah. Dengar dulu, baru kita pikirkan cara-cara mengatasinya. Mr. Jang Hyuk menyuruhku menemuimu."
"Lalu, Dekan ?"
"Aku belum bertemu dia. Tapi, seperti biasa, tentunya dia ingin cuci tangan. Cari jalan yang paling damai."
Kim Bum menggigit-gigit bibirnya. Memang dulu dia biasa menjadi penggerak aksi mahasiswa. Tetapi, masa sekarang ini tak ada alasan untuk bergerak.
"Apa isi corat-coret itu?" ujarnya.
"Menuntut agar dosen killer dipecat."
"Uf, ini gila!"
"Lebih gila lagi, plakat itu sangat tidak sopan. Ada yang bertuliskan: Carikan Suami untuk Perawan Kita! Perawanku Sayang, Perawanku Terbuang. Dan, macam-macam lagi."
"Ah, itu keterlaluan."
"Ya. Makanya Mr. Jang Hyuk tidak percaya kau dalangnya," kata Lee Ki Kwang.
"Lalu, bagaimana keadaan fakultas?"
"Mrs. Son Ye Jin mendesak agar dewan dosen mengadakan rapat. Dia menuntut agar kau dikeluarkan. Dan, mahasiswa banyak yang mau memanfaatkan situasi ini. Yang membenci Mrs. Son Ye Jin mulai membuat langkah untuk menentangnya.”
"Ah gawat! Bagaimana sikap dosen-dosen?"
"Yang jelas kuketahui cuma Mr. Jang Hyuk. Yang lain tidak tahu. Tapi, situasi fakultas panas sekarang.”
Kim Bum terdiam. Untuk beberapa saat dia berpikir. "Repotnya, biaya untuk riset fakultas kita baru saja datang kemarin. Seharusnya kita segera berangkat," kata Lee Ki Kwang. "Dan sekarang, aku tidak tahu apakah kau masih bisa jadi ketua pelaksana teknis seperti yang direncanakan."
Kim Bum tetap termangu.
"Pendapatmu bagaimana?" katanya kemudian. Lee Ki Kwang mengangkat bahu.
"Barangkali mahasiswa akan berdemonstrasi. Banyak yang mau ambil kesempatan melawan Mrs. Son Ye Jin yang sejak lama mereka benci itu."
"Seandainya kita bisa menemukan siapa pemasang plakat itu," kata Kim Bum. “Mungkin masalahnya akan lebih jelas."
"Tapi, sementara kita mengusutnya, kalau Mrs. Son Ye Jin berhasil membawa masalah ini ke dalam rapat fakultas, kau tidak bisa tertolong lagi."
"Seharusnya rapat itu diusahakan agak lambat, sampai kita bisa menemukan pemasang plakat itu."
"Ya, dengan adanya proyek riset ini aku kira kita bisa mengulur waktu."
"Asal mereka masih mengizinkanku menjadi ketua pelaksana teknis."
"Itu wewenang dekan."
"Kalau begitu, ayo kita ke fakultas. Akan aku hadapi secara Gentleman apa pun yang terjadi," kata Kim Bum.
Mereka keluar rumah. Lee Ki Kwang men-starter motornya.
Sementara memperbaiki letak duduknya di boncengan, Kim Bum berkata, "Gila! Aku sedang asyik pacaran selama beberapa hari ini, kenapa dituduh melakukan sesuatu yang bukan-bukan."
"Aku pernah bertemu Park Ji Yeon. Wajahnya murung," kata Lee Ki Kwang sembari menekan kopling dan memasukkan gigi dua.
Kim Bum tak menanggapi.
Di tengah deruman motor yang meninggi itu, Lee Ki Kwang melanjutkan, "Kaubilang, kau asyik pacaran? Masa dia kelihatan murung."
"Kasihan Park Ji Yeon. Dia gadis baik. Kenapa kautinggalkan dia?"
"Siapa bilang kutinggalkan? Aku cuma cari variasi," kata Kim Bum.
"Kau memang kurang ajar!"
"Kau suka dengannya?"
"Apa kau sudah gila?!" teriak Lee Ki Kwang melawan angin yang menerpa.
Kim Bum tersenyum. Dia mengenang Park Ji Yeon. Gadis yang lembut, patut dicintai. Dia tidak perlu dilepaskan sebab siapa tahu tunangan Kim So Eun datang. Dan, Kim Bum tidak mau ambil resiko. Yang di tangan telanjur lepas, yang dikejar milik orang.
Corat-coret dan plakat-plakat di dinding fakultas telah dibersihkan. Mr. Jang Hyuk memberi isyarat agar Kim Bum mengikutinya. Dia menunjukkan plakat-plakat yang telah dilepas dari dinding.
"Kau kenal tulisan ini?" tanya Mr. Jang Hyuk. Kim Bum menggeleng. Dia meneliti plakat-plakat yang telah dilepas dari dinding itu.
"Mana Mrs. Son Ye Jin?" tanyanya.
"Sudah pergi."
"Saya mau bertemu Dekan."
"Silahkan. Di ruang kerjanya," kata Mr. Jang Hyuk.
Dekan itu mengeluh halus ketika Kim Bum muncul di depannya.
"Apakah anda percaya tuduhan-tuduhan itu?" Kim Bum menerima tatapan lekat dari dekan itu. Lalu Pria itu menggeleng.
"Apakah ini akan mempengaruhi rencana riset kita, Mr. Bae Yong Jun?"
"Saya sudah bicara dengan Mr. Jang Hyuk. Riset tetap berjalan sebagai direncanakan. Tanpa perubahan apa pun. Masalah-masah intern fakultas kita tunda sampai riset ini selesai."
Tidak berkedip mata Kim Bum menatap dekan itu. Samar-samar matanya terasa hangat. Matanya mulai mengaca. Dia melihat kebijaksanaan di wajah dekan itu.
"Terima kasih, Mr. Bae Yong Jun. Teman-teman saya akan mengusut plakat-plakat itu. Saya percaya mereka akan berhasil. Saya berharap, sepulang dari riset, masalah ini akan jelas."
"Ya, saya harap juga begitu. Tapi, selama riset, saya ingatkan agar kau jangan menyinggung perasaan Mrs. Son Ye Jin. Adanya dia dalam rombongan itu sama halnya gunung berapi yang menahan lava. Dendamnya padamu tinggal menunggu saat meledak saja."
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar