Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Sabtu, 10 September 2011

Akhir Cerita Cinta (Chapter 9)



Aku pikir Kim Bum benar-benar akan datang sehari setelah peringatan kematian istri dan anaknya. Namun, sudah hari kedua ia tidak juga datang. Sudah lima hari Kim Bum tidak kembali ke rumah. Aku sangat merindukannya. Aku merindukan hari-hari kami yang penuh ketenangan, walau hanya berdua dengannya. Aku merindukan genggaman tangannya. Kini, ketika aku tahu kebenarannya, aku semakin merindukannya.

Aku berdiri di depan pintu kamar Kim Bum. Ia tidak pernah mengunci pintu kamarnya, namun pintu kamarnya selalu tertutup. Aku memberanikan diri untuk membuka kamarnya. Aroma Kim Bum seperti ada di sekelilingku. Kamarnya tertata rapi. Kulangkahkan kakiku masuk mendekati lemari kecil dekat dengan tempat tidurnya. Aku pikir aku bisa menemukan keterangan lebih jelas mengenai masa lalunya di lemari tersebut, tapi tidak ada sedikit pun keterangan yang menjurus ke sana.

Kubuka lemari pakaian Kim Bum, ada kardus berwarna putih di bagian atasnya. Kardus itu sudah berdebu, jadi aku turun ke bawah untuk membawa lap basah dan membersihkannya. Saat selesai kubersihkan, kubuka tutup kardus tersebut perlahan. Aku tidak yakin apakah ini hal yang benar, mencuri-curi dokumentasi pribadinya tanpa seizin Kim Bum, aku tidak tahu.

Aku pandangi album berukuran sedang berwarna cokelat. Ada banyak kertas berisi tulisan, beberapa CD musik dan dua notes dengan ukuran yang sama seperti ukuran album. Aku tidak mengerti tulisan dalam kertas dan notes tersebut, karena ditulis dalam huruf kanji. Kuputuskan untuk menelepon Ok Taecyeon dan menanyakan padanya tentang isi notes dan kertas-kertas ini.

Sambil menunggu Ok Taecyeon ke atas, aku duduk menyandar pada ranjang Kim Bum dan mulai membuka album fotonya. Semua foto itu adalah foto-fotonya ketika kecil, saat sekolah dasar hingga universitas. Di antara orang-orang yang berada di foto tersebut, aku menemukan satu orang yang selalu ada, seorang gadis yang di foto universitasnya sudah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Di halaman berikutnya aku melihat Kim Bum berfoto berdua dengan wanita tersebut. Di bawahnya ada tulisan dalam bahasa Inggris: ‘What a day with Jung So Min’. Jadi namanya Jung So Min. Aku melihat gambar cangkir berwarna hijau dan ada tulisan ‘Jung So Min’s fav is tea’. Di halaman selanjutnya, mereka berdua dalam kimono yang khas, seperti yang sering kulihat dalam film-film Jepang saat upacara pernikahan.

Jung So Min memakai kimono putih dengan bunga-bunga pink. Rambutnya ditata sedemikian rupa seperti wanita dalam film Memoir of A Geisha. Kim Bum terlihat sangat tampan. Ia memakai kimono berwarna biru tua dan tersenyum. Aku ambil salah satu CD yang berada di kardus tersebut.

Aku berdiri untuk mendengarkan CD tersebut. Begitu kuputar tombol play, lagu tersebut terdengar sangat enak, walaupun aku tidak tahu apa arti liriknya. Ok Taecyeon datang di saat itu juga. Begitu ia mendengar lagu-lagu ini, ia segera tahu siapa yang menyanyikannya. “Aku suka track yang ke-5!” aku membiarkan Ok Taecyeon mendengarnya. Ia bilang lagu ini dinyanyikan oleh Rainbow dengan judul Flower. Mungkin aku menyukainya, karena inilah satu-satunya lagu yang bisa kubaca dalam bahasa Inggris. Tapi, percuma saja, begitu tombol play kutekan, si vokalis malah menyanyikannya dalam lirik Jepang. Di catatan pinggir CD, aku melihat tulisan ‘Jung So Min’s fav’. Ternyata, lagu ini juga lagu favorit mendiang istri Kim Bum.

“Noona, kalau Kim Bum-san tahu barang-barangnya digeledah seperti ini...,” Ok Taecyeon ragu-ragu waktu kuminta membaca notes-nya. Aku segera menyahut, “Biar saja. Dia juga tidak peduli kalau aku menunggunya!”

Ok Taecyeon cukup mahir ternyata. Ia mengartikan dengan baik setiap kata yang terdapat di dalamnya. Ok Taecyeon bilang, ini buku harian milik seorang wanita. Sedangkan kertas-kertas tersebut diberikan oleh seorang laki-laki untuknya.

Ia membaca salah satunya…

Saat gemerisik angin malam bertiup
Mendesah-desah gemuruhi malam
Masih mampu aku mendengar
Meski terkadang samar dan menghilang
Mengembara… mengembang musnah tanpa jawab
Ada sesuatu yang sepertinya harus aku resapi
Sayup cinta yang pernah aku banggakan
darinya…

Telah lama ia pergi
Tak pernah ku terlupa tentangnya
Dan memang tak akan pernah
Entah mengapa…
Selarut ini ingin aku mengurainya
Merangkum segala tentangnya
Mengikat semua yang pernah melekat
Entah mengapa…
Selarut ini hanya ada dirinya
Dan senyumannya

Malam semakin tenggelam
Semakin aku terbenam dalam kenangan
Nada-nada tanya tak henti-hentinya berdendang
Dan tak mampu kusenandungkan jawaban
Tentang alasan terlepasnya sebuah genggaman

Selarut ini…
Aku terbuai dalam keinginan
Terjatuh dilubang kerinduan
Selarut ini…
Kutemukan adanya kilau cinta yang tertinggal
Dari lubuk ini yang masih untuknya

Aku diam mendengar Ok Taecyeon membacanya. Aku juga tidak sanggup membendung lagi air mata yang sudah berhari-hari lalu ingin kukeluarkan. Ok Taecyeon mendekatiku dan memelukku. Kim Bum ternyata sangat mencintainya. Kim Bum sangat mencintai wanita tersebut, sahabat kecilnya. Itulah kenapa ia sulit sekali keluar dari kepedihan hidupnya.

“Apakah salah karena aku mulai mencintai laki-laki ini?”

Berandai-andai Kim Bum akan pulang hari ini rasanya telah menjadi kembang tidurku di siang hari. Aku menyerahkan operasional kedaiku pada Ok Taecyeon, sementara aku selalu duduk di depan jendela lantai atas, menunggu BMW putih Kim Bum pulang.

Aku mulai hidup dalam khayalan. Aku mulai membayangkan Kim Bum pulang dan duduk bersamaku di halaman belakang atau hanya sekadar duduk di sofa sambil menonton TV. Aku mulai membayangkan diriku pergi bersama Kim Bum. Ia menggandeng tanganku dan membawaku ke mana pun aku mau. Aku lebih banyak melamun daripada menyibukkan diri. Aku sudah mendengarkan CD milik Jung So Min yang diberikan pada Kim Bum. Aku memutarnya setiap saat, meskipun aku tidak mengerti artinya.

Aku memakai kimono yang diberikan oleh ibu Kim Bum di dalam rumah. Aku memang tidak bisa memasang obinya dengan baik, yang penting aku memakainya. Aku memakainya menyusuri anak tangga, dan terkadang hingga ke kedai. Ok Taecyeon tahu bahwa aku mulai bertingkah seperti orang gila, tapi aku tidak peduli. Aku pergi ke salah satu restoran Jepang hanya untuk membeli takoyaki. Aku merindukan semua hal yang ia perkenalkan padaku. Namun, lebih dari itu, aku sangat merindukannya, dirinya... sangat.

Aku tahu, saat ini perasaanku sedang kacau dan aku tidak tahu harus lari ke mana. Ok Taecyeon pun bingung untuk menyadarkanku. Terkadang ia mengasihani diriku dan di satu kesempatan ia seperti ingin menasihatiku. Sayangnya, tidak kugubris. Aku seperti orang bodoh, mengetahui bahwa sudah hampir seminggu aku ditinggalkan oleh Kim Bum.

Kini aku merasa sangat sial. Dulu aku ditinggalkan calon pengantin priaku, sekarang aku ditinggalkan oleh teman hidupku. Sungguh menyedihkan.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...