Laman

Silahkan Mencari!!!

I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...

AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...

GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!

Jumat, 16 September 2011

Ketulusan Cinta (Chapter 2)



“Hai, Park Shin Hye, sapa Kim Hyun Joong, sambil melemparkan senyum ramah. Tapi, Park Shin Hye malah melengos. Bagi Park Shin Hye, senyum Kim Hyun Joong lebih mirip seringai lapar seekor serigala rakus.

Kim Hyun Joong memang mata keranjang. Gonta-ganti kekasih, seperti membalikkan telapak tangan. Pernah, ia terang-terangan mendekati Park Shin Hye, padahal saat itu Park Shin Hye punya kekasih. Setelah Park Shin Hye menikah, Kim Hyun Joong ganti mengejar Kim So Eun, sampai Kim So Eun kesal.

“Kita harus bicara, Oppa.” Park Shin Hye mendekati patio, menatap kakaknya dengan pandangan tajam.

Jung So Min melirik Kim Bum. Gadis itu seakan sudah dapat menerka apa yang hendak dibicarakan Park Shin Hye.

“Kau mau bicara apa, Sayang?” Kim Bum bertanya, sambil menatap adiknya dengan sinar mata menggoda.

“Tentang pikiranmu yang tidak beres,” jawab Park Shin Hye, galak.

“Tidak beres?” Kim Bum pura-pura mengerutkan kening.

“Jangan main-main, Oppa! Aku betul-betul mau bicara!”

Kim Bum tertawa melihat Park Shin Hye menghentakkan kakinya. Ia menoleh ke arah Kim Hyun Joong. “Coba kau lihat adikku ini, Kim Hyun Joong. Sudah menikah, tapi manjanya tidak ketulungan. Untung bukan kau yang mendapatkan dia. Kalau kau menikah dengannya, pasti kau akan kerepotan menjinakkannya.”

Kim Hyun Joong tertawa lebar.

“Sssh! Jangan diganggu terus,” Jung So Min menempelkan ujung jari telunjuknya di depan bibir Kim Bum. “Nanti dia marah!”

“Kalau marah kenapa?” Kim Bum meraih jari Jung So Min dan menciumnya dengan lembut.

“Nanti situasinya jadi tidak enak…,” jawab Jung So Min, manja. Wanita itu menyandarkan dagunya ke dahi Kim Bum, sambil matanya melirik Park Shin Hye. Meski ia melarang Kim Bum menggoda Park Shin Hye, sikapnya itu seakan diperlihatkan untuk membuat Park Shin Hye bertambah kesal. Sejak dulu memang begitu. Makin Park Shin Hye memperlihatkan rasa tidak sukanya, semakin atraktif pula Jung So Min memperlihatkan kemesraannya dengan Kim Bum.

Kim So Eun yang baru tiba bersama Nyonya Kim Tae Hee, tertegun melihat kemanjaan Jung So Min. Hati Kim So Eun serasa dicabik-cabik melihat lengan kokoh Kim Bum melingkar nyaman di pinggang Jung So Min, yang duduk berpangku kaki di atas paha kiri Kim Bum.

“Hai, Kim So Eun,” sapa Kim Hyun Joong, genit.

Kim So Eun melengos melihat mata Kim Hyun Joong mengerlingnya dengan tatapa¬n penuh arti. Sudah kesal melihat kemanjaan Jung So Min terhadap Kim Bum, kini ia bertambah kesal melihat ulah Kim Hyun Joong yang menggodanya.

“Apa kabar, Kim So Eun?” Kim Bum menyapa Kim So Eun ramah. “Hari ini kau kelihatan cantik sekali.”

Kim So Eun tersenyum kikuk menanggapi sapaan Kim Bum. Dadanya sempat berdebar saat Kim Bum melontarkan pujian. Tapi, debar itu lenyap, ketika menyadari bahwa pujian Kim Bum hanyalah basa-basi.

Kim Bum tersenyum pada Kim So Eun, yang di matanya memang terlihat cantik. Blus sutra berwarna hijau lembut membuat Kim So Eun tampak anggun. Tanpa sadar, Kim Bum memandangi Kim So Eun.

“Oppa!” jerit Park Shin Hye, kesal. “Aku mau bicara!”

“Kau mau bicara apa?” Kim Bum menatap Park Shin Hye dengan mimik wajah mulai tak sabar. “Kau kan sudah menikah. Kalau mau bermanja-manja, temui Jung Yong Hwa saja.”

“Baik,” kata Park Shin Hye, sambil mendengus kesal. “Karena kau tidak bisa diajak bicara baik-baik, aku akan mengutarakan maksudku di sini saja. Di depan kedua temanmu!”

“Silakan,” Kim Bum menjawab, enteng.

Park Shin Hye menggeretakkan gigi, menarik napas dalam-dalam, sambil matanya menatap Jung So Min dengan pandangan sangat tajam. “Aku tidak setuju kau menikah dengan dia!”

Jung So Min terkejut bukan main. Wajahnya merah padam.

“Jaga mulutmu, Park Shin Hye!” Kim Bum membentak marah. Pria itu lalu menepuk pinggang Jung So Min dengan lembut. Memberi tanda agar gadis itu bangkit dari pangkuannya.

“Aku sudah berusaha menjaga mulutku,” kata Park Shin Hye, ketus. “Kau yang tidak pernah berusaha menjaga sikap.”

“Maksudmu apa?” suara Kim Bum tak terdengar main-main. Tampaknya, dia tidak suka melihat Park Shin Hye mempermalukan Jung So Min.

“Sudahlah, Park Shin Hye…,” Nyonya Kim Tae Hee menarik tangan Park Shin Hye. “Kau tidak boleh bersikap kurang ajar terhadap Kakakmu.”

“Tapi, Kim Bum Oppa sudah bersikap kurang ajar pada Ibu!”

“Jangan begitu, Park Shin Hye. Kakakmu tak pernah kurang ajar pada Ibu,” kata Nyonya Kim Tae Hee, mendinginkan hati Park Shin Hye.

“Dulu memang tidak pernah. Tapi, sekarang? Menyelenggarakan pernikahan tanpa minta izin Ibu lebih dulu, apa itu bukan kurang ajar namanya? Kalau ia sampai menikah dengan wanita ini, nantinya Oppa pasti akan kurang ajar pada Ibu. Belum menikah saja Kim Oppa sudah melangkahi wibawa Ibu, hanya karena ingin menikahi gadis pujaannya ini!”

Plak! Tamparan keras tangan Kim Bum mendarat di pipi Park Shin Hye!

Park Shin Hye mengaduh, sambil memegang pipinya yang merah. Sepa¬sang matanya menatap Kim Bum dengan pandangan berapi-api.

Kim Bum terkejut, menyadari dirinya telah memukul adik kesa¬yangannya. Ia menatap Park Shin Hye dengan menye¬sal. Tapi, sebelum ia mengutarakan permintaan maafnya, tangan Park Shin Hye melayang.

Plak! Ganti Kim Bum yang ditampar oleh Park Shin Hye!

“Aku tidak sudi jadi korban telapak tanganmu!” bentak Park Shin Hye, galak. Ia sama sekali tidak terlihat takut, apalagi menangis. Ia terlalu galak, dan terlalu periang untuk bersikap cengeng di hadap¬an orang lain. Tapi, hatinya hancur karena tidak mengira Kakak kesayangannya akan memukulnya seperti itu.

“Ini semua gara-gara kau!” desis Park Shin Hye, sambil matanya menusuk Jung So Min dengan pandangan tajam. Setelah itu, ia membalikkan tubuhnya untuk kembali masuk ke dalam rumah.

“Ayo, Kim So Eun, tidak ada gunanya kita di sini!” kata Park Shin Hye, sembari memberi tanda agar Kim So Eun mengikutinya. “Aku pulang dulu, Bu!”

Kim So Eun bimbang sesaat. Matanya menatap Kim Bum, berharap agar Kim Bum mengejar Park Shin Hye, menyudahi pertengkaran mereka dengan permintaan maaf. Ia merasa tidak enak melihat pertengkaran kakak-beradik itu, yang baru kali ini terjadi. Tapi, sikap Kim Bum sama sekali tidak menunjukkan untuk mengejar Park Shin Hye. Dengan kecewa, Kim So Eun membalikkan tubuh, mengikuti Park Shin Hye keluar.

“Park Shin Hye…,” panggil Nyonya Kim Tae Hee, bingung. Di satu sisi, ia ingin mengejar Park Shin Hye dan mencegahnya pergi. Di sisi lain, ia ingin membujuk Kim Bum supaya jangan terlalu marah terhadap adiknya. Ia menghela napas kesal, lalu mengejar Park Shin Hye dan Kim So Eun. Namun, sesampainya di beranda depan rumah, bayangan Park Shin Hye dan Kim So Eun sudah tak kelihatan lagi. Ia hanya melihat Lee Hong Ki di posnya, tengah menutup gerbang dengan remote control.

Sepeninggal Nyonya Kim Tae Hee, Jung So Min segera memeluk lengan kokoh Kim Bum, menyandarkan kepalanya di bahu Kim Bum. “Tampaknya, adikmu masih tidak menyukaiku,” katanya, setengah mengeluh.

“Tidak, dia bukannya tidak menyukaimu. Hanya, dia memang agak sulit dimengerti,” Kim Bum mengelus kepala Jung So Min, mencium rambutnya dengan lembut. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Sayang. Tidak akan ada yang bisa menghalangi pernikahan kita.”

“Sungguh?” tanya Jung So Min, sambil menatap Kim Bum.

“Kau tidak percaya padaku?”

“Tentu saja, aku percaya. Hanya, aku agak takut jika setelah menikah nanti, Ibu dan adikmu akan memusuhiku.”

“Mereka tidak akan melakukan itu padamu. Percayalah.”

Kim Hyun Joong melirik sepasang kekasih itu sekilas. Ada kilatan iri di bola matanya, tapi ia menyembunyikannya dengan baik, lalu buru-buru meneguk minumannya untuk menghilangkan perasaan canggung.

Seakan tidak peduli akan keberadaan Kim Hyun Joong, Kim Bum memeluk tubuh Jung So Min lembut. Tubuhnya terasa bergetar diguncang oleh perasaan yang luar biasa setiap kali ia mencium keharuman tubuh kekasihnya. Jung So Min pun menyandarkan kepalanya ke dada bidang Kim Bum dengan bibir tersenyum. Ia pun merasakan kenyamanan setiap kali berada di dalam rengkuhan Kim Bum.

“Ehm!” suara deheman Kim Hyun Joong menyadarkan mereka. Secara otomatis Kim Bum dan Jung So Min sama-sama melepaskan pe¬lukan. “Kita mau jalan jam berapa, Jung So Min?” tanya Kim Hyun Joong.

“Kalian mau ke mana?” Kim Bum bertanya, bingung.

“Ada reuni SMA nanti malam. Kami akan pergi bersama.”

“Wah, jangan membuat aku cemburu, ya,” kata Kim Bum, setengah berkelakar. Sebenarnya, ia sama sekali tidak cemburu pada Kim Hyun Joong. Ia percaya pada Jung So Min. Kekasihnya itu telah mengenal Kim Hyun Joong sebelum mengenal dirinya. Jika Jung So Min menyukai Kim Hyun Joong, ia pasti sudah menjalin hubungan asmara dengan Kim Hyun Joong sejak dulu. Lagi pula, Kim Bum tidak mudah cemburu gelap mata.

“Kalau terlalu sore, nanti kita terlambat,” kata Kim Hyun Joong.

Kim Bum tertawa dan meraih pinggang kekasihnya. “Tampaknya, kau harus segera pergi, Sayang. Tuan Kim Hyun Joong sudah tidak sabar lagi ingin bertemu kekasih lamanya di reuni nanti.”

Jung So Min tersenyum kecil. “Baiklah, kita berangkat sekarang.” Jung So Min melepaskan pelukannya pada Kim Bum, mengecup pipinya sekilas.

“Kuantar kalian sampai ke gerbang,” kata Kim Bum, bangkit berdiri.

“Sampai nanti, Sayang!” Jung So Min melambaikan tangannya. Kim Hyun Joong langsung menginjak gas, dan meluncur pergi.

“Kau keterlaluan, Kim Hyun Joong,” Jung So Min menggerutu, setelah mobil mereka berbaur dengan kepadatan lalu lintas. “Seharusnya, kau tidak mengajakku pulang secara mencolok di depan Kim Bum!”

“Mencolok bagaimana? Kukira, wajar saja kalau aku mengajakmu pulang buru-buru. Tidak salah kan kalau aku mengingatkanmu, supaya kita tidak sampai terlambat?”

“Tapi, aku tidak ingin Kim Bum tahu kalau kita pergi bersama!”

“Itu salahmu sendiri. Tadi aku kan cuma mengajakmu pulang. Sedikit pun aku tidak menyinggung soal reuni. Kau sendiri yang mengatakan bahwa kita akan pergi ke pesta reuni berdua.”

“Itu sudah kepalang basah!” sergah Jung So Min, kesal.

“Ya, sudah. Yang penting dia tidak cemburu,” kata Kim Hyun Joong, tak ingin memperpanjang debat kecilnya dengan Jung So Min.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...