Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Senin, 19 September 2011
Love Diary (Chapter 3)
KIM SO EUN
Cinta kadang-kadang membelenggu, seperti rantai besar yang diikat pada kaki narapidana.
Pada akhirnya Ayah tahu kalau aku kerja sambilan, dan dia tidak marah, justru merasa bangga.
Tentang Song Seung Hun, tak ada yang tahu.
* * *
“Kim Hyun Joong Oppa, orang dewasa itu seperti apa?”
“Mungkin seperti Lee Min Ho atau Park Min Young.”
Lee Min Ho dan Park Min Young itu saudara sepupuku, anak kakak Ayah yang paling tua. Umurnya sekitar dua puluh delapan.
“Atau seperti Bibi Kim Ha Neul,“ pikirku mengingat adik bungsu Ibu, yang umurnya tiga puluh tujuh tahun.
“Ada apa, memangnya?” Kim Hyun Joong heran.
“Tidak ada apa-apa!”
* * *
"Kau yakin mau ikut dengan Bibi?” Bibi Kim Ha Neul bingung.
“Ya, aku mau ikut, Agar aku tahu.”
“Tahu apa? Sudah bilang Ayah dan Ibu?”
“Sudah, yang penting perginya bersama Bibi dan Paman Kang Ji Hwan.”
Kemarin kutelepon Bibi Kim Ha Neul, merayu minta diajak pergi melihat kehidupan orang dewasa. Aku cuma ingin tahu, bagaimana rata-rata dan kira-kiranya kehidupan Song Seung Hun, yang katanya makan malam di hotel, atau sekadar nongkrong di kafe. Aku hanya ingin tahu bagaimana contoh orang-orang di sekeliling Song Seung Hun, entah pria atau wanita.
Dan akhirnya baru pada Bibi Kim Ha Neul aku cerita soal Song Seung Hun, dan dia bengong seperti sudah kuperkirakan sebelumnya.
“Lebih baik jangan!” saran Bibi Kim Ha Neul.
“Tapi janji, jangan bilang siapa-siapa dulu, ya!” pintaku.
“Dia tak akan serius denganmu!”
“Kenapa, Bibi bicara seperti itu!”
“Pada akhirnya kau akan sadar sendiri.”
Akhirnya aku diajak nongkrong di kafe, menikmati musik. Berpuluh orang berlalu-lalang, rata-rata kaum eksekutif muda, pria dan wanita borjuis.
Asap rokok dan cerutu di mana-mana. Bau alkohol menyeruak dari mulut mereka. Lalu mereka mengeluarkan uang dan kartu kredit hanya untuk kesenangan.
Bibi Kim Ha Neul menarikku.
“Kau lihat orang di sofa pojok sana!”
Aku mengikuti telunjuk Bibi Kim Ha Neul.
Ada sepasang manusia, yang pria tampak berumur, yang wanita tampak belia.
“Mungkin seperti kau dan Song Seung Hun.”
Aku diam.
Kemudian sepasang manusia itu saling berpalukan dan berciuman, tak peduli musik atau suara tawa dan hingar-bingar.
Di meja kedua orang itu tampak gelas-gelas minuman yang sudah kosong.
“Ini gaya hidup sebagian orang yang memliki banyak uang,” Bibi Kim Ha Neul berkata.
Tapi aku membela diri.
Mungkin, jika aku berjalan bersama Song Seung Hun, akan tampak suatu kejanggalan. Tapi bedanya, aku wanita baik-baik. Sedangkan wanita yang berciuman itu bisa saja adalah wanita nakal. Lalu permainan mereka akan berakhir di kamar hotel.
Besoknya aku diajak Bibi Kim Ha Neul ke salon, untuk creambath, manicure dan pedicure. Kemudian beli baju di butik, makan siang di restoran mahal. Awalnya aku merasa senang, tapi setelah beberapa kali kujalani, aku mulai jenuh dan muak.
Bibi Kim Ha Neul tersenyum dan berkata, “Jangan mencoba untuk menjadi dewasa sebelum waktunya! Kedewasaan bukan dari gaya hidup, tapi dari pandangan hidup. Kedewasaan bisa diukur dari cara seseorang menyikapi dan menyelesaikan masalah!” begitu katanya.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar