Silahkan Mencari!!!
I'M COMEBACK...SIBUK CUY...KERJAAN DI KANTOR GI BANYAK BANGET...JD G BISA POSTING DEH...
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
AKHIRX OTAK Q PRODUKTIF LAGI BUAT FF BARU...
GOMAWOYO BWT YG DAH MAMPIR & COMMENT
HWAITING!!!
Senin, 19 September 2011
Love Diary (Chapter 1)
KIM SO EUN
Ini hari pertamaku bekerja, ini pula hari pertamaku berbohong pada Ayah, Ibu, dan Kim Hyun Joong, kakakku.
Aku bekerja sambilan sebagai sales promotion girl (SPG) di sebuah perusahaan produsen Mie Ramen Instan terbesar di Korea.
Sebulan yang lalu aku melihat iklan lowongan pekerjaan di sebuah surat kabar, lalu kukirim lamaran, dan tak lama kemudian aku pun mendapatkan panggilan untuk wawancara. Setelah menjalani dua kali tes, aku dinyatakan diterima.
Tapi, aku diam-diam saja, tidak bilang siapa-siapa.
Dan hari ini aku tidak kuliah, padahal baru seminggu ini aku menginjak atmosfer universitas. Umurku baru 18 tahun, baru beberapa bulan lulus SMA. Sesungguhnya aku tidak suka belajar. Seandainya aku bisa memilih, lebih baik aku tidak usah kuliah saja, tapi Ayah memaksaku untuk memiliki gelar sarjana, minimal strata satu dengan nilai akademis tinggi. Menurut Ayah, wanita harus cerdas untuk terlihat lebih cantik, dan aku setuju dengan pendapat beliau itu.
Tapi, maaf, Ayah… hari ini aku berbohong. Walaupun, rasanya aku tak akan pernah menyesali kesalahanku kali ini. Karena, kalau aku tak pernah berbuat salah, mana mungkin aku bisa tahu mana yang benar.
Aku dilahirkan biasa-biasa saja. Kalau aku cantik, tentu Ibu sudah menyuruhku masuk sekolah model, seperti yang umumnya dilakukan ibu-ibu yang ambisius. Kalau aku pintar, pastilah Ayah sudah mengirimku jauh ke Amerika, untuk kuliah di Yale.
Tidak ada yang spesial tentang diriku. Tapi, aku cukup puas dengan apa yang kumilikki dan kudapati. Kedua orang tuaku selalu mengatakan supaya aku mensyukuri apa yang ada. Ayah bilang, banyak sekali manusia yang tak pernah puas akhirnya terjerembab ketamakan sendiri.
Aku ini masih anak kemarin sore, setidaknya itu yang dikatakan Kim Hyun Joong, kakakku.
Saat ini aku belum punya pacar, entah, ya, bisa juga dibilang begitu. Satu-satunya pria yang dekat dalam hidupku selain Kakek, Ayah, Paman, dan Kim Hyun Joong, ya, cuma Kim Bum.
Kim Bum itu anak sahabat Ayah dari kecil, umurnya dua puluh satu, seumuran dengan Kim Hyun Joong. Aku mengenal Kim Bum dari kecil karena rumah kami hanya terpisah beberapa blok. Dia teman bermain Kim Hyun Joong. Waktu kecil, Kim Bum sering mengajakku untuk ikut bermain, tapi ujung-ujungnya aku selalu berkelahi dengan Kim Hyun Joong sampai aku menangis. Dan seperti biasa, Kim Bum selalu membujukku supaya aku diam, lalu dibelikannya aku Ice Cream.
Kami tumbuh bersama, karena keluarga kami memang dekat. Aku, Kim Bum, dan Kim Hyun Joong selalu satu sekolah sampai SMA. Saat aku SMP dan mulai mendapat haid, baru kuperhatikan teman dekatku selama ini. Kim Bum menjadi seorang anak muda yang tampan, semua teman perempuanku menyukainya.
Tapi, bodohnya, meski dia tahu jadi idola, dia selalu berteriak-teriak di depan semua orang, “Pacarku Kim So Eun!” lalu dia kerap mencubit pipiku.
Yang jelas, Kim Bum itu baik dan penuh perhatian. Ketika aku berulang tahun ke-17, dia memberiku boneka Teddy Bear yang sedang memeluk bantal berbentuk hati. Di bantal berwarna pink berbentuk hati itu, ada tulisan namaku: ‘KIM SO EUN’.
Entah dia dapat dari mana, yang jelas aku cukup senang.
Setiap Valentine, dia selalu memberiku cokelat dan bunga.
Aku pernah menguping obrolan Kim Hyun Joong dan Kim Bum, suatu hari. Kim Bum bilang, “Kim Hyun Joong, adikmu semakin cantik saja. Kalau sudah besar, aku sudah mapan, untukku saja, ya! Jangan kau berikan pada siapa-siapa!”
Kim Hyun Joong cuma nyengir, “Katakan saja pada Ayahku!”
Lalu setelah itu Kim Bum loncat-loncat, mencari Ayahku, setelah bertemu, Ayah sedang membersihkan kacamatanya. Kim Bum menarik-narik lengan Ayah lalu berbisik. Ayah cuma tertawa terbahak-bahak, Kim Bum pun melongo.
"Baiklah! Selamat siang semuanya!”
Aku tersentak dari lamunanku. Ini hari pertamaku pelatihan untuk jadi SPG di perusahaan Mie Ramen Instan ini.
Aku dan sepuluh orang lainnya ditempatkan di satu ruangan, mungkin ruang meeting. Ada meja panjang, whiteboard, dan kursi-kursi. Temboknya dicat putih dan AC-nya dingin sekali.
Orang yang tadi memberi salam, Dia supervisor-ku, namanya Tn. Lee Seung Gi. Kalau bicara lantang dan meyakinkan. Ya, maklumlah, marketing staff. Menurut jadwal, dia akan memberi product knowledge untuk para SPG baru.
Dan hari itu pun berlalu begitu saja. Masih ada lima hari lagi aku harus menjalani pelatihan.
Aku temukan dia di sana, di hari kedua aku menjalani pelatihan.
Namanya Song Seung Hun, dan aku harus menyapanya sebagai Tn. Song Seung Hun, karena dia manager area I perusahaan Mie Ramen Instan ini.
Dia tampan dan hatiku bergetar ketika memandangnya (untuk pertama kali dalam hidupku!).
Ya, Tuhan, aku ini kenapa?
Aku tahu dia tampan, semua orang pun tahu, terutama para wanita yang selalu mencari alasan berlama-lama untuk berdekatan dengannya.
Dia tinggi, putih, dan rapi. Betul-betul tampan, siapa yang tak suka? Bibirnya seksi, hidungnya mancung, matanya cokelat, tulang pipinya proporsional, dan rahangnya seksi. Tangannya kokoh dan gaya bicaranya berwibawa. Siapa yang menyangka kalau ternyata Tn. Song Seung Hun yang gagah itu umurnya 40 Tahun, seumuran dengan Ibu.
Dasar pria tampan, semua wanita di kantor ini membicarakannya dibumbui gosip-gosip tidak jelas.
Baru dua hari aku menginjakkan kaki di kantor ini, aku sudah dengar segala bisik-bisik tentang dia. Biasalah, dari para wanita, entah itu resepsionis, bagian administrasi, keuangan, dan lainnya. Julukannya: ‘Duren’ alias Duda Keren. Kabarnya, dia memang sudah empat tahun menduda, cerai dengan dua anak.
Tapi, menurut kabar lagi, ia masih punya hubungan baik dengan mantan istrinya. Mungkin karena mantan istrinya punya hak perwalian penuh atas kedua anaknya.
Sejenak menatap Song Seung Hun, aku sudah tahu dia begitu sempurna, nilainya nyaris A plus, bahkan terlalu sempurna sehingga timbul suatu kejanggalan, tapi justru membuatku penasaran. Menurut sekretarisnya, aku menyapanya Nn. Go Ah Ra, minimal sepuluh wanita sehari menelepon mencari Song Seung Hun.
Terus terang, aku suka, dia murah senyum dan ramah terhadap siapa saja.
Saat aku terkesima ….
“Kim So Eun!” Song Seung Hun menyebut namaku.
Aku tersentak.
“Iiiiya, Tuan!” aku gugup.
Song Seung Hun tersenyum.
“Well… what a wonderful name! Namanya secantik orangnya,” puji Song Seung Hun.
Hebat, baru kali ini wajahku menjadi merah dipuji orang. Padahal, mungkin itu sekadar pujian gombal dan basa-basi, yang jelas aku senang sekali.
“Saya panggil kau Kim So Eun atau So Eun atau Nn. Kim?”
“Terserah, saja!”
“Baiklah, Kim So Eun, lebih indah!”
Song Seung Hun yang memberikan product knowledge hari itu, karena Tn. Lee Seung Gi dan beberapa supervisor lain terlambat datang.
Bersambung…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar