Hari perpisahan telah tiba, aku mendapat penghargaan dari Sekolah karena prestasi dan hasil ujianku yang tertinggi. Aku sangat bahagia dan bangga dengan jerih payahku selama ini. Setelah ini aku ingin melanjutkan kuliah jurusan Ekonomi. Sementara Jung So Min mengakhiri masa sekolahnya dengan menjadi ibu rumah tangga akibat salah pergaulan. Untung saja bukan Kim Bum orang yang tega merenggut masa depan gadis cantik dan lincah itu. Laki-laki brengsek itu pergi pada saat Jung So Min membutuhkannya. Terpaksa dia harus menanggung aib itu sendirian.
Berkali-kali aku mendesak Jung So Min untuk cerita siapa laki-laki brengsek yang tega menanamkan benih di rahimnya, Jung So Min malah menjawab dengan tangisan. Akupun tak bisa memaksa lagi. Diapun harus kehilangan masa depannya, kehilangan ijazah SMA-nya karena tidak bisa mengikuti ujian dengan perut besar. Tepat pada saat perpisahan Jung So Min dibawa ke rumah sakit. Dia akan melahirkan.
Berita itu kudengar dari Ibu. Aku langsung meninggalkan pesta perpisahan itu seperti dulu aku meninggalkan pesta Ulang tahun Jung So Min. Seperti kejadian itu pula sesosok bayangan tampak mengikutiku dari belakang secara diam-diam. Perasaan tidak enak itu datang tapi aku tidak peduli, ini bukan malam hari, ini siang yang terik. Tidak mungkin ada hantu!
Seekor kucing melesat dari semak-semak membuatku tersentak kaget. Tapi aku tidak sampai menjerit. Keadaan panik membuatku sangat terkejut. Aku mundur beberapa langkah dan langkahku terhenti ketika aku menabrak seseorang yang berdiri tepat di belakangku.
Aku langsung berbalik dan terkejut melihat Kim Bum. Dia tersenyum manis padaku. Senyum yang tidak pernah kulihat lagi sejak malam pesta ulang tahun itu. Dadaku terasa sangat berdegup kencang.
“Kenapa buru-buru…?!” tanyanya heran.
“Jung So Min di bawa ke rumah sakit, dia akan melahirkan…” jawabku terbata-bata karena panik. Aku merasa tiba-tiba parasnya merah. Aku tahu perasaan Kim Bum, meskipun tidak ada hubungan apa-apa lagi tapi setidaknya mereka pernah berpacaran dan menjadi bagian satu sama lain.
“Aku pergi dulu…” ujarku pamit. Tiba-tiba tangannya memegang erat tanganku seakan tidak mengijinkan aku pergi.
“Ini hari perpisahan Kim So Eun, seharusnya kau merayakannya lebih lama sebelum berpisah dengan teman-teman…”
“Tapi Jung So Min…!!”
“Aku mengerti tapi beri aku sedikit waktu, sebentar saja…” pintanya penuh permohonan. Membuatku tak mengerti.
Ada apa gerangan? Kedatangannya seperti hantu saja. Malam saat pesta ulang tahun Jung So Min dia begitu dekat dan hangat, tapi keesokan paginya dia bersikap biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dan kini makhluk itu datang lagi membawa kehangatan yang sama dan semua itu membuatku tidak mengerti.
“Ada apa…?” tanyaku sembari menyembunyikan wajahku yang tiba-tiba saja terasa panas.
“Setelah ini aku akan kembali ke Seoul dan aku tidak tahu kapan kita bisa bertemu lagi,…!!” ujarnya dengan air muka tenang setenang sungai yang mengalir di dataran rendah. Lantas apa urusanku? Aku kan bukan kekasihny?! Pikirku.
“Sebelum aku pergi aku ingin memberikan ini…” tangan itu menyerahkan sebuah kalung berliontin hati. Aku benar-benar tidak mengerti dan terasa mimpi.
“Aaa…aa…apa ini..?!!” tanyaku gagap.
“Kenang-kenangan dariku, aku harap kalung ini tidak hilang sampai kita bisa bertemu kembali suatu saat nanti…setelah aku berhasil menggapai cita-citaku menjadi seorang pengacara.” katanya sungguh-sungguh.
“Jangan bercanda Kim So Eun…”
“Aku tahu ini konyol. Sebenarnya selama ini aku menyukaimu, sejak pertama kali kita bertemu, tapi aku tidak berani mengungkapkannya. Aku malu karena aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Aku mencoba melupakanmu dengan berganti-ganti pacar. Tapi tak satupun dari mereka bisa menggantikan posisimu di hatiku, Kim So Eun…”
“Aku tidak percaya…” jawabku pedas menyembunyikan hati yang berbunga-bunga.
“Tidak apa-apa, aku mengerti kalau kau tidak percaya padaku, tapi beri aku kesempatan untuk membuktikan ketulusan perasaanku. Aku akan kembali untukmu Kim So Eun, suatu saat nanti…” dia langsung mengecup keningku tanpa malu-malu membuatku terkejut. Tapi setelah itu dia langsung pergi. Bayangannya menghilang di balik gerbang sekolah yang kokoh yang selama ini menjadi tempatku menimba ilmu dan menemukan cintaku. Dan mungkin ini adalah pertemuanku yang terakhir dengannya. Bagai mimpi dia datang dan pergi.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar